0020)
munifrsml | October 4, 2021 | Fisiologis, Nutrisi dan Cairan | No Comments
DEFINISI
Pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak berbentuk
PENYEBAB
Fisiologis
Inflamasi gastrointestinal
Iritasi gastrointestinal
Proses infeksi
Malabsorbsi
Psikologis
Kecemasan
Tingkat stres tinggi
Situasional
Terpapar kontaminan
Terpapar toksin
Penyalahgunaan laksatif
Penyalahgunaan zat
Program pengobatan (Agen tiroid. Analgesik, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine dan antibiotik)
Perubahan air dan makanan
Bakteri pada air
OUTCOME
Eliminasi fekal membaik (L.04033)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi gastrointestinal, iritasi
gastrointestinal)
Identifikasi riwayat pemberian makanan
Identifikasi gejala invaginasi
Monitor warna, volume, frekwensi, dan konsistensi tinja.
Monitor tanda dan gejala hipovolemia
Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal
Monitor jumlah pengeluaran diare
Monitor keamanan penyiapan makanan
2. Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Pasang jalur intravena
Berikan cairan intravena
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan mengandung
lactose
Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
Kolaborasi pemberian obat pengeras feses.
1. Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. MANAJEMEN HIPERVOLEMIA (I.03114)
1. Observasi
Periksa tanda dan gejala hypervolemia
Identifikasi penyebab hypervolemia
Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO
jika tersedia
Monitor intaje dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat
jenis urine)
Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretik
2. Therapeutik
Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
3. Edukasi
1. Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor
kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular
positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi
intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116)
1. Observasi
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
Monitor intake dan output cairan
2. Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
3. Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
B. PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121)
1. Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
FAKTOR RESIKO
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. PEMANTAUAN ELEKTROLIT (I.03122)
1. Observasi
Identifkasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit
Monitor kadar eletrolit serum
Monitor mual, muntah dan diare
Monitor kehilangan cairan, jika perlu
Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis. Kelemahan otot, interval
QT memanjang, gelombang T datar atau terbalik, depresi segmen ST,
gelombang U, kelelahan, parestesia, penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun, pusing, depresi pernapasan)
Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis. Peka rangsang, gelisah,
mual, munta, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia
ventrikel, gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis. Disorientasi, otot berkedut,
sakit kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang,
letargi, penurunan kesadaran)
Monitor tanda dan gejala hypernatremia (mis. Haus, demam, mual,
muntah, gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis. Peka rangsang, tanda
IChvostekI [spasme otot wajah], tanda Trousseau [spasme karpal],
kram otot, interval QT memanjang)
Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis. Nyeri tulang, haus,
anoreksia, letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang
T lebar, kompleks QRS lebar, interval PR memanjang)
Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis. Depresi pernapasan,
apatis, tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis. Kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
B. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
1. Observasi
Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Monitor berat badan harian
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN)
Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
2. Terapeutik
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
Hiperglikemia
1. Disfungsi pangkreas
2. Resistensi insulin
3. Gangguan toleransi glukosa darah
4. Gangguan glukosa darah puasa
Hipoglikemia
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifkasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
(mis. penyakit kambuhan)
Monitor kadar glukosa darah, jika perlu
Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (mis. poliuri, polidipsia,
polivagia, kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
Monitor intake dan output cairan
Monitor keton urine, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi
2. Terapeutik
Berikan asupan cairan oral
Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Fasilitasi ambulasi jika ada hipotensi ortostatik
3. Edukasi
Anjurkan olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
Ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urine, jika perlu
Ajarkan pengelolaan diabetes (mis. penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
Kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
Kolaborasipemberian kalium, jika perlu
1. Observasi
Identifkasi tanda dan gejala hipoglikemia
Identifikasi kemungkinan penyebab hipoglikemia
2. Terapeutik
Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
Batasi glucagon, jika perlu
Berikan karbohidrat kompleks dan protein sesuai diet
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Pertahankan akses IV, jika perlu
Hubungi layanan medis, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
Anjurkan memakai identitas darurat yang tepat
Anjurkan monitor kadar glukosa darah
Anjurkan berdiskusi dengan tim perawatan diabetes tentang
penyesuaian program pengobatan
Jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahraga
Anjurkan pengelolaan hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko dan
pengobatan hipoglikemia)
Ajarkan perawatan mandiri untuk mencegah hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau agen oral dan/atau meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu
Kolaborasi pemberian glucagon, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
FAKTOR RESIKO
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)
1. Observasi
Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Monitor berat badan harian
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN)
Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
2. Terapeutik
Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena bila perlu
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
1. Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit,
natrium, kalium, BUN)
Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine
menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema perifer,
edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojogular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar,
disfungsi intestinal)
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasi hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
2. Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan
dengan tekstur halus, makanan yang diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau Gastrostomi, total perenteral nutritition
sesui indikasi)
Hidangkan makan secara menarik
Berikan suplemen, jika perlu
Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang
dicapai
3. Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat
ke dalam saluran trakeobronkhial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran napas.
FAKTOR RISIKO
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan
Monitor status pernafasan
Monitor bunyi nafas, terutama setelah makan/ minum
Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
Periksa kepatenan selang nasogastric sebelum memberi asupan oral
2. Terapeutik
Posisikan semi fowler (30-45 derajat) 30 menit sebelum memberi
asupan oral
Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sadar
Pertahanakan kepatenan jalan nafas (mis. Tehnik head tilt chin lift, jaw
trust, in line)
Pertahankan pengembangan balon ETT
Lakukan penghisapan jalan nafas, jika produksi secret meningkat
Sediakan suction di ruangan
Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal jika residu
banyak
Berikan obat oral dalam bentuk cair
3. Edukasi
Anjurkan makan secara perlahan
Ajarkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PENYEBAB :
1. Gangguan metabolisme.
2. Kelelahan otot pernafasan.
Subyektif Obyektif
Dispnea
Gejala dan tanda mayor – obyektif :
1. Penggunaan otot atas meningkat.
2. Volume tidal menurun.
. 3. PCO2 meningkatkan.
4. PO2 menurun.
5.SaO2 menurun.
Tanda Minor
Gejala dan tanda minor – Objektif :
Tidak tersedia 1. Gelisah.
2. Takikardia
OUTCOME
Ventilasi spontan (L.01007)
Expektasi : meningkat
KRITERIA HASIL
(meningkat) (cukup (cukup
(Sedang)
meningkat) Menurun)
Dispnea 1 2 3 4
Penggunaan otot 1 2 3 4
bantu nafas
Takikardia 1 2 3 4
Gelisah 1 2 3 4
Volume tidal 1 2 3 4
PCO2 1 2 3 4
PO2 1 2 3 4
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. DUKUNGAN VENTILASI (I.01002)
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Daftar Pustaka
PENYEBAB
Fisiologis
Psikologis
Kecemasan
Perasaan tidak berdaya
Kurang terpapar informasi tentang proses penyapihan
Penurunan motivasi
Situasional
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat yang meningkatkan kepatenan jalan nafas dan
pertukaran gas.
Observasi
Terapeutik
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membrane alveolus-kapiler
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik0
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
1. Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
jika perlu
Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
2. Terapeutik
Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan nafas
Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi
pasien
3. Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
4. Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
DAFTAR PUSTAKA
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten
PENYEBAB
Fisiologis
Situasional
Perokok aktif
Perokok pasif
Terpajan polutan
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya retensi sputum
Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
Monitor input dan output cairan ( mis. jumlah dan karakteristik)
2. Terapeutik
Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
Pasang perlak dan bengkok di pangkuan pasien
Buang sekret pada tempat sputum
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke-3
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika perlu
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
1. Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot, ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
2. Terapeutik
Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi
kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga trauma cervical)
Posisikan semi-Fowler atau Fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
2. PENYEBAB
4. OUTCOME
1. Kriteria Hasil
Nokturia Menurun
Mengompol Menurun
Enuresis Menurun
Dysuria Menurun
Anuria Menurun
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
Observasi
Periksa kondisi pasien (mis, kesadarn, tanda tanda vital, daerah perineal, distensi
kandung kemih, inkontenesua urine, reflex berkemih)
Terapeutik
Edukasi
1. Observasi
Monitor status hidrasi ( mis, frek nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
Monitor berat badan harian
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, Cl,
berat jenis urin , BUN)
Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
2. Terapeutik
Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24 jam
Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena bila perlu
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international
Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford :
Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.
(2014).Medical surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
PENYEBAB
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urine
Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
warna)
2. Terapeutik
Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
Batasi asupan cairan, jika perlu
Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
3. Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
Anjurkan mengambil specimen urine midstream
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi, gangguan
metabolisme, edema serebral)
Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,
tekanan nadi melebar, bradikardia, pola napas ireguler, kesadaran
menurun)
Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika perlu
Monitor PAWP, jika perlu
Monitor PAP, jika perlu
Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika tersedia
Monitor CPP (Cerebral Perfusion Pressure)
Monitor gelombang ICP
Monitor status pernapasan
Monitor intake dan output cairan
Monitor cairan serebro-spinalis (mis. Warna, konsistensi)
2. Terapeutik
Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi fowler
Hindari maneuver Valsava
Cegah terjadinya kejang
Hindari penggunaan PEEP
Hindari pemberian cairan IV hipotonik
Atur ventilator agar PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh normal
3. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
1. Observasi
Observasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang,
gangguan metabolism, edema sereblal, peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi intracranial idiopatik)
Monitor peningkatan TD
Monitor pelebaran tekanan nadi (selish TDS dan TDD)
Monitor penurunan frekuensi jantung
Monitor ireguleritas irama jantung
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalm rentang yang diindikasikan
Monitor tekanan perfusi serebral
Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan
serebrospinal
Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
2. Terapeutik
Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
Kalibrasi transduser
Pertahankan sterilitas system pemantauan
Pertahankan posisi kepala dan leher netral
Bilas sitem pemantauan, jika perlu
Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika PERLU
DAFTAR PUSTAKA
Fungsi menelan abnormal akibat deficit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus.
PENYEBAB
Gangguan serebrovaskuler
Gangguan saraf kranialis
Paralisis serebral
Akalasia
Abnormalitas laring
Abnormalitas orofaring
Anomaly jalan nafas atas
Defek anatomic kongenital
Defek laring
Defek nasal
Defek rongga nasofaring
Defek trakea
Refluks gastroesofagus
Obstruksi mekanis
Prematuritas
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi diet yang dianjurkan
Monitor kemampuan menelan
Monitor status hidrasi pasien, jika perlu
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Letakkan makanan di sisi mata yang sehat
Sediakan sedotan untuk minum, sesuai kebutuhan
Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan nafsu makan
Sediakan makanan dan minuman yang disukai
Berikan bantuan saat makan/minum sesuai tingkat kemandirian, jika
perlu
Motivasi untuk makan di ruang makan, jika tersedia
3. Edukasi
Jelaskan posisi makan pada pasien yang mengalami gangguan
penglihatan dengan menggunakan arah jarum jam (mis. sayur di jam
12, rendang di jam 3)
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat (mis. analgesik, antiemetik), sesuai indikasi
1. Observasi
Monitor tingkat kesadaran, batuk, muntah dan kemampuan menelan
Monitor status pernapasan
Monitor bunyi napas, terutama setelah makan/minum
Periksa residu gaster sebelum memberi asupan oral
Periksa kepatenan selang nasogastrik sebelum memberi asupan oral
2. Terapeutik
Posisikan semi fowler (30-45 derajat)
Pertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) pada pasien tidak sadar
Pertahankan kepatenan jalan napas (mis. Teknik head tilt chin lift, jaw
thrust, in line)
Pertahankan perkembangan balon endotracheal tube (ETT)
Lakukan penghisapan jalan napas, jika produksi sekret meningkat
Sediakan suction diruangan
Hindari memberi makan melalui selang gastrointestinal, jika residu
banyak
Berikan makanan dengan ukuran kecil atau lunak
Berikan obat oral dalam bentuk cair
3. Terapeutik
Anjurkan makan secara perlahan
Ajarkan strategi mencegah aspirasi
Ajarkan teknik mengunyah atau menelan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB :
1 stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
4. Proses Penuaan.
5. Dehidrasi
OBJEKTIF
1.kulit dingin/hangat
2.Menggigil
OBJEKTIF
1.Piolereksi
4.Pucat
5.Frekuensi nafas meningkat
6.Takikardia
7.Kejang
8.Kulit kemerahan
Kriteria Hasil
Menggigil Menurun
Bradikardia Menurun
Hipoksia Menurun
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
Penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat
PENYEBAB
Gangguan tidur
Gaya hidup monoton
Kondisi fisiologis (mis. penyakit kronis, penyakit terminal, anemia, malnutrisi,
kehamilan)
Program perawatan/pengobatan jangka panjang
Peristiwa hidup negatif
Stres berlebihan
Depresi
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2. Terapeutik
Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas dan istirahat
Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya
3. Edukasi
Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas fisik/olahraga secara rutin
Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
Anjurkan menyusun jadwal aktivitas dan istirahat
Ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan istirahat (mis. kelelahan,
sesak nafas saat aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
B. MANAJEMEN ENERGI
1. Observasi
Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
1. Observasi
Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas
2. Terapeutik
Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan
Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu,
energy, atau gerak
Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional
(mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur,
dan aktif
Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja,
jogging, berenang, tugas sederhana, permaianan sederhana, tugas
rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk
mencapai tujuan
Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas
3. Edukasi
Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
4. Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas, jika sesuai
Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Keterbatasan dalam gerak fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
ambulasi
Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
2. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
ambulasi
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan
respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.
PENYEBAB
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Gangguan penghiduan
Gangguan perabaan
Hipoksia serebral
Penyalahgunaan zat
Usia lanjut
Pemajanan toksin lingkungan
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. MINIMALISASI RANGSANGAN (I.08241)
1. Observasi
Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis.
nyeri, kelelahan)
2. Terapeutik
Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis. bising, terlalu
terang)
Batasi stimulus lingkungan (mis. cahaya, suara, aktivitas)
Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu, sesuai kebutuhan
3. Edukasi
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis. mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi kebisingan, membatasi kunjungan)
4. Kolaborasi
Kolaborasi dalam meminimalkan prosedur/tindakan
Kolaborasi pemberian obat yang mempengaruhi persepsi stimulus
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
OUTCOME
Harapan meningkat ( L.09068 )
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
Identifikasi budaya, agama, jenis kelami, dan umur terkait citra tubuh
Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
Monitor frekuensi pernyataan kritik tehadap diri sendiri
Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
2. Terapiutik
Diskusikan perubahn tubuh dan fungsinya
Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
Diskusikan akibat perubahan pubertas, kehamilan dan penuwaan
Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis.luka,
penyakit, pembedahan)
Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra
tubuh
3. Edukasi
Jelaskan kepad keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
Anjurka mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat bantu( mis. Pakaian , wig, kosmetik)
Anjurkan mengikuti kelompok pendukung( mis. Kelompok sebaya).
Latih fungsi tubuh yang dimiliki
Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
Latih pengungkapan kemampuan diri kepad orang lain maupun
kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
PENYEBAB
Krisis situasional
Kebutuhan tidak terpenuhi
Krisis maturasional
Ancaman terhadap konsep diri
Ancaman terhadap kematian
Kekhawatiran mengalami kegagalan
Disfungsi sistem keluarga
Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
Penyalahgunaan zat
Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain)
Kurang terpapar informasi
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
2. Terapeutik
Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat anxietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi,
atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif
Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
Monitor respons terhadap terapi relaksasi
2. Terapeutik
Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan
dan suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Anjurkan mengambil psosisi nyaman
Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik yang dipilih’
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi terbimbing )
DAFTAR PUSTAKA
Kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan atau tidak tersedianaya alternative
pemecahan pada masalah yang dihadapi.
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
Identifikasi hal yang telah memicu emosi
2. Terapeutik
Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. merangkul,
menepuk-nepuk)
Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika
perlu
Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
3. Edukasi
Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah atau malu
Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. ansietas,
marah, sedih)
Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan
pola respon yang biasa digunakan
Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
4. Kolaborasi
Rujuk untuk konseling, jika perlu
B. PROMOSI HARAPAN (I.09307)
1. Observasi
Identivikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
2. Terapiutik
Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
Kembngkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian
tujuan sederhana sampai dengan kompleks
Berikan kesempatan kepda pasien dan keluarga terlibat dengan
dukungan kelompok
Ciptakan lingkungan yang memudahakan mempraktekan kebutuhan
sepiritual
3. Edukasi
Anjurkan mengungkaokan perasaanterhadap kondisi dengan realistis
Anjurkan mempertahankan hubungan(mis. menyebutkan nama orang
yang dicintai)
Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
Latih menyusun tujuan sesuai harapan
Latih cara mengembangakn sepiritual diri
Latih cara mengenang dan minikmati masa lalu (mis. prestasi,
pengalaman )
DAFTAR PUSTAKA
Perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorokam atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah.
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi pengalaman mual
Identifikasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan (mis. Bayi, anak-anak,
dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
Identifikasi dampak mual terhadapkualitas hidup (mis. Nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
Identifikasi faktor penyebab mual (mis. Pengobatan dan prosedur)
Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
kehamilan)
Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
Monitor asupan nutrisi dan kalori
2. Terapeutik
Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
Berikan makan dalam jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Observasi
Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
Identifikasi pemahaman tentang kondisi, situasi dan perasaannya
Identifikasi masalah emosional dan spiritual
2. Terapeutik
Berikan posiis yang nyaman
Berikan kompres dingin atau hangat
Ciptakan lingkungan yang nyaman
Berikan pemijatan
Berikan terapi akupresur
Berikan terapi hipnotis
Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi
Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi
3. Edukasi
Jelaskna mnegenai kondisi dan pilihan terapi/ pengobatan
Ajarkan terapi relaksasi
Ajarkan latihan pernafasan
Ajarkan tehnik distraksi dan imajinasi terbimbing
4. Kolaborasi
Kolaborsi pemberian analgesic, antipruritis, anthihistamin, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
2. FAKTOR RISIKO
1. Penyakit Kronis
2. Efek prosedur Infasif
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme patogen lingkungn
5. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh perifer :
Gangguan peristltik
Kerusakan integritas kulit
Perubahan sekresi PH
Penurunan kerja siliaris
Ketuban pecah lama
Ketuban pecah sebelum waktunya
Merokok
Statis cairan tubuh
Penuruna Hemoglobin
Imunosupresi
Leukopenia
Supresi Respon Inflamasi
Faksinasi tidak adekuat
3. OUTCOME
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
1. Observasi
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
1.
2. Terapeutik
Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha
anterolateral
Dokumentasikan informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
1.
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan
efek samping
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional
yang menyediakan vaksin gratis
MANAJEMEN IMUNISASI/ VAKSIN (I. 14508)
1.
1. Observasi
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi
Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke
pelayanan kesehatan
1.
2. Terapeutik
Berikan suntikan pada pada bayi dibagian paha
anterolateral
Dokumentasikan informasi vaksinasi
Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
1.
3. Edukasi
Jelaskan tujuan, manfaat, resiko yang terjadi, jadwal dan
efek samping
Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah
Informasikan imunisasi yang melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah
Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus
Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi kembali
Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional
yang menyediakan vaksin gratis
DAFTAR PUSTAKA
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan.
PENYEBAB
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon
pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak
diinginkan
3. Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,
otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen).
PENYEBAB
Perubahan sirkulasi
Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
Kekurangan/kelebihan volume cairan
Penurunan mobilitas
Bahan kimia iritatif
Suhu lingkungan yang ekstrem
Faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
Efek samping terapi radiasi
Kelembaban
Proses penuaan
Neuropati perifer
Perubahan pigmentasi
Perubahan hormonal
Kurang terpapar informasi tentang upaya memperthankan/melindungi integritas
jaringan
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, peneurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Terapeutik
Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab (mis. Lotin, serum)
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan meningkat asupan buah dan saur
Anjurkan menghindari terpapar suhu ektrime
Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada diluar
rumah
1. Observasi
Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
Monitor tanda –tanda inveksi
1. Terapiutik
lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai
kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien
Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin
C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf transkutaneous), jika perlu
2. Edukasi
Jelaskan tandan dan gejala infeksi
Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
3. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement(mis: enzimatik biologis
mekanis,autolotik), jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PENYEBAB
Dehidrasi
Terpapar lingkungan panas
Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
Ketidaksesuaian pakaian dengan tubuh
Peningkatan laju metabolisme
Respon trauma
Aktivitas berlebihan
Penggunaan incubator
OUTCOME
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Observasi
Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
panas penggunaan incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
2. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
B. REGULASI TEMPERATUR (I.14578)
1. Observasi
Monitor suhu bayi sampai stabil ( 36.5 C -37.5 C)
Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
2. Terapeutik
Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
Bedong bayi segera setelah lahir, untuk mencegah kehilangan panas
Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir ( mis.
bahan polyethylene, poly urethane)
Gunakan topi bayi untuk memcegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir
Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
Pertahankan kelembaban incubator 50 % atau lebih untuk mengurangi
kehilangan panas Karena proses evaporasi
Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
Hangatkan terlebih dahulu bhan-bahan yang akan kontak dengan bayi
(mis. seelimut,kain bedongan,stetoskop)
Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
Gunakan matras penghangat, selimut hangat dan penghangat ruangan,
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack atau
jellpad dan intravascular cooling catherization untuk menurunkan suhu
Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
3. Edukasi
Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion,heat stroke
Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
Demonstrasikan teknik perawatan metode kangguru (PMK) untuk bayi
BBLR
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipiretik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
2. Penyebab
Subjektif Objektif
Subjektif Objektif
5. Kondisi Klinis
Stroke
Cedera kepala
Trauma wajah
Peningkatan tekanan intracranial
Hipoksia kronis
Tumor
Miastenia gravis
Sclerosis multiple
Distropi muskuler
Penyakit Alzheimer
Kuadriplegia
Labiopalatoskizis
Infeksi laring
Fraktur rahang
Skizofrenia
Delusi
Paranoid
Autisme
6. OUTCOME / LUARAN
Komunikasi Verbal 13118
Definisi
Kemampuan menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan
sistem simbol.
Ekspektasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Kemampuan berbicara Meningkat
Kemampuan mendengar Meningkat
Afasia Menurun
Disfasia Menurun
Apraksia Menurun
Disleksia Menurun
Disatria Menurun
Afonia Menurun
Dislalia Menurun
Pelo Menurun
Gagap Menurun
7. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapiotik
Fasilitasi peningkatan stimulasi indra lainnya (mis. aroma,rasa,tekstur
makanan)
Pastikan kacamata atau lensa kontak berfungsi dengan baik
Sediakan pencahayaan cukup
Berikan bacaan dengsn huruf besar
Hindari penataan letak lingkungan tanpa memberitahu
Sediakan alat bantu(mis. jam,telepon)
Fasilitasi membaca surat kabar atau media informasi lainnya
Gunakan warna terang dan kontras di lingkungan
Sediakan kaca pembesar, jika perlu
Edukasi
Jelaskan lingkungan pada pasien
Ajarkan pada keluarga cara menbantu cara pasien berkomunikasi
Kolaborasi
Rujuk pasien pada terapis,jika perlu.
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi