Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

UU Informasi di Indonesia

disusun oleh:

nama: Jecklen Pattiasina

npm: 12114201200100

kelas: B

mata kuliah: Sistem Informasi Keperawatan

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas kasih karunianya , penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "UU Informasi di Indonesia"dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Keperawatan


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang undang-undang
informasi yang ada di Indonesia bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon,10 Desember 2021

Jecklen Pattiasina
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN
●Latar Belakang
●Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
●UU Informasi Indonesia

BAB III : PENUTUP


●Kesimpulan
●Saran
BAB I
PENDAHULUAN

●Latar Belakang

Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undang- undang
merupakan jawaban hukum terhadap persoalan masyarakat pada waktu dibentuknya
undang-undang tersebut. Perkembangan hukum seharusnya seiring dengan
perkembangan masyarakat, sehingga ketika masyarakatnya berubah atau
berkembang maka hukum harus berubah untuk menata semua perkembangan yang
terjadi dengan tertib di tengah pertumbuhan masyarakat modern, karena globalisasi
telah menjadi pendorong lahirnya era teknologi informasi.

Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat di dunia, teknologi informasi


memegang peran penting, baik di masa kini maupun di masa mendatang. Setidaknya
ada dua hal yang yang membuat teknologi informasi dianggap begitu penting dalam
memacu pertumbuhan ekonomi dunia. Pertama, teknologi informasi mendorong
permintaan atas produk-produk teknologi informasi, kedua adalah memudahkan
transaksi bisnis terutama bisnis keuangan disamping bisnis-bisnis lainnya.
Teknologi informasi dengan sendirinya juga merubah perilaku masyarakat.
Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas
dan menyebabkan perubahan sosial yang sangat cepat. Sehingga dapat dikatakan
teknologi informasi saat ini menjadi pedang bermata dua, Karena selain memberikan
kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia,
sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum.

Undang-Undang Dasar negara kita menyebutkan bahwa Negara Republik Indonesia


itu adalah Negara Hukum yang demokrasi (democratische rechtstaat) dan sekaligus
adalah Negara Demokrasi yang berdasarkan atau hukum (constitutional democracy)
yang tidak terpisahkan satu sama lain.1 Salah satu nya Undang-undang yang berlaku
di Indonesia adalah undang- undang ITE atau undang-undang tentang informasi dan
transaksi elektronik, yang disahkan pada tahun 2008.
Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (selanjutnya disebut UU ITE) menuai kontroversi bagi sebagian kalangan.
Menurut mereka, aparat penegak hukum dengan mudahnya menggunakan pasal
tersebut untuk menahan seseorang yang dianggap mencemarkan diri pribadi orang
lain di dunia maya.
Bunyi pasal 27 ayat 3 tersebut adalah sebagai berikut:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama
baik.
Sejak disahkan oleh DPR, UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik ini sudah
menuai reaksi yang beragam dari berbagai kalangan pengguna internet terutama
untuk masalah yang terkait dengan pencemaran nama baik. Meskipun diarahkan
untuk mengatur transaksi elektronik, di Undang-Undang ini juga mengatur tentang
konten-konten internet yang dilarang. Konten internet yang dilarang itu yaitu konten
internet yang di nilai mengandung pencemaran nama baik dan pornografi. Pro-kontra
pun bermunculan mengenai pengaturan konten internet dalam Undang-Undang No.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai pencemaran
nama baik. Pengaturan konten tersebut di nilai tidak pada tempat nya dan cenderung
melanggar kebebasan berekspresi.

Padahal pengaturan tentang kebebasan berekspresi dan berpendapat telah diatur


dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Pengertian tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

●Tujuan
Agar dapat mengetahui UU Informasi di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

Makna Di Balik Definisi Informasi ElektronikPasal 1 UU ITE mencantumkan


diantaranya definisi Informasi Elektronik. Berikut kutipannya :
”Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”
Dari definisi Informasi Elektronik di atas memuat 3 makna:
1. Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik
2. Informasi Elektronik memiliki wujud diantaranya tulisan, suara, gambar.
3. Informasi Elektronik memiliki arti atau dapat dipahami.

Jadi, informasi elektronik adalah data elektronik yang memiliki wujud dan arti.
Informasi Elektronik yang tersimpan di dalam media penyimpanan bersifat
tersembunyi. Informasi Elektronik dapat dikenali dan dibuktikan keberadaannya dari
wujud dan arti dari Informasi Elektronik. (politik kompasiana, 2010)

Pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan dengan


tujuan sebagaimana yang terdapat dalam pasal 4 UU ITE sebagai berikut:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia.
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. c. Meningkatkan
efektivitas dan evisiensi pelayanan publik.
c. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk
memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan
teknologi informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab.
d. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan
penyelenggara teknologi informasi.

Berdasarkan tujuan tersebut, jelas bahwa UU ITE ingin membangun masyarakat


informasi untuk kepentingan pergaulan dalam tata kehidupan bangsa Indonesia agar
kukuh sebagai satu kesatuan yang dirancang melalui pengembangan sistem informasi
elektronik dengan diciptakan melalui kondisi transaksi elektronik, yang pada akhirnya
bangsa Indonesia menjadi cerdas dan menjadi bagian dari masyarakat informasi
dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan informasi dan transasksi
elektronik telah menjadi unggulan dalam pengembangan perdagangan dan
perekonomian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun
demikian, dalam nyatanya menimbulkan kendala penyalahgunaannya sehingga
berpotensi terjadinya pelanggaran tindak pidana.

Pasal 16 ayat 1 : Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri,


setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik yang
memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut:
· Dapat menampilkan kembali Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
secara utuh sesuai dengan masa retensi yang ditetapkan dengan Peraturan
Perundang- undangan.
· Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan, kerahasiaan, dan
keteraksesan Informasi Elektronik dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik
tersebut.
· Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam Penyelenggaraan
Sistem Elektronik tersebut.
· Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan dengan bahasa,
informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan
Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut.
· Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

UU ITE mengatur berbagai macam tindak pidana yang dilakukan dengan modus yang
modern, yakni dengan pengunaan media elektronik sebagai sarana untuk melakukan
tindak pidana. Salah satunya adalah tindak pidana pencamaran nama baik di media
elektronik..Namun, karena perubahan modus dengan penggunaan media elektronik
sebagai sarana penyebarannya, sehingga dibentuklah UU ITE itu sendiri. Pencegahan
dan pemberantasan dalam penyebaran pornografi lewat komputer dan internet
seperti tersebut diatas pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, khususnya dalam Pasal 27 Ayat (3) yang berbunyi: “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan pencemaran nama baik”.

Kemudian Pasal 45 Undang-undang ITE menyatakan bahwa: “Setiap Orang yang


memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 750.000.000.00.- (Tujuhh Ratus Limapulh Juta Rupiah)”.
Pasal 27 ayat (3) UU ITE, bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap
masyarakat dari tindak pidana yang berhubungan dengan pencemaran nama baik.
Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan tindak pidana cukup sering
terjadi.Penyebarannya yang melalui media eletronik menjadi modus panyebaran saat
ini. Hal ini membuat kerugiaan yang lebih besar terhadap korban karena
penyebarannya yang sangat mudah dan cepat untuk diakses oleh umum.
Rancangan Undang-undang Perubahan atas Undang-undang Informasi dan Teknologi
Elektronik telah disahkan menjadi Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Informasi dan Teknologi Elektronik. Naskah Undang-
Undang tersebut tercatat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 251 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 5952 dan telah resmi berlaku
usai melewati 30 hari sejak disahkan menjadi Undang undang pada tanggal 27
Oktober 2016 dan mulai berlaku Senin tanggal 2November 2016. Undang-undang
tersebut berisi tujuh poin penting yang merevisi Undang- undang Informasi dan
Teknologi Elektronik, terutama melalui Undang- undang baru ini.
Pemerintah juga berwenang memutus akses dan/atau memerintahkan
penyelenggara system elektronik untuk memutus akses terhadap informasi
elektronik yang bermuatan melanggar hukum.Undang-undang baru ini diharapkan
dapat memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, sehingga mereka dapat lebih
cerdas dan beretika dalam menggunakan Internet.
BAB III
PENUTUP

●Kesimpulan
Pasal 1 UU ITE mencantumkan diantaranya definisi Informasi Elektronik. Berikut
kutipannya : ”Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto,
electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks,
telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi
yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.”
Maka dalam menggunakan teknologi informatika, harus sesuai dengan ketetapan
peraturan perundang-undangan. Kesalahan yang dilakukan secara sengaja ataupun
tidak sengaja, akan mendapatkan sanksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dengan adanya UU ITE maka akan memperaman setiap kegiatan yang dilakukan
secara online dan melindungi hak dari tandatangan Elektronik yang dimiliki oleh
seluruh pengguna.

●Saran
Pemanfaatan yang didapatkan dari penggunaan ITE, seharusnya dapat digunakan dan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bukannya memanfaatkannya dalam
pelanggaran hukum dan merugikan orang banyak. Walaupun kegiatan tersebut sudah
mendapat perhatian yang lebih dari pihak pemerintah dan penegak hukum,
hendaknya sebagai pengguna teknologi informatika harus menyadari ketetapan-
ketetapan hukum tersebut.
Sebagai warga Negara yang baik, marilah bersama-sama memanfaatkan kecerdasan
dalam dunia teknologi informatika dengan sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai