Disusun Oleh :
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi Kepribadian dengan lancar
dan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Kepribadian, Ibu Ora Gorez Uke, M.pd. dan juga teman – teman seperjuangan
program studi Bimbingan Konseling dan Pendidikan Islam yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.Selain itu makalah ini kami buat untuk menambah wawasan tentang
Konsep dan Peran Kepribadian dalam Bimbingan dan Konseling.
Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan baik internal maupun eksternal.
Namun dengan penuh kesabaran dan kegigihan, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada pembaca maupun
dosen pengampu untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan baru kepada pembaca dan dapat
menambah ilmu kita semua dan bermanfaat untuk kita kedepan nya.
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar.........................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
Pendahuluan.............................................................................................................................4
A.Latar Belakang....................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah...............................................................................................................4
C.Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
Pembahasan..............................................................................................................................5
A.Definisi Kepribadian...........................................................................................................5
Kesimpulan.............................................................................................................................11
Daftar Pustaka........................................................................................................................12
3
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kepribadian adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang yang bersifat
dinamis. Dengan latar belakang yang berbeda tentu menjadi sebuah faktor dari
perbedaan dan keunikan kepribadian pada setiap individu. Seperti hal nya dalam
melakukan bimbingan dan konseling, bahwa konselor penting untuk menyadari
perbedaan latar belakang dari konseli nya. Sehingga dalam melakukan konseling,
konselor tidak memukul rata permasalahan konseli. Tentu nya dalam melakukan
konseling, konselor hendaknya menggunakan berbagai teknik yg sesuai kemampuan
nya dan kebutuhan konseli. Setiap permasalahan konseli tidaklah sama latar belakang
dan penyelesaian nya. Demikian pula bahwa kepribadian adalah sesuatu yang dinamis
sehingga tidak bisa dikatakan bahwa kepribadian seseorang adalah sesuatu yang tetap
dan tidak bisa berubah.
Dalam interaksi konseling dengan masalah standar moral yang dimiliki antara
konselor-klien tidak jarang berbeda bahkan dapat bertentangan. Keadaan ini menuntut
konselor memakai belief system yang terbentuk untuk memfasilitasi dan membantu
klien. Hal-hal yang terkait dengan prinsip nilai yang terbangun dalam konselor
adalah ; konselor memiliki respek terhadap kemandirian klien, konselor menjadi
“orang baik” bagi kliennya, dan memiliki ketulusan dalam memberikan bantuan
kepada mereka (klien).
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian kepribadian menurut beberapa ahli ?
b. Bagaimana peran kepribadian dalam bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan Penulisan
a. Menambah wawasan tentang konsep kepribadian
b. Mengetahui peranan kepribadian dalam bimbingan dan konseling
4
BAB II
Pembahasan
A. Definisi Kepribadian
Istilah “kepribadian” (personality) sesungguhnya memiliki banyak arti. Hal ini di
sebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan, teori, penelitian, dan
pengukurannya. Pembahasan kita tentang arti kepribadian akan dimulai dengan
membahas pengertian kepribadian menurut orang awam atau kepribadian yang umum
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan dengan maksud mempermudah
pemahaman kita tentang arti kepribadian yang sesungguhnya menurut pengertian yang
ilmiah (psikologi).
1. Kepribadian secara etimologi
Dalam bahasa inggris personality kepribadian sedangkan dari bahasa kata latin
adalah persona. Pada mulanya kata persona ini menunjuk kepada topeng yang biasa
digunakan oleh para pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memaikan peranan-
peranannya. Pada waktu itu , setiap pemain sandiwara memainkan perannya masing-
masing sesuai dengan topeng yang dikenakannya. Dari sini lambat laun kata persona
(personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu kepada gambaran sosial
tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakatnya, di mana
kemudian individu tersebut di harapkan tingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan
gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa
menjumpai pengertian kepribadian semacam ini melalui ungkapan seperti : “Didi
berkepribadian pahlawan”, atau “Dewi memiliki kepribadian kartini sejati”.
Di samping itu, kepribadian juga sering diartikan atau dihubungkan dengan ciri-
ciri tertentu yang menonjol pada diri individu. Contohnya, kepada orang yang pemalu
dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”, kepada orang yang supel dikenakan
atribut “kepribadian supel”, dan kepada orang yang suka bertindak keras dikenakan
atribut “kepribadian keras”. Selain itu bahkan sering pula kita jumpai ungkapan atau
sebutan “tidak berkepribadian”. Yang terkahir ini biasanya dialamatkan kepada orang-
orang yang lemah, plin-plan, pengecut dan semacamnya.
Dari uraian diatas bisa diperoleh gambaran bahwa kepribadian, menurut
pengertian sehari-hari menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainya. Pengertian kepribadian seperti ini mudah
dimengerti dan karenanya juga mudah dipergunakan. Tetapi sayangnya pengertian
5
kepribadian yang mudah dan luas dipergunakan ini lemag dan tidak bisa menerangkan
arti kepribadian yang sesungguhnya, sebab pengertian kepribadian tersebut hanya
memnunjuk terbatas kepada ciri-ciri yang dapat diamati saja, dan mengabaikan
kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung kepada situasi keliling.
Tambahan pulan, pengertian kepribadian semacam itu lemah disebabkan oleh sifatnya
yang evaluatif (menilai). Bagaimanapun kepribadian itu pada dasarnya tidak bisa
dinilai ‘baik’ atau ‘buruk’ (netral). Dan para ahli psikologi selalu bersedia
menghindarkan penilaian.
6
batasan yang disusun oleh para teoritis, kepribadian memiliki beberapa persamaan yang
mendasar yakni :
a. Sebagian besar batasan menggambarkan kepribadian sebagai suatu struktur atau
organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi dan
diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan perkataan lain, kepribadian dipandang
sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku.
b. Sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-perbedaan
individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu ternyatakan.
Dan melalui studi tentang kepribadian , sifat-sifat atau kumpulan sifat individu yang
membedakannya dengan individu lain diharapkan menjadi jelas atau dapat dipahami.
Kesimpulan nya, para teoritis kepribadian memandang kepribadian sebagai sesuatu
yang unik atau khas pada diri setiap orang.
c. Sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut
“sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut para teoritis
kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subjek atau individu atas
pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup faktor-faktor genetik atau
biologis, pengalaman-pengalaman sosial, dan perubahan lingkungan. Atau dengan
perkataan lain, keunikan kepribadian individu itu ditentukan atau dipengaruhi oleh
faktor-faktor bawaan dan lingkungan.
7
Disebut kepribadian apabila memenuhi syarat untuk disebut kepribadian yaitu
stabilitas dan tindakan spontan. Stabilitas artinya perbuatan tersebut bersifat permanen
dan berkelanjutan dan tidak hanya sekali duakali dilakukan. Adapun bersifat spontan
artinya bahwa perbuatan itu muncul dengan mudah dan tanpa paksaan. Kedua hal inilah
yang menentukan akhlak seseorang, sehingga ia mempunyai kepribadian terpuji dan
sebaliknya.
muthohhari dalam hal dinamika kepribadian ini berkata lebih lanjut dan mengatakan
bahwa unsur kemanusiaan yang memberi kepribadian dan karakter bagi manusia
memiliki sifat-sifat khusus yaitu :
8
d. Dapat Dipercaya Dapat dipercaya ada kaitannya dengan kerahasiaan. Pentingnya
konselor memiliki kepribadian dapat dipercaya karena ketika sedang melakukan
konseling, konseli perlu jaminan mengenai permasalahannya untuk tidak dibicarakan
kepada orang lain, kecuali izin dari yang bersangkutan.
e. Jujur Konselor perlu bersikap terbuka, autentik, dan asli (genuine). Jujur penting
karena memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif
kepada konseli.
f. Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan
hal itu konseli akan merasa aman karena konseli memandang konselor sebagai orang
yang tabah dalam menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi
masalahnya, dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
g. Kepribadian hangat yang dimaksud adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan
kasih sayang. Konseli yang datang meminta bantuan konselor, pada umumnya yang
kurang mengalami kehangatan dalam hidupnya, sehingga dia memerlukan orang yang
bisa memberikan suasana hangat pada dirinya.
h. Respon yang aktif, konselor dapat mengkomunikasikan perhatian dirinya terhadap
kebutuhan konseli. Konselor dapat mengajukan pertanyaan yang tepat, memberikan
umpan balik yang bermanfaat, dan berdiskusi dengan konseli tentang cara mengambil
keputusan yang tepat.
i. Konselor yang sensitif akan mampu mengungkap atau menganalisis apa masalah
sebenarnya yang dihadapi konseli. Konselor yang sensitif akan peka terhadap masalah
yang tidak disadari oleh diri konseli dan mengetahui sifat-sifat yang mudah
tersinggung dirinya.
j. Kepribadian sabar bagi konselor dalam proses konseling dapat membantu
mengembangkan dirinya secara alami. Dengan sabar, konselor akan lebih
memperhatikan diri konseli dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Menurut Farozin (2007: 23) menjelaskan bahwa sikap, nilai, dan kepribadian
konselor sangat mempengaruhi kelancaran proses dan kelancaran pencapaian hasil
pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Dalam kemampuan manusia terdapat 2 pembagian :
1. Soft skill adalah kemampuan yang berhubungan dengan kepribadian seseorang.
Soft skill ini yang nanti nya menunjukkan bagaimana kamu berinteraksi dengan orang
lain.
9
2. Hard skill berkaitan dengan kemampuan bekerja yang sifatnya lebih objektif, bisa
dilihat diatas kertas contohnya nilai, IQ, sertifikat, dll.
Menjadi konselor yang baik, yaitu konselor yang efektif, perlu mengenal diri
sendiri, mengenal konseli, memahami maksud dan tujuan konseling, serta menguasai
proses konseling. Membangun hubungan konseling (counseling relationship) sangat
penting dan menentukan dalam melakukan konseling. Seorang konselor tidak dapat
membangun hubungan konseling jika tidak mengenal diri maupun konseli, tidak
memahami maksud dan tujuan konseling serta tidak menguasai proses konseling.
Sifat dan karakteristik konseling sangat menentukan pribadi konselor, idealnya
pribadi konselor dapat mengaktualisasikan diri menjadi pribadi yang bijak dan
berorientasi humanistik, peduli terhadap tuntutan profesi.
kedudukan kualitas pribadi konselor dalam setiap tahapan proses konseling
individual yaitu bahwa kualitas pribadi konselor merupakan titik tumpu dalam proses
konseling individual. Dengan kata lain keberhasilan atau keefektifan dalam proses
konseling dipengaruhi oleh kualitas pribadi konselor dalam melakukan teknik atau
keterampilan dalam setiap tahap peroses konseling.
10
Kesimpulan
11
Daftar Pustaka
Rohman, A. (2016). Peran bimbingan dan konseling Islam dalam pendidikan. PROGRES.
Putri, A. (2016). Pentingnya kualitas pribadi konselor dalam konseling untuk membangun
hubungan antar konselor dan konseli. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 1(1),
10-13.
12