Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik dan helping

relationship pada perawat-pasien

disusun oleh:

nama: Kania Wisbat Marchanda Looy

npm: 12114201200113

kelas: B

mata kuliah: Komunikasi dalam Keperawatan

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas kasih karunianya , penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi terapeutik dan helping relationship pada perawat-pasien "dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan


. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang batasan-batasan dalam
penggunaan teknologi informasi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Ambon,29 september 2021

Kania Looy
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN

BAB III : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

● Latar Belakang

Perawat sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan
di rumah sakit. Pelayanan kesehatan pada saat ini semakin berkembang baik dari segi
kualitas maupun kualifikasi tenaga. Dari segi kualitas adalah adanya pergeseran
sistem pemberian pelayanan keperawatan dari yang bersifat intuition technical
oriented menjadi pelayanan keperawatan yang bersifat holistic dan unik kepada
sistem klien, yaitu individu, keluarga dan masyarakat. Hal tersebut merupakan
sebuah kemajuan yang baik bagi dunia keperawatan.
Komunikasi terapeutik antara perawat dan klien merupakan hal yang pokok dalam
asuhan keperawatan. Penggunaan komunikasi terapeutik harus memperhatikan
pengetahuan, sikap dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya
terhadap usaha mengatasi berbagai masalah psikologis klien maupun keluarganya
(Roatib, Suhartini & Supriadi, 2007). Dengan komunikasi terapeutik, klien dan
keluarga akan mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan
selama di rumah sakit, sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah
psikologis klien dapat teratasi. Sehingga penggunaan komunikasi terapeutik sangat
penting bagi perawat untuk memperoleh informasi yang akurat dan membina
hubungan saling percaya pada klien dan keluarga (Sacharin cit Nurjannah 2004).

Hubungan perawat-klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan


pengalaman perbaikan emosi klien (Nurjannah, 2004). Dalam hal ini perawat
memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan tehnik dan ketrampilan
yang tepat dalam setiap tahap komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang
positif seoptimal mungkin (Mundakir, 2006). Perawat yang terapeutik perlu melatih
diri menjadi proaktif dan juga mampu menganalisa diri tentang kesadaran diri,
klasifikasi nilai, eksplorasi perasaan, altruisme, kemampuan menjadi model serta etik
dan tanggung jawab. Selain itu perawat juga perlu melatih diri untuk dapat
menggunakan dimensi respon dan dimensi tindakan karena dimensi tersebut sangat
penting bagi perawat untuk menjalin hubungan yang terapeutik dangan klien dan
keluarga. Sehingga

perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas (Nurjannah,


2005). Hubungan terapeutik antara perawat dengan klien lebih dari sekedar mutual
partnership. Hubungan ini merupakan sebuah proses dimana perawat sebagai helper
(penolong) mengintervensi kehidupan klien dan membantu klien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya (Potter & perry, 1993). Hubungan ini disebut
hubungan pertolongan atau helping relationship.
Di masyarakat telah muncul semacam persepsi yang merugikan profesi perawat.
Persepsi menurut masyarakat tentang keperawatan bahwa keperawatan itu dalam
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit kurang empati, judes, kurang
senyum dan tidak memberikan keterangan lengkap terhadap tindakan yang dilakukan
(Kariyoso, 1994). Dari hasil penelitian diketahui bahwa klien mengharapkan perawat
dapat bersikap empati, tidak diskriminatif dan tidak bersikap kasar ketika berhadapan
dengan klien. Karena itu perawat dituntut untuk dapat menunjukan komunikasi
terapeutik yang efektif. komunikasi terapeutik ini dapat ditunjukan secara verbal dan
non verbal (Fagianto, 2008).

● Tujuan
Agar dapat mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi komunikasi
terapeutik dan helping relationship pada perawat dan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

● Menurut Purwanto (1994), komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara


perawat dan klien karena adanya rasa saling membutuhkan dan saling memberikan pengertian
antara perawat dan klien, yang direncanakan secara sadar dan bertujuan untuk kesembuhan
klien. Sedangkan menurut Dewit (2001), komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
mengutamakan saling pengertian antara pemberi informasi dan penerima informasi dengan cara
menggunakan ungkapan-ungkapan atau isyarat-isyarat tertentu antara perawat dan klien.
Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan pengertian komunikasi terapeutik adalah komunikasi
interpersonal antara perawat dan klien karena adanya rasa saling membutuhkan dan
mengutamakan saling pengertian yang direncanakan secara sadar dengan menggunakan
ungkapan-ungkapan atau isyarat-isyarat tertentu dan bertujuan untuk kesembuhan klien.

● faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi meliputi :

Perkembangan
Perawat harus mengerti pengaruh perkembangan usia, baik dari sisi bahasa, maupun proses
berfikir dari orang tersebut agar komunikasi efektif. Karena cara berkomunikasi dengan anak usia
remaja dan anak usia balita sangatlah berbeda.

Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Perbedaan
persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Dalam hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya.

Latar Belakang Sosial Budaya


Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan
membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.

Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah, sedih,
senang, akan dapat mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang
berbeda-beda, menurut Tarned (1990), wanita menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan,
meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki
menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian.
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan, seseorang yang tingkat
pengetahuannya rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal
dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

Peran dan Hubungan


Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara
komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda tergantung perannya.

Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising, tidak ada
privasi yang tepat akan menimbulkan keracunan, ketegangan, dan ketidaknyamanan.

Jarak
Jarak dapat mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan kontrol.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sebagai makhluk sosial, manusia tak pernah luput berhubungan dengan manusia lain
di sekitarnya. Bentuk hubungan antar manusia tersebut bermacam-macam, salah
satunya adalah hubungan membantu. Setiap individu pernah memberikan bantuan
atau menerima bantuan, meskipundengan cara dan maksud tertentu
pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.Brammer (1998) membedakan
membantu berupa yang profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah
ini, hanya akan di bahas hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang
dilakukan oleh setidak-tidaknya seorang tenaga profesional yang membantu pihak
lain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya. Tenaga
profesional yang dimaksud seperti perawat., psikolog, dokter, konselor, dan lain-
lain.Meski pada dasarnya, profesional atau tidaknya hubungan membantu tersebut
sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara
penanganannya.Dari sekian banyak hubungan membantu yang ada dan dilakukan oleh
banyak orang, konselingmerupakan salah satu bentuk hubungan membantu yang
dilakukan oleh profesional, seperti yang telah dijelaskan di awal. Maka, melalui
makalah ini, penulis akan menguraikan terlebih dahulu pengertian hubungan
membantu dan langkah-langkah hubungan membantu. Dari pemahaman tentang
hubungan membantu ini, semoga kita dapat menarik benang merah kaitannya dengan
konseling sebagai hubungan yang membantu.Travelbee (1971) menyebutkan hubugan
ini sebagai “a human to human relationship”.Kelemahan yang ada pada perawat dan
klien akan menjadi hilang ketika masing-masing pihak yang terlibat interaksi
mencoba memahami kondisi masing-masing. Perawat menggunakan ketrampilan
komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang
akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan
semacam ini bersifatterapeutik yang dapat meningkatkan iklim psikologis yang
kondusif dan menfasilitasi perubahan dan perkembangan positif pada diri klien.
Hubungan ini juga di fokuskan pada tujuan utama untuk membantu memenuhi
kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
potter, patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Stuart, G. W., 2009.
Principles and Practice of Psychiatric Nursing. Ed 9th . Mosby: Els
Aziz, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika Blais, K., K., Hayes, J., S., Kozier, B., & Erb, G. (2007) .
Praktik Keperawatan Professional: Konsep & Perspektif, Ed. 7.
Jakarta: EGC Iyer, P., W. (2004) . 

Anda mungkin juga menyukai