Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn.S


DENGAN SYNDROME DYSPEPSIA
DI RUANG MERAK
RSD. IDAMAN BANJARBARU

Oleh :
Muhammad Fuady
P07120119044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Muhammad Fuady


NIM : P07120119044
Judul : Laporan Pendahuluan pasien Nn.S dengan Syndrom Dyspepsia di Ruang Merak
RSD. IDAMAN BANJARBARU

Mengetahui

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


Definisi Syndrom Dyspepsia
Kata dyspepsia berasal dari Bahasa Yunani dys (bad=buruk) dan peptein
(digestion=pencernaan). Jika digabungkan dyspepsia memiliki arti indigestion yang berarti sulit
atau ketidaksanggupan dalam mencerna. Jadi dyspepsia didefinisikan sebagai kesulitan dalam
mencerna yang ditandai oleh rasa nyeri atau terbakar diepigastrium yang persisten atau berulang
atau rasa tidak nyaman dari gejala yang berhubungan dengan makan (rasa penuh setelah makan
atau cepat kenyang–tidak mampu menghabiskan makanan dalam porsinormal)
(Talley&Holtmann,2008).
Pada dyspepsia organic ditemukan adanya suatu kelainan structural setelah dilakukan
pemeriksaan endoskopi, Sedangkan defines dyspepsia fungsional berdasarkan consensus kriteria
Roma III ,harus memenuhi satu atau lebih gejala tersebut, serta tidak ada bukti kelainan
structural melalui pemeriksaan endoskopi, yang berlangsung sedikitnya dalam 3 bulan terakhir,
denganawalgejalasedikitnyatimbul6bulansebelumdiagnosis(Brun&Kuo, 2010).
Definisi laindari dyspepsia fungsional adalah penyakit yang bersifat kronik, gejala yang
berubah-ubah, mempunyai riwayat gangguan psikiatrik, nyeri yang tidak responsive dengan
obat-obatan, dapat ditunjukkan letaknya oleh pasien, serta secara klinis pasien tampak sehat,
berbeda dengan dyspepsia organic yang gejala cenderung menetap, jarang mempunyai riwayat
gangguan psikiatri, serta secara klinis pasien tampak kesakitan (Abdullah&Gunawan,2012).
Sindrom dispepsia adalah sekumpulan gejala yang dideskripsikan sebagai rasa tidak
nyaman pada perut, seperti perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri ulu hati. Namun,
perlu ditekankan bahwa dispepsia bukanlah penyakit, melainkan gejala dari penyakit atau
gangguan pencernaan.

Etiologi syndrom Dyspepsia

Dispepsia dapat diakibatkan oleh banyak hal. Sering kali hal ini dikaitkan dengan gaya hidup dan
dapat dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan minuman atau efek samping dari obat-obatan.
Contohnya:

 Makan terlalu banyak atau makan terlalu cepat.


 Konsumsi makanan yang terlalu berlemak, berminyak, dan pedas.
 Konsumsi terlalu banyak kafein, alkohol, cokelat, dan minuman bersoda
 Merokok.
 Rasa cemas.
 Beberapa antibiotik dan obat penghilang rasa nyeri.
Terkadang dispepsia dapat menjadi suatu tanda dari penyakit pencernaan lainnya, seperti:

 Gastritis.
 Ulkus peptikum.
 Penyakit celiac.
 Batu empedu.
 Pankreatitis.
 Keganasan lambung.

Klasifikasi Syndrom Dyspepsia


Dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik (struktural) dan fungsional (non-
organik). Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang mendasari,
 seperti penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD), GERD (GastroEsophageal
Reflux Disease),kanker, penggunaan alkohol atau obat kronis.
 Non-organik (fungsional) ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian atas yang
kronis atau berulang, tanpa abnormalitas pada pemeriksaan fisik dan endoskopi.

Patofisiologi Syndrom Dyspepsia


Dispepsia merupakan masalah umum yang sering ditemukan pada klinik pengobatan.
Ketika pasien selama pengobatan mempunyai gejala tanpa penyebab yang jelas sering
didiagnosa non-ulcer dispepsia. Beberapa laporan menyebutkan presentase dyspepsia karena
kelain anorganik sekitar 25%-33% dan 67%-75% tanpa penyebab yang jelas.
Mekanisme patofisiologi timbulnya dyspepsia fungsional atau ulkus peptikium masih
belum seluruhnya dapat diterangkan secara pasti. Hal ini menunjukan bahwa dyspepsia
fungsional merupakan sekelompok gangguan yang heterogen, namun sudah terdapat banyak
bukti dari hasil penelitian para ahli yang dapat dijadikan pegangan. Beberapa studi
menghubungkan mekanisme patofisiologi dyspepsia fungsional dengan terjadinya infeksi
H.Pylori, ketidak normalan motilitas, gangguan sensori visceral, factor psikososial, dan
perubahan-perubahan fisiologi tubuh yang meliputi gangguan pada system saraf otonom
vegetatif, sistem neuroendokrin, serta sistem imun tubuh. Sedangkan Patofisiologi ulkus
peptikum diperkirakan akibat ketidak seimbangan antara tekanan agresif (HCL dan pepsin) yang
menyebabkan ulserasi dan tekanan defensive yang melindungi lambung (barrier mukosa
lambung, barrier mukus lambung, sekresi HCO3) (Yehuda,2010).
Pathway
Manifestasi klinis Syndrom Dyspepsia
Seseorang yang mengidap dispepsia bisa mengalami berbagai gejala dalam tubuh, contohnya:

 Rasa cepat kenyang saat makan.


 Kembung dan begah setelah makan.
 Timbulnya rasa tak nyaman di bagian ulu hati, bisa pula disertai rasa sakit dan perih.
 Rasa terbakar atau panas di ulu hati. Kadang-kadang rasa terbakar ini bisa menjalar dari
ulu hati hingga ke tenggorokan.
 Mual dan kadang-kadang dapat disertai dengan muntah meskipun hal ini jarang terjadi.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang ini akan dilakukan ketika dokter mencurigai dispepsia merupakan
tanda dari penyakit pencernaan. Pemeriksaan penunjang yang umumnya dilakukan, antara lain:

 Laboratorium darah.
 Pemeriksaan napas.
 Pemeriksaan feses.
 Ultrasonografi abdomen.
 Endoskopi.
 Pemeriksaan pencitraan (X-ray atau CT Scan). 

Penatalaksanaan

Penanganan dapat dilakukan secara primer dan sekunder. Secara primer modifikasi gaya hidup
sangat penting untuk dilakukan, contohnya:

 Membatasi konsumsi makanan yang dapat menyebabkan terjadinya dispepsia.


 Makan dalam porsi yang kecil, tetapi sering dan dianjurkan untuk makan 5-6 kali sehari.
 Membatasi konsumsi kafein dan alkohol.
 Menghindari penggunaan atau konsumsi anti nyeri seperti aspirin dan ibuprofen.
Gunakan anti nyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol.
 Mengontrol stres dan rasa cemas.

Namun, jika dispepsia sudah menimbulkan rasa nyeri yang amat hebat, mungkin dokter akan
memberikan obat-obatan untuk membantu mengurangi rasa nyeri tersebut. Berikut obat-obatan
yang mungkin akan diberikan.

 Antasida.
 Proton Pump Inhibitors (PPI). Obat golongan ini dapat mengurangi produksi asam
lambung.
 H-2 receptor antagonists (H2RAs) untuk mengurangi produksi asam lambung.
 Prokinetik dapat membantu proses pengosongan lambung.
 Antibiotik, pemberiaannya dilakukan jika dispepsia disebabkan oleh infeksi.
 Anti-depressants atau anti-anxiety dapat digunakan juga untuk menghilangkan rasa tidak
nyaman yang diakibatkan dispepsia dengan menurunkan sensasi nyeri yang dialami.

Pencegahan Dispesia

Pencegahan dilakukan dengan memodifikasi gaya hidup, seperti:

 Makan dengan porsi kecil, tetapi sering. Makanan harus dikunyah perlahan sebelum
ditelan.
 Cobalah hindari hal-hal yang bisa memicu dispepsia. Contohnya makanan pedas dan
berlemak atau minuman bersoda, alkohol, atau yang mengandung kafein.
 Berhenti atau tidak merokok
 Menjaga berat badan agar tetap ideal.
 Olahraga secara teratur dapat membantu menghilangkan berat badan berlebih dan
menjaga agar berat badan tetap ideal.
 Mengatasi stres dan rasa cemas. Caranya bisa dengan olahraga seperti yoga hingga
memastikan tercukupinya waktu tidur.
 Bila ada alternatif lain, ganti obat-obatan yang bisa mengiritasi lambung. Namun, jika
tidak ada, pastikan bahwa konsumsi obat selalu dilakukan setelah makan (tidak dalam
keadaan perut kosong)

Daftar Pustaka

Internet:
Dr. Scientia Inukirana https://www.honestdocs.id/dyspepsia
(Diakses pada tanggal 17 juni 2021 pukul 23.29)

Internet:
Madisch, A. et al. (2018). The Diagnosis and Treatment of Functional Dyspepsia.

National Health Service UK (2020). Health A to Z. Indigestion.

Dugdale, D.C. National Institutes of Health (2020). U.S. National Library of Medicine Medline
Plus. Indigestion.

Mayo Clinic (2019). Diseases & Conditions. Indigestion.

Family Doctor (2018). Indigestion (Dyspepsia).

Shiel Jr., W.C. MedicineNet (2018). Medical Definition of Syndrome.

Gotfried, J. MSD Manual Professional Version (2020). Dyspepsia.

Knott, L. Patient (2020). Indigestion.

Khatri, M. WebMD (2020). Indigestion.

Ditinjau oleh:
Dr. Kevin Ardian 10 juni 2020 https://www.alodokter.com/sindrom-dispepsia-seperti-ini-gejala-
dan-cara-mengobatinya
(Diakses pada tanggal 17 juni 2021 pukul 23.08)
Internet:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Indigestion. NHS Choices UK. Diakses pada 2019.
Indigestion. https://www.halodoc.com/kesehatan/dispepsia
(Diakses pada tanggal 17 juni 2021 pukul 13.00).

Anda mungkin juga menyukai