Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH KMB

ANEMIA

DISUSUN OLEH:

EFIT MUJIANTO

SUCHI KURNIA

UNIVERSITAS MH. THAMRIN

KELAS AZRA BOGOR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul ANEMIA.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah KMB. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang ANEMIA bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah KMB, yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini

Bogor, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………… 1


B. Tujuan …………………………………………………… 1

BAB II Teori

A. Definisi ……………………………………………………. 2
B. Insiden ……………………………………………………. 2
C. Factor Resiko ……………………………………………………. 2
D. Klasifikasi ……………………………………………………. 3
E. Etiologi …………………………………………………… .4
F. Patoflodiagram …………………………………………………..... 8
G. Grade ……………………………………………………. 9
H. Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………. 9
I. Penatalaksanaan Medis …………………………………………………... 11
J. Pencegahan Komplikasi ………………………………………...………… 11
K. Komplikasi …………………………………………………... 12

BAB III Asuhan Keparawatan

A. Pengkajian ..…………………………………………………. 13
B. Diagnosis ..…………………………………………………. 16
C. Rencana Keperawatan ……...…………………………………………… 16

DAFTRA PUSTAKA ……...…………………………………………… iii


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak ditemukan penderita anemia baik anak-anak maupun dewasa.
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal. Dalam pengertian
klinis, anemia adalah kondisi dimana konsentrasi hemoglobin atau hemokrit
dalam darah kurang dari batas normal. Anemia terdiri atas beberapa macam yaitu
Anemia karena kehilangan darah, Anemia aplastik, Anemia megaloblastik,
Anemia Hemolitik, Anemia defisisensi Fe, Anemia defisiensi Fe pada kehamilan,
Anemia Pernisiosa, Anemia Permisiosa pada kehamilan, Anemia Hemolisis.,
dimana ciri dan factor penyebabnya berbeda-beda. Sebagai tenaga kesehatan
perawat harus mengetahui bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan
kepada pasien yang menderita penyakit anemia . Makalah ini akan membahas
pengertian anemia, macam anemia, patofisiologi anemia, dan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang menderita anemia sesuai dengan
diagnosa yang telah ditegakkan.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB
2. Untuk mengetahui konsep penyakit Anemia, macam-macamnya,
penyebabnya dan Asuhan Keperawatan pada penderita Anemia

BAB II

TEORI

A. Definisi
Anemia adalah keadaan dimana masa eritrosit dan/ masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh (Handayani & Haribowo, 2008).
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah
yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia
adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya.

B. Insiden
Perkiraan prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini, dkk dalam Handayani
& Haribowo, 2008.

Kelompok populasi Angka prevalensi


Anak prasekolah 30-40%
Anak usia sekolah 25-35%
Dewasa tidak hamil 30-40%
Hamil 50-70%
Laki-lakin dewasa 20-30%
Pekerja berpenghasilan rendah 30-40%

C. Factor Resiko

Faktor-faktor ini menempatkan seseorang pada peningkatan resiko anemia:

1. Diet : Memiliki diet yang secara konsisten rendah zat besi, Vitamin B-12, dan
folat meningkatkan resiko anemia.
2. Gangguan usus : Memiliki kelainan usus yang mempengaruhi nutrisi di usus
kecil, seperti penyakit Crohn dan penyakit celiac, membuat seseorang
beresikio anemia.
3. Haid. Secara umum, wanita yang belum mengalami manopause memiliki
resiko anemia kekurangan zat besi lebih tinggi dibandingkan pria dan wanita
pascamanopause. Hal ini karena menstruasi menyebabkan hilangnya sel darah
merah.
4. Kehamilan. Wanita hamil yang tidak mengkonsumsi multivitamin dengan
asam folat beresiko mengalami anemia.
5. Kondisi kronis. Kanker, gagal ginjal, atau kondisi kronis lainya,
meningkatkan resiko anemia.
6. Riwayat keluarga. Jika kleuarga anda memiliki riwayat anemia bawaan,
seperti anemia sel sabit, anda juga beresiko tinggi terkena penyakit ini.
7. Faktor lain. Riwayat infeksi tertentu, penyakit darah dan gangguan autoimun,
alkoholisme, paparan bahan kimia beracun, dan penggunaan beberapa obat
dapat mempengaruhi produksi sel darah merah dan menyebabkan anemia.
8. Usia. Orang yang usia di atas 65 tahun beresiko tinggi mengalami anemia.

D. Klasifikasi
Anemia dapat diklasifikasikan menurut:
1. Factor-faktor morfologi SDM dan indeksnya
2. Etiologi
Pada klasifikasi morfologi anemia, mikro- atau makro- menunjukan ukuran SDM
dan kromik untuk menunjukan warnanya. Sudah dikaenal tiga kategori besar
yaitu:
1. Normokromik normokistik, SDM memiliki ukuran dan bentuk normal
sehingga mengandung jumlah hemoglobin normal (mean corpuscular volume
(MCV) dan mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC) normal atau
rendah. Penyebab anemia jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolysis,
penyakit kronis yang meliputi: infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal,
kegagalan sum-sum tulang dan penyakit-penyakit infiltrate metastatic pada
sum-sum tulang.
2. Normokromik makrositik, yang memiliki SDM lebih besar dari normal tetapi
normokromik karena konsentrasi hemoglobin normal (MCV meningkat,
MCHC normal). Keadaan ini disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya
system asam deoksiribonukleat (DNA) seperti yang ditemukan pada defisiensi
B12 atau asam folat atau keduanya. Anemia normokromik dapat juga terjadi
pada kemoterapi kanker karena agen-agen mengganggu sintesis DNA.
3. Hipokromik mikrositik, mikrositik berarti sel kecil dan hipokromik berarti
pewarnaan yang berkurang. Karena warna berasal dari hemoglobin, sel-sel ini
mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal
(penurunanMCV, penurunan MCHC). Keadaan ini umumnya mencerminkan
insufisiensi sintesis heme atau kekurangan zat besi, seperti pada anemia
defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis, atau
gangguan system globin, seperti pada thalassemia (Prince & Wilson )

E. Etiologi
Penyebab utama yang diperkirakan adalah :
1. Peningkatan hilangnya SDM
2. Penurunan atau kelainan pembentukan sel.
Meningkatkanya kehilangan SDM dapat disebabkan oleh perdarahan atau
penghancuran sel. Perdarahan dapat terjadi karena trauma atau ulkus atau
akibat perdarahan kronis karena polip di kolon, keganasana, hemoroid, atau
menstruasi. Penghancuran SDM dalam siklus dikenal sebagai hemolysis,
terjadi jika gangguan pada SDM itu sendiri memperpendek siklus hidupnya
atau perubahan lingkungan yang menyebabkan penghancuran SDM itu
sendiri. Keadaan SDM yang mengalami kelainan adalah:
1. Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan seperti
penyakit sel sabit
2. Gangguan sintesis globin, seperti thalassemia
3. Kelainan membrane SDM seperti sferositosis herediter dan eliptosistosis
4. Defisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehydrogenase
(G6PD) dan defisiensi piruvat kinase.
Gangguan tersebut bersifat herediter. Namun hemolysis dapat juga disebabkan
oleh masalah lingkungan SDM, yang sering memerlukan respon imun. Respon
isoimun yang mengenai individu berbeda dalam spesies yang sama disebabkan
oleh transfuse darah yang tidak cocok. Respon autoimun terdirin dari produksi
antibody terhadap sel-sel darah merah tubuh sendiri. Anemia hemolitik auto
imun dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya setelah pemberian obat-
obatan tertentu (alfa-metildopa, quinine, sulfonamide, dll atau seperti penyakit
kain seperti lupus, rheumatoid artritis, dll).
Hiperplenisme (pembesaran limpa) dapat juga menyebabkan hemolysis akibat
peningkatan nyata SDM yang terperangkap hancur. Klasifikasi etiologi
berkurangnya atau terganggunya produksi SDM, setiap keadaan yang
mempengaruhi sum-sum tulang termasuk dalam kategori ini: keganasan
jaringan padat metastatic, leukemia, limfoma, dan mmieloma multiple.
Pajanan pada radiasi dan zat toxix mengurangi SDM. Penyakit kronis yang
m,engenai ginjal dan hati serta infeksi dan defisiensi endokrin. Kekurangan
vitamin-vitamin penting seperti B12, asam folat, vitamin C, zat besi dapat
mengakibatkan pembentukan SDM tidak efektif. Jenis anemia menurut
morfologi dan etiologi:
1. Anemia Aplastik
Anemia aplastic merupakan gangguan yang mengancam jiwa pada sel induk
di sum-sum tulang, yang sel darahnya diproduksi dala jumlah yang tidak
mencukupi. Penyebabnya tidak diketahui atau karena virus, penyebab-
penyebab industry. Individu dengan anemia ini mengalami kekurangan semua
jenis sel darah. Penyebab skunder dari anemia aplastic :
a. Lupus eritematosus sistemik yang berbasis auto imun
b. Agen antineoplastic atau sitotoksik
c. Terapi radiasi
d. Berbagai obat anti konvulsan, obat-obat tiroid, senyawa emas,
fenilbutazon
e. Zat kimia (benzene, pelarut organic, insektisida (agen yang diyakini
merusak sum-sum tulang secara langsung))
f. Penyakit virus seperti mononucleosis infeksiosa dan HIV, anemia aplastic
setelah hepatitis virus terutama berat dan cenderung fatal.
2. Anemia Defisiensi Besi
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia yang sering dijumpai pada
perempuan usia subur, disebabkan karena menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besin saat kehamilan. Penyebab lain defisiensi besi adalah:
a. Asupan besi yang tidak cukup missal pada bayi yang hanya diberi susu
saja selama 12-24 bulan. Atau individu yang dengan vegetarian ketat
b. Gangguan absorpsi setelah gastrektomi
c. Kehilangan darah menetap seperti perdarahan saluran cerna akibat polip,
gastritis, varises esophagus, hemoroid.
Untuk mengobati defisiensi besi, penyebab mendasar anemia harus
diidentifikasi dan dihilangkan. Intervensi pembedahan mungkin diperlukan
untuk menghambat perdarahan aktif akibat polip, ulkus, keganasan, hemoroid.
Perubahan diet dapat digunakan pada bayi-bayi yang hanya diberi susu atau
individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam
jumlah besar. Walaopun modifikasi diet dapat meningkatkan besi yang
tersedia, suplemen besi diperlukan untuk meningkatkan Hb dan
mengembalikan cadangan besi.
3. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan
asam folat yang mengakibatkan sintesis DNA, disertai kegagalan maturasi dan
pembelahan inti. Defisiensi ini bias karena malnutrisi, defisiensi asam folat,
malabsobsi, kekurangan factor intrinsic, infestasi parasite, penyakit usus dan
keganasan serta agen-agen kemoterapi. Anemia megaloblastik sering terlihat
sebagai malnutrisi pada orang yang lebih tua, pecandu alcohol, atau remaja
dan pada perempuan selama kehamilan. Kebutuhan minimal folat sehari-hari
kira-kira 50mg dengan mudah diperoleh dari diet rata-rata. Sumber yang
paling banyak adalah daging merah sayuran berdaun hijau. Pada keadaan tidak
adanya asuoan asam folat, cadangan folat cadangan folat akan habis kira-kira
dalam 4 bulan. Pasien dengan defisiensi folat dapat terlihat malnutrisi dan
mengalami glositis berat (lidah meradang, nyeri), diare dan kehilangan nafsu
makan. Pengobatannya meliputi memperbaiki defisiensi diet dan terapi
penggantian dengan asam folat atau vitamin B12. Pasien dengan pecandu
alcohol dirumahsakit sering memberi respon spontan jika diberikan diit
seimbang
4. Penyakit sel sabit
Penyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan
struktur hemoglobin. Penyakit sel sabit merupakan gangguan genetic resesif
autosomal, yaitu individu memproleh hemoglobin sabit (hemoglobin S) dari
keluarga orang tua. Anemia sel sabit merupakan bentuk anemia hemolitik
kongenital yang paling sering terjadi. Anemia ini mengenai 1 dari 600 orang
AfroAmerika, anemia sel sabit merupakan bentuk penyakit sel sabit yang
paling sering terjadi. Diagnosis berdasarakan pada riwayat pasien, temuan-
temuan fisik, dan evaluasi laboratorium. Tanda dan gejala yang terjadi sebagai
akibat dari penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan infark pada
berbagai organ seperti ginjal paru, dan system saraf pusat.
5. Polisitemia
Polisitemia berarti kelebihan semua jenis sel, tetapi umumnya nama tersebut
digunakan untuk keadaan-keadaan yang volum SDMnya melebihi
normal.keadaan ini mengakibatkan viskositas dan volum darah. Plisitemia
merupakan penyakit progresif pada usia pertengahan agak lebih banyak
mengenai laki-laki dari pada perempuan. Gejala-gejalanya meliputi sakit
kepala pusing kesulitan berkonsentrasi, pandangan kabur, kelelahan, pruritus
(gatal) apabila setelah mandi (Prince & Wilson. )

F. Patoflodiagram

Pendarah Kurang bahan baku Penghancuran eritrosit Terhentinya pembuatan


Masif pembuat sel darah yang beberlebihan sel darah merah oleh sum-
sum tulang

anemia
v

Kerusakan Gangguan metabilisme Hipoksia


transfort O2 protein dan lemak jaringan

Metabolism Pemecahan lemak meningkat


menurun Resistensi tubuh
menurun

ATP yang Sensasi selera makan


Resiko infeksi
dihasilkan menurun menurun (anoreksia)

energi menurun Resiko nutrisi kurang dari


kebutuhan
Kelemahan/kelelahan

Intoleransi
aktifitas

G. Grade/Stadium
Batasan kriteria WHO (1968) dinyatakan anemia bila terdapat nilai dengan
kriteria:
Laki-laki dewasa < 13 gr/dl
Perempuan dewasa tidak hamil < 12 gr/dl
Perempuan hamil < 11 gr/dl
Anak usia 6-14 tahun < 12 gr/dl
Anak usia 6 bulan – 6 tahun < 11 gr/dl

Kriteria anemia di klinik, rumah sakit, praktek klinik pada umumnya dinyatakan
anemia bila terdapat nilai sebagai berikut:
Hb < 10 gr/dl
Hematocrit < 30%
Eritrosit < 2,8 juta/mm

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia:

Ringan sekali Hb 10 gr/dl-13 gr/dl


Ringan Hb 8 gr/dl- 9.9 gr/dl
Sedang Hb 6 gr/dl-7.9 gr/dl
Berat Hb< 6 gr/dl
(Handayani & Haribowo, 2008).

H. Pemeriksaann Penunjang/Diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
a. Tes penyaring: dengan pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya anemia
dann bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan meliputi : Kadar
hemoglobin, Indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), Apusan darah
tepi
b. Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kelainan
pada system leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan
meliputi LED, hitung diferensial, hitung retikulosit.
c. Pemeriksaan sum-sum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada
sebagian besar kasus anemia untuk mendpatkan diagnosis definitive
meskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan
pemeriksaan susmsum tulang.
d. Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikerjakan jika
telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah
untuk mengkonfirmasi dugaan diagnosis tersebut. Pemeriksaan ini
meliputi:
1) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi
transferrin,ferritin serum
2) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
3) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs dan elektroforesis
Hb.
4) Anemia pada leukemia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsy kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b. Radiologi: thorax, bone survey, USG, atau linfanografi
c. Pemeriksaan sitogenik
d. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain reaction,
FISH = fluorescence in situ hybridization)
(Handayani& Wibowo, 2008).

I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medi pada anemia menurut Black & Hawks yaitu:
a. Terapi oksigen: terapi oksigen ini diberikan pada klien dengan anemia
berat karena darah mengalami penurunan mengikat oksigen. Oksigen
mencegah hipoksia dan mengurangi beban jantung karena rendahnya kadar
Hb.
b.Eritropoetin : injeksi eritropoetin subkutan diberikan kepada klien anemia
kronis karena obat ini akan meningkatkan produksi sel darah merah. Agar
terapi ini efektif, klien diharuskan memiliki sum-sum tulang yang normal
dan asupan nutrisi yang memadai.
c. Penggantian zat besi: zat besi bias diberikan peroral pada kebutuhan yang
segera atau pada saat kebutuhan tubuh diatas normal. Pemberian oral
diberikan karena murah dan mudah. Contoh obat yang digunakan fero
sulfat dan fero glukamat dosis 200-235 mg dosis oral dengan tiga/empat
kali pemberian sehari setelah makan. Konsusmsi besi bersama vitamin C
atau jus jeruk akan membantu penyerapan zat besi. Klien biasnaya
menerima supan suplementasi zat besi selama 6 bulan agar dapat disimpan
di dalam tubuh. Efek samping dapat berupa mual, muntah, konstipasi atau
diare feces berwarna hitam.
d.Terapi komponen darah (transfuse darah): digunakan untuk terapi penyakit
hematologis dan beberapa procedure bedah tergantung pada produk darah.
J. Pencegahan Komplikasi/Pencegahan Terjadinya Penyakit
1. Lingkungan yang melindungi dan higien keseluruhan yang baik
2. Pada kasus perdarahan pencegahan dengan pembedahan untuk
menghambat perdarahan akibat polip, ulkus, keganasan, hemoroid.
3. Modifikasi diet untuk meningkatkan besi yang tersedia

K. Komplikasi
1. Pada jantung seperti tachikardi, pembesaran jantung atau gagal jantung
kongestif
2. Terganggunya fungsi ginjal dibuktikan dengan gangguan pemekatan urine
3. Infeksi atau infark paru berulang, mengganggu fungsi paru
4. Infark system saraf pusat (stroke) walopun jarang dapat menyebabkan
berbagai derajat hemiplegia
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkaijan
1. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama, pendidikan,
alamat.
2. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluahan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal: apakah selama hamil pernah menderita penyakit berat,
pemeriksaan kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat-obatan
dalam jangka waktu yang lama.
b) Intranasal: usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa
panjang dan berat badan waktu lahir.
c) Postnatal: keadaan bayi setelah masa, neonatorium, dan trauma post
partus akibat tindakan misalnya vakum dn pemberiaan ASI.
4. Riwayat kesehatan dahulu.
a) Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
b) Adanya riwayat trauma, perdarahan.
c) Adanya riwayat demam tinggi
d) Adanya riwayat penayakit ISPA.
5. Keadaan kesahatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanaya gejala gelisah, diaphoresis,
dan penurunan kesadaran.
6. Riwayat keshatan keluarga
a) Riwayat anemia dalam keluarga.
b) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung, hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infeksi saluran pernapasan.
7. Pemerikasaan fisik.
a) Keadaan umum: apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.
b) Kesadaran: apakah klien mengalami composmetis kooperatif sampai
terjadinya penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, sopor, coma.
c) Tanda-tanda vital.
TD : Tekanan darah menurun (N=90-110/60-7- mmHg)
Nadi : frekuensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (N= 60-100
kali/menit).
Suhu : bisa meningkat atau menurun (N=36,5-37,2)
Pernapasan : meningkat (anak N= 20-30 kali/menit)
d) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen,1992 pertambahan berat
badan anak adalah
1) Lahir – 3,25 Kg
2) 3-12 bulan = umur (bulan)-9
2
3) 1-6 tahun = umur (tahun) x 2-8
4) 6-12 tahun = umur (tahun) x 7-5
2

Tinggi badan rata-rata waktu lahir adalah 50cm. Secara garis besar,
tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai berikut:

1 tahun = 1,5 x TB lahir

4 tahun= 2 x TB lahir

6 tahun= 1,5 x TB setahun


13 ahun= 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
e) Kulit : apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,
terdapat pendarahan dibawah kulit.
f) Mata : apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi
sklera, terdapat pendarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpelbra,
dan reflek cahaya.
g) Hidung : apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang
keluar dari hidung atau gangguan fungsi penciuman.
h) Telinga : apakah ada kelainan bentu fungsi pendengaran.
i) Mulut : apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi,
lidah kering, bibir pecah-pecah, atau perdarahan.
j) Leher : apakah ada pembesaran kelanjargetah bening, tiroid membesar,
dan kondisi distensi vena jugularis.
k) Thorak : perikasa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat atau irama
napas tidak teratur.
l) Abdomen : periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan
bias di bawah normal.
m) Genetalia : pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam skrotum
dan pada perempuan apakah labia minora tertutup labia mayora.
n) Ekstermitas : apakah klien mengalami nyeri ekstermitas, tonus otot
kurang.
8. Pemerikasan penunjang
a) Riwayat Sosial.
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal,
orang yang dekat dengan klien. Keadaan lingkungann, pekarangan,
pembuangan sampah.
b) Kebutuhan dasar

Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang


ahrus dijalani, pasang NGT, cairan IVFD yang digunakan jika ada.

c) Pemeriksaan tingkat perkembangan


Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kongnitif, dan
bahasa.
d) Data psikologis
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya;
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi;
3) Prosedur medis yang akan dilakukan;
4) Adanya sistem dukungan;
5) Kemampuan koping;
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Resiko infeksi dengan resiko pertahanan tubuh primer dan sekunder tidak
adekuat.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan

C. Rencana Keperawatan
1. Resiko infeksi dengan resiko pertahanan tubuh primer dan sekunder tidak
adekuat.
NOC :
a. Mengidentifikasi prilaku untuk mencegah dan mengurangi resiko infeksi
b. Terbebas dari tanda infeksi, mencapai penyembuhan luka sesui rencana (
bila terdapat luka)
NIC :
a. Ajarkan teknik cuci tangan
b. Pertahankan teknik aseptic secara ketat ketika melakukan prosedur dan
perawatan luka
c. Berikan perawatan kulit oral, dan perianal secara cermat
d. Tekankan perlunya memantau dan membatasi pengunjung sesui indikasi.
Berikan isolasi protektif jika tepat batasi tanaman hidup dan bunga
potong
e. Pantau TTV perhatikan adanya peningkatan suhu, menggigil dan
takikardia
f. Berikan antiseptic topical atau antibiotic sistemik
g. Dapatkan specimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keketidak seimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
NOC :
a. Melaporkan adanya peningkatan toleransi aktifitas termasuk ADL
b. Menunjukan penuruna tanda fisiologis intoleransi ( ttv tetap berada
dalam rentan normal klien)
NIC :
a. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas ADL normal.
b. Perhatikan perunbahan dalam keseimbangan, gangguan gaya berjalan
dan kelemahan otot
c. Pantau TTV perhatikan respond an dampak dari peningkatan tingkat
aktivitas
d. Anjurkan periode istirahat atau tirah baring
e. Bantu klien untuk memprioritaskan ADL dan aktifitas yang
diinginkannya
f. Berikan dan anjurkan bantuan dalam melakukan aktifitas
g. Pantau hasil pemeriksaan hasil laboratorium seperti HB, HT, hitung sel
darah merah dan AGD
h. Berikan terapi sesuai indikasi
3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
NOC :
a. Menunjukan pertambahan berat badan yang progresif atau berat badan
yang stabil, dengan nilai laboratorium yang normal.
b. Tidak mengalami tanda mal nutrisi
c. Menunjukan perubahan prilaku atau gaya hidup untuk memperoleh
kembali dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
NIC :
a. Kaji ulang riwayat nutrisi, termasuk pilihan makanan
b. Observasi dan catat asupan makan klien
c. Timbang berat badan secara periodic secara cepat, seperti setiap minggu
d. Rekomendasikan makanan porsin kecil dan sering serta makanan ringan
diantara waktu makan
e. Minta klien untuk membuat catatan dan melaporkan terjadinya mual atau
muntah
f. Motivasi atau bantu oral hygiene yang baik sebelum dan setelah makan,
gunakan sikat gigi yang berbulu halus untuk menggosok gigi secara
lembut
g. Konsultasikan dengan ahli gizi
h. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium, seperti Hb/Ht, albumin, protein.
Daftar Pustaka

Anonym. 2019. https://eprints.ums.ac.id/16666/2 . Diakses 28 November 2019

Black. J. M & Hawks. J. H. -----Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinik


Untuk Hasil Yang Diharapkan. edisi 8 buku 3. Singapore: Elsevire

Doengoes. M. 2019. Rencan Asuhan Keperawatan. Edisi 9. Vol. 2. Jakarta; EGC

Handayani, W. & Haribowo. A. S. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada


klien dengan gangguan system hematologi. Jakarta: salemba medika.
Prince. S. A. & Wilson. L. M. ------Patofisiologi, Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit Vol. 1. Edisi 6. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai