Disusun Oleh :
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif,
2018). Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati,
mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2021).
Sedangkan menurut Aziz (2018), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang
sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-
mual.
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini
tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2020).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran
makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang
disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak
mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2019).
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda
memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran
muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan
nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan
dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara
rinci adalah:
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya
(misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti
nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang
sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan
peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak
adekuat baik makanan maupun cairan.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya
seperti antara lain pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
3. Endoskopi
a. CLO (Rapid urea test)
b. Patologi anatomi
c. Kultur mikroorganisme jaringan
d. PCR (Polymerase Chain Reaction)
G. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 2019, ditetapkan
skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli
(gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan
dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam
lambung. Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH) 3, Mg(OH)2, dan Mg
triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat
sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan
diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu
pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama
lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H 2 antara lain
simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses
sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol,
lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid.
Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis
dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
(Mansjoer et al, 2020).
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul
berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2019).
Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut:
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d pencedera fisiologis
Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri
2. Ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal
Ditandai dengan pasien mengeluh belum bisa BAB, dan mual mual
C. Intervensi keperawatan
Identifikasi
pengetauhan dan
keyakinan tentang
nyeri
Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
Monitor efektifitas
analgesik
TERAPEUTIK
Berikan teknik
nonfarmakomologi
untuk mengurangi
nyeri
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Dokumentasikan
respon terhadap efek
analgesik dan efek
yang tidak di inginkan
EDUKASI
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarkamalogis
untuk meredakan nyeri
KALABORASI
Kalaborasi pemberian
analgesik sesuai indikasi
2. Ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN CAIRAN
b.d obstruksi intestinal keperawatan selama 3x24 jam
OBSERVASI
diharapkan ketidak seimbangan
cairan membaik dengan kriteria
Monitor status hidrasi
hasil :
Monitor berat badan
Edema dari derajat 2
harian
menjadi derajat 1
Monitor status
dinamik
TERAPEUTIK
Berikan cairan
intravena jika perlu
EDUKASI
Jelaskan manfaat
minum air putih yang
banyak
KALABORASI
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2023 DO :
Pasien sadar, akral hangat,
hemodinamik stabil, infus
lancar tidak plebitis
E. EVALUASI KEPERAWATAN
17 januari 1,2 S : pasien mengatakan perut masih mules hilang timbul Nindi
2023
O : pasien sadar, akral sehat, terpasang infus lancar, tak plebetis
TTV
TD :130/80
N :80 x?menit
SPO : 99%
S : 36.6
A:-
P : lanjutkan intervensi monitor TTV, anjurkan banyak minum dan
terapi medis
SOAP PULANG
18 januari 1,2 S : pasien mengatakan sudah bisa bab tapi nyeri masih hilang timbul
2023
O : pasien sadar, akral sehat, terpasang infus lancar, tak plebetis
TTV :120:73
TD:128/73
N : 83x/menit
SPO:98%
A : nyeri akut
P : lanjutkan intervensi monitor TTV, anjurkan banyak minum dan
terapi medis
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2022. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
2017 Edisi 10. EGC : Jakarta
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.2018. Kapita
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan