Anda di halaman 1dari 22

dr.

Andi Zainal, SpPD KGEH

Isi:
1. Pendahuluan
2. Definisi
3. Klasifikasi
4. Epidemiologi
5. Patogenesis
6. Gambaran Klinik
7. Pendekatan Diagnosis
8. Diferensial Diagnosis
9. Pengobatan
10. Prognosis
11. Kesimpulan
 Dyspepsia berasal dari bahasa Yunani:
 Dys = Bad
 Pepsis = Digestion

 Dispepsia:
 Bukan suatu penyakit tapi merupakan suatu kumpulan gejala yang harus
dicari penyebabnya.

 Dispepsia:
 organik (40%): ada lesi struktural mukosa gastroduodenum
 fungsional (60%): tidak ditemukan lesi struktural mukosa
gastroduodenum
 Dyspepsia (Rome II): Perasaan tidak nyaman di daerah
epigastrium
 Diagnostic Criteria (Rome II):
 At least 12 weeks, which need not be consecutive, in the preceding
12 months of:
1) Persistent or recurrent dyspepsia
2) No evidence of organic disease that is likely to explain symptoms; and
3) No evidence that dyspepsia is exclusively relieved by defecation or
associated with onset of a change in stool frequency or form (not irritable
bowel).

 Rome III- similar to Rome II but now FD is broken down into two
subgroups based on a complex of symptom features:
1) Postprandial distress syndrome
2) Epigastric pain syndrome
 Banyak penyakit yang dapat menyebabkan sindroma dyspepsia
 Secara garis besar dibagi:
▪ Organik dan Fungsional

 Organik: 40%
 ulkus peptikum, tumor gastrointestinal, Kronik intestinal ischemia, penyakit-
penyakit pankreatikobilier, akibat obat-obatan termasuk NSAID gastropathy

 Fungsional: 60%
 Bila dispepsia organik telah disingkirkan
 Konsensus Rome II menetapkan symptom based diagnostic criteria dengan 3
subtype: Ulcer-like dyspepsia, Dysmotility-like dyspepsia dan unspecified (non-
spesifik dyspepsia)
 Konsensus Rome III: merevisi Rome II menjadi 2 subtype yaitu post prandial distress
syndrome dan epigastric pain syndrome
 Prevalensi Dyspepsia +/- 25% dengan variasi 3-
15% bila GERD dikeluarkan
 Prevalensi uninvestigated +/- 40%
 Incidence Dyspepsia +/- 10% dengan kasus baru
5-7% di primary care visit
 Symptom Dyspepsia 40-70% dari keluhan-
keluhan gastrointestinal yang berobat pada
general gastroenterology
 Patogenesis dari dyspepsia organik tergantung
dari penyakit organik yang mendasarinya

 Patogenesis dyspepsia fungsional belum pasti


namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya:
 Hipersensitif Visceral, Gangguan Motilitas
Gastrointestinal, Altered Gastric Accomodation,
faktor diet, infeksi H. Pylori, duodenal eosinophilia
dan faktor psikologik
 Keluhan pasien dyspepsia bervariasi maka dibagi menjadi
beberapa sub group berdasarkan pada keluhan yang paling
mencolok atau dominan:
▪ Bila nyeri ulu hati yang dominan dan disertai nyeri pada malam hari
dikategorikan sebagai dyspepsia fungsional tipe seperti ulkus
▪ Bila kembung, mual, cepat kenyang merupakan keluhan yang paling sering
dikemukakan dikategorikan sebagai dyspepsia fungsional tipe seperti
dismotilitas
▪ Bila tidak ada keluhan yang bersifat dominan dikategorikan sebagai dyspepsia
non-spesifik

 Berdasarkan kriteria Rome II: dyspepsia tipe seperti reflux tidak


dipakai lagi. Pengelompokan tersebut hanya untuk
mempermudah mendapatkan gambaran klinik pasien serta
pemilihan alternatif pengobatan awal
Suggest Suggest Ulcer-like Suggest Dysmotility-like Suggest
GERD Dyspepsia Dyspepsia Structural Disease

Heartburn Burning pain Nausea Weight loss


Regurgitation Relief of pain Bloating Dysphagia
with food
Reflux Localized Early Vomiting
epigastric satiety
Bleeding
pain
Pain
Palpable
Nocturnal/ worse
mass
fasting pain with food
 Anamnesis yang akurat.
 Pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya kelainan intra-
abdomen atau intra lumen yang padat (tumor), organomegali,
nyeri tekan yang sesuai dengan adanya rangsangan peritonial /
peritonitis.
 Laboratorium untuk mengetahui adanya faktor infeksi
(lekositosis), pankreatitis (amilase lipase), keganasan saluran
cerna (CEA, CA19-9, AFP).
 USG abdomen.
 Endoskopi (EGD: Esofagogastroduodenoskopi).
 Radiologi (Barium Meal).
 Functional Dyspepsia (60%)  Pancreatitis
 PUD (25%)  Carbohydrate Malabsorption
 GERD  Meds (NSAIDS, Narcotics,
 Biliary Pain etc.)
 Chronic Abdominal Wall Pain  Infiltrative Diseases
 Gastric CA  Metabolic Disturbances
 Esophageal CA  Hepatoma
 Other Abdominal Malignancy  Ischemic Bowel Disease
 Gastroparesis  Systemic Disorders
 Parasites
Alarm Symtoms dari dyspepsia:
 >55 years (new onset)
 Progressive dysphagia or odynophagia
 Rectal bleeding or melena
 Family history of upper GI cancer
 Weight loss of >10% of body weight
 Previous gastric surgery or malignancy
 Previous history of peptic ulcer
 Anorexia/early satiety
 Jaundice
 Persistent vomiting
 Anemia or bleeding
 Abdominal mass or lymphadenopathy

Owens, DM, et al. Ann Intern Med 1995;122:107-112.


Strategi Management:
 Bila tidak ada alarm symptoms terapi empirik

 Bila ada alarm symptoms segera lakukan pemeriksaan EGD

 Tiap-tiap pasien mempunyai karakteristik dan keluhan


tersendiri (tailor made)
 Reassurance dan terapi edukasi penting untuk dispepsia
fungsional
 Kadang-kadang pada satu pasien terdapat overlap
(dispepsia, GERD, IBS)
Dyspepsia

Initial interview and examination

Functional dyspepsia

Dysmotility-like symptoms dominant


Ulcer-like symptoms dominant

Education/lifestyle modification Test Hp Education/lifestyle modification

+ -
Eradicate
Trial of acid suppression Trial of prokinetic medication

Success Fail Success Fail Fail Success


Investigate/refer
Functional Dyspepsia

General treatment and specific management


based on dominant symptom complex

Ulcer-like Dysmotility-like

Follow-up within 3 to 6 weeks


Ulcer-like Symptoms Dominant

Education/lifestyle modification

Test Hp

+ -

Eradicate Hp Trial of acid suppression


Reassess

Success Failure
Investigate Trial of prokinetic
Dysmotility-like Symptoms Dominant

Educate/lifestyle modification

Trial of prokinetic
medication
Success Failure

Continue with Investigate


cyclic therapy
Test H. pylori
Gastroscopy or UGI
+ -

Eradicate
Consider H2
Success Failure antagonists, tricyclics
 Small frequent meals
 Stop smoking
 Reduce alcohol
 Reduce caffeine
 Avoid irritating foodstuffs
 Maintain an ideal weight
 Review medications
 Patient anxiety or irrational fears
 Limited data
 Improvement in psychological well-being index but lack of
durability 1
 RCT showed prompt endoscopy led to greater patient
satisfaction compared with empiric H2RA therapy2
 Biased by patient expectation

1. Wiklund I, et al. Gastrointest Endosc 1998;47:449-54.


2. Bytzer P, et al. Lancet 1994;343:811-16.
Treatments of Choice
Regimen PPI Antibiotics
PPI - AC BID Amoxicillin 1 g bid
Clarithromycin 500 mg bid
PPI - MC BID Metronidazole 500 mg bid
Clarithromycin 250 mg bid

Alternate
PPI - BMT BID Bismuth 2 tabs qid
Metronidazole 250 mg qid
Tetracycline 500 mg qid
 Dyspepsia fungsional yang ditegakan setelah
pemeriksaan klinis dan penunjang yang
akurat mempunyai prognosis yang baik

 Dispepsia organik tergantung dari penyakit


yang mendasarinya dan derajat penyakit
waktu ditemukan
 Dispepsia bukan penyakit tapi kumpulan gejala-gejala yang harus dicari
penyebabnya.
 Dispepsia organik harus segera dilakukan investigasi (pemeriksaan
endoskopi, USG dll.) untuk menentukan penyakit yang
menyebabkannya.
 Dispepsia tidak hanya disebabkan oleh kelainan gastrointestinal tapi juga
dapat disebabkan oleh kelainan sistemik / pengaruh obat-obatan.
 Dispepsia yang tidak ditemukan penyebabnya digolongkan dalam
dispepsia fungsional.
 Walaupun dispepsia fungsional tidak langsung menyebabkan kematian
tapi merupakan problema kesehatan masyarakat karena mengganggu
kualitas hidup, menambah absensi dan meningkatkan biaya pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai