Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WEDA

DISPEPSIA (ICD 10 : K30)


Dalam konsensus Rome III (2006)
Definisi Dispepsia Fungsional :
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah
makan, cepat kenyang, nyeri ulu hati/epigastrik, rasa
terbakar di epigastrium
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk di
dalamnya pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
atas) yang dapat menerangkan penyebab keluhan tersebut
3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan
terakhir sebelum diagnosis ditegakkan
Alarm symptoms : penurunan berat badan, anemia, melena,
Pengertian (Definisi) muntah yang prominen merupakan petunjuk awal
kemungkinan penyebab organik

Klasifikasi Dispepsia Fungsional


a. Post-prandial Distress Syndrome dimana pasien merasa
penuh setelah makan dalam porsi yang biasa atau rasa
cepat kenyang sehingga tidak dapat menghabiskan porsi
makanan reguler
b. Epigastric Pain Syndrome dimana pasien mengeluh
nyeri dan rasa terbakar, hilang timbul, berpusat di
epigastrium. Rasa nyeri ini tidak pada bagian perut
lainnya atau daerah dada
Rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas.
Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti dengan makan,
mual, muntah dan kembung
Faktor Risiko :
 Pola makan yang tidak baik : waktu makan terlambat,
jenis makanan pedas, porsi makan yang besar
 Sering minum kopi dan teh
Anamnesis
 Infeksi bakteri atau parasit
 Penggunaan obat analgetik dan steroid
 Usia lanjut
 Alkoholisme
 Stress
 Penyakit lainnya seperti : penyakit refluks empedu,
penyakit autoimun, HIV/AIDS, Chron disease
 Nyeri tekan epigastrium dan bising usus meningkat
 Bila terjadi proses inflamasi berat dapat ditemukan
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
Pemeriksaan Fisik
melena
 Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis, konjungtiva
tampak anemis
1) Anamnesis
Kriteria Diagnosis 2) Pemeriksaan Fisik
3) Penunjang Diagnostik
Diagnosis Kerja Dispepsia
 Kolesistitis
 Kolelitiasis
 Chron disease
Diagnosis Banding  Kanker lambung
 Gastroenteritis
 Ulkus peptikum
 GERD
 Laboratorium : darah rutin, GDS, fungsi tiroid, fungsi
pankreas 
 Radiologi (barium meal, USG, endoskopi ultrasonografi)
 pH-metri (menilai tingkat sekresi asam lambung)
Pemeriksaan Penunjang  Manometri (menilai adanya gangguan fase III Migrating
Motor Complex)
 Elektrogastrografi, skintigrafi atau penggunaan pellet
radioopak (mengukur waktu pengosongan lambung, HP
dan sebagainya)
A. Nonmedikamentosa 
Modifikasi Pola Hidup dan Dietetik
Belum ada penelitian yang formal dan bermakna untuk
menilai efektifitas dietetik dan modifikasi pola hidup pada
kasus dispepsia fungsional. Tidak ada dietetik baku yang
menghasilkan penyembuhan keluhan secara bermakna.
Prinsip dasar menghindari makanan pencetus serangan
merupakan pegangan yang lebih bermanfaat. Makanan yang
merangsang seperti pedas, asa, tinggi lemak, sebaiknya
dipakai sebagai pegangan umum secara proporsional dan
jangan sampai menurunkan/mempengaruhi kualitas hidup
Terapi penderita

B. Medikamentosa 
 Antasida : 3x500-1000 mg/hari
 H2 reseptor bloker : 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali,
Famotidin 20 mg/kali, Simetidin 400-800 mg/kali)
 Proton Pump Inhibitor (PPI) : 2x/hari (Omeprazole 20
mg/hari, Lansoprazole 30 mg/hari)
 Sitoproteksi : misoprostol, sukralfat
 Prokinetik : metoklopramid, cisaprid dan domperidon
 Obat anti depresi : amitriptilin dosis rendah
 Psikoterapi : akupuntur, acupressure, acustimulation,
gastric electrical stimulation
Edukasi  Menginformasikan tentang faktor risiko
(Hospital Health Promotion)  Kontrol emosi
Quo ad vitam: Bonam
Prognosis Quo ad functionam: Bonam
Quo ad sanasionam: Bonam
Kepustakaan 1. Djojoningrat D. ed. Dispepsia Fungsional. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 6 ed. Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbtan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2014

Ketua Komite Medik Direktur

dr. Umiyanti Thenu, Sp.OG dr. Selvi D. Denggo, M.Kes, Sp.PK


NIP.198701282014032001 NIP. 197102042002122005

Anda mungkin juga menyukai