Anda di halaman 1dari 11

KONSEP KEPRIBADIAN DALAM PANDANGAN ISLAM

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur
Mata kuliah : Psikologi Kepribadian
Pada program studi Pendidikan Agama Islam
Jurusan Tarbiyah STAI Brebes

Dosen pengampu :
Dr. Musripah, M.A

Oleh :
Solikhin Aji S. NIM: 19.01.3626
M Jaka Sofari NIM :19.01.3628
Elinda Tika Restiana NIM:20.01.3886.T
Kuswoyo NIM :21.01.4055.T

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BREBES


2022 M/1443 H
KATA  PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat-

Nya kepada kita semua. solawat dan salam mudah-mudahan dilimpahkan kepada nabi besar

Muhammad SAW. Yang telah membawa umatnya dari jaman kegelapan menuju jalan yang

terang benderang.

Selanjitnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Musripah, M.A selaku Dosen mata kuliah psikologi kepribadian

2. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan  makalah ini.

Menghadirkan wacana baru, yang kemudian diabadikan dalam buku berjudul “Teori

Kepribadian Perspektif Psikologi Islam,” merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda.

Terdapat banyak alasaan mengapa hal itu perlu dilakukan.. Kami berharap makalah ini dapat

bermanpaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semua pada umumnya. Kami akui makalah ini

masih jauh dari kata sempurna maka kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi

perbaikan makalah selanjutnya.

Brebes, 08 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………          i

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………          1

A.    Latar Belakang Masalah .......................................................................... 4

B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 5

Bab II Pembahasan .................................................................................

A.    Konsep kepribadian dalam pandangan islam............................................ 6   

B.     Tipe-Tipe Kepribadian....................………................................................….    8

C. Faktor Pembentukan Kepribadian....................................................................... 9

D. Hadits Berkaitan dengan Kepribadian....................................................................10

BAB III Pentup …………………………………………………………….        13

Daftar Pustaka........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Tidak dipungkiri, bahwa perkembangan keilmuan telah begitu didominasi


olehpaham sekularisme. Paham yang sedemikian lama mendominasi sejarah
peradaban modern hingga akhirnya telah menghantarkan jurang pemisah yang dalam
antara kegiatan ilmu dengan spiritualitas agama, dan pada gilirannya menghantarkan
pula pada terlepasnya semangat berilmu dari nilainilai spiritual. Pandangan yang
dominan di kalangan ilmuwan modern adalah, bahwa ilmu bekerja pada dataran
empirik dengan menafikan dataran mistis-non empirik. Karena objek studi antara
keduanya berbeda, maka pembicaraan tentang keterkaitan antara ilmu dan masalah
spiritualitas dianggap sebagai tidak relevan.
Hal tersebut tidak lain, karena para psikolog modern menafikan pentingnya
dimensi spiritualitas, khususnya dalam memaknai fenomena perilaku unik manusia
yang membutuhkan analisis khusus dari teori-teori psikologi kepribadian yang
berbasiskan spiritualitas agama. Seperti perilaku radikalisme beragama yang marak
dewasa ini, bom bunuh diri yang populer dengan sebutan bom syahid, maraknya
jamaah zikir dan muhasabah, dan sederet perilaku keagamaan lainnya. Karena boleh
jadi dalam teori Psikologi Kepribadian modern, perilaku tersebut merupakan ekspresi
patologis, sementara dalam perspektif spiritualitas agama diyakini sebagai perilaku
yang mencerminkan aktualisasi atau realisasi diri. Berangkat dari fenomena kekinian
di atas perlu kiranya upaya untuk melahirkan sebuah pendekatan baru dalam aras
psikologi kepribadian, yakni psikologi yang mengakomodasi fenomena kepribadian
manusia baik yang kasat mata (psikofisik) maupun tidak (spiritual-metafisik),
psikologi yang berbasiskan budaya ketimuran dan sendi-sendi nilai spiritualitas
agama. Hal ini selaras dengan preposisi Uichol Kim, sebagaimana dikutip oleh
Achmad Mubarok, bahwa manusia tidak cukup dipahami dengan teori psikologi
Barat, karena psikologi Barat hanya tepat untuk mengkaji manusia Barat sesuai
dengan kultur sekulernya yang melatarbelakangi lahirnya ilmu itu. Untuk memahami
manusia di belahan bumi lain harus digunakan pula basis kultur dimana manusia itu
hidup. Karenanya, penelitian ini akan mencoba mengeksplorasi gagasan segar seputar
kepribadian manusia dalam perspektif Psikologi Islam.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kepribadian menurut psikologi, dan dalam pandangan islam?
2.      Bagaimana tipe-tipe kepribadian dalam ilmu psikologi?
3.      Bagaimana kepribadian ganda atau Alter Ego?
4.      Bagaimana faktor pembentukan kepribadian?
5.      Bagaimana hadits-hadits menjelaskan mengenai kepribadian?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Psikologi Kepribadian dalam Pandangan Islam
2. Untuk Mengetahui Relevansi Psikolgi Kepribadian dalam Pandangan Islam
3. Memberikan solusi ketika kita di hadapkan dalam kepribadin yan kurang baik
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Kepribadian


Kepribadian berasal dari kata personality (Bahasa Inggris) yang berasal
dari kata persona (bahasa Latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup
muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Hal itu
dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang hanya dimiliki oleh
seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik, ataupun yang kurang
baik.[1]
Menurut Gordon Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa
raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya
yang unik terhadap lingkungannya.[2]
Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud
pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya.[3]
Dalam psikologi Islam kepribadian adalah integrasi sistem kalbu, akal,
dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku.[4] Kepribadian ini
memiliki substansi tiga daya, yaitu (1) qalbu (fitrah ilahiyah) sebagai aspek
supra kesadaran manusia yang memiliki daya emosi (rasa); (2) akal (fitrah
insaniyah) sebagai aspek kesadaran manusia yang memiliki daya kognisi
(cipta); (3) nafsu (fitrah hayawaniyah) sebagai aspek pra atau bawah kesadaran
manusia yang memiliki daya konasi (karsa).

B.      Tipe-tipe Kepribadian
Ada empat kepribadian yang terdapat di dalam diri manusia:
1) Sanguin
dijuluki si “Populer” karena pandai persuasif dan ingin terkernal
Orang sanguin adalah orang yang pintar membuat kesan. Mereka biasanya
mempunyai banyak sekali kawan dan mengenal banyak orang penting. Mereka
sangat menyukai kehidupan sosial di mana mereka bisa bertemu dengan orang
lain dan terlibat dalam pembicaraan. Orang sanguin juga mempunyai rasa
humor yang tinggi. Hal ini membuat mereka disukai oleh setiap orang yang
mereka ajak bicara. Ditambah lagi dengan antusiasme dan sikap yang
ekspresif, mereka selalu menjadi bintang dalam setiap pertemuan.
2) Koleris
dijuluki si “Kuat” karena sering dominan dan kompetitif
Orang koleris dikenal sebagai orang yang keras, tegas, dan sangat menuntut.
Selain memiliki energi yang besar untuk melakukan hal-hal yang sulit, mereka
juga memiliki dorongan dan keyakinan yang kuat akan kemampuan diri
mereka. Mereka pantang menyerah. Tidak ada yang namanya “kegagalan”
dalam kamus mereka. Bila mereka gagal, mereka akan terus mencoba dan
mencoba lagi. Dan siapun yang mencoba menghalangi niatnya untuk mencapai
tujuan akan dianggap sebagai musuhnya.
3) Melankolis
dijuliki si “Sempurna” karena perfeksionis dan serba teratur
Orang melankolis adalah orang yang serius dan tertutup, namun cerdas dan
sangat kritis dalam berpikir. Mereka dapat mengerjakan suatu hal dengan jauh
lebih tekun dibandingkan tipe kepribadian yang lainnya. Mereka memahami
sesuatu setahap demi setahap, dan mereka menjalani sebagian besar hidupnya
dengan sangat serius.
4) Plegmatis
dijuluki si “Cinta Damai” karena kesetiaannya dan menghindari konflik
Orang plegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan
kawan. Berlawanan dengan orang koleris yang keras dan sangat menuntut,
orang phlegmatis adalah orang yang manis, tidak mendesak, dan tidak suka
memerintah.
Orang plegmatis tidak suka dengan konflik dan pertentangan. Mereka lebih
senang memberikan dukungan dan melayani serta setuju dengan pendapat
orang lain. Dalam setiap pertengkaran atau perbedaan pendapat, orang
plegmatis adalah penengah yang baik, karena mereka tidak mudah tersinggung.
[5]

3.      Kepribadian Ganda (Alter Ego)


Pemecahan kepribadian atau sering juga disebut kepribadian ganda,
atau juga lebih terkenal dengan nama alter ego. Merupakan suatu keadaan
dimana muncul kepribadian individu yang terpecah sehingga muncul 
kepribadian yang lain. Kepribadian itu biasanya merupakan ekspresi dari
kepribadian utama yang muncul karena pribadi utama tidak dapat mewujudkan
hal yang ngin dilakukannya.[6]
Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa ada satu orang
yang memiiki pribadi lebih dari satu atau memiliki dua pribadi sekaligus.
Kadang penderita tidak tahu bahwa ia memiliki kepribadian ganda, dua pribadi
yang ada dalam satu tubuh ini juga saling mengenal dan lebih parah lagi
kadang-kadang dua pribadi ini saling bertolak belakang.
Akan tetapi, ada kasus penyembuhan dimana dua pribadi atau lebih
yang ada dalam tubuh ini saling mengenal, dan mereka melakukan sinkronasi
atau menyelaraskan pola pikir, sifat, dan tujuan mereka sehingga mereka
mampu membagi segalanya yang ada dalam hidup mereka dengan perjanjian
atau syarat tertentu yang mereka buat sendiri. Dengan begitu mereka mampu
menjalani kehidupan normal bahkan bisa mengendalikan pengambilan alih
badan atas keinginan mereka sendiri. Penderita yang sudah melakukan
sinkronasi dengan dirinya yang satu lagi akan terlihat seperti orang normal
selayaknya.
C.      Faktor Pembentukan Kepribadian
a.   Warisan biologis (keturunan)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa IQ tingkat kecerdasaan anak
lebih mirip dengan IQ orang tua kandungnya dibandingkan orangtua
angkatnya. Hal ini berhubungan dengan faktor keturunan. Warisan biologis
juga berhubungan dengan orang tuanya, seperti golongan darah, jenis penyakit
ternetu, alergi, jantung koroner, asma, dsb.

b. Lingkungan fisik (geografis)
Orang yang hidup didaerah pegunungan yang mengembangkan
pertanian akan berbeda keperibadiannya dengan orang yang hidup di tepi
pantai sebagai nelayan. Demikian pula orang yang hidup di daerah panas dan
miskin cenderung berbeda kepribadiannya dengan orang yang tinggal didaerah
subur dan kaya.
c. Kebudayaan
  
Setiap kebudayaan menyediakan seperangkat norma yang berbeda dari
masyarakat yang satu ke masyarakat yang lainnya dan mempengaruhi
kepribadian anggotanya. Misalnya: suku suni di meksiko, terdapat norma adat
yang mengharuskan setiap anggotanya memiliki rasa malu dan mengendalikan
diri.
d.  Pengalaman kelompok
Masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan budaya
dan standar/ukuran moral yang berbeda-beda. Standar/ukuran tersebut
digunakan untuk menentukan mana kepribadian yang baik dan mana yang
tidak baik.
e.   Pengalaman unik
Misalnya: dua orang gadis cantik dalam keluarga dapat memiliki
kepribadian yang berbeda, satu lebih percaya diri dan tenang dalam
berpenampilan dan satu lagi kurang percaya diri dan berpenampilan biasa-
biasa saja.[7]

D.      Hadits-hadits yang berkaitan dengan kepribadian

‫اس َوَأجْ َو ُد َما َي ُكونُ فِي‬ ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َأجْ َودَ ال َّن‬ َ ُّ‫ان ال َّن ِبي‬ َ ‫َّاس َك‬
ٍ ‫َقا َل ابْنُ َعب‬
ْ‫صلَّى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َأِلخِي ِه ارْ َكب‬َ ِّ‫ث ال َّن ِبي‬ ُ ‫ان َو َقا َل َأبُو َذرٍّ َلمَّا َب َل َغ ُه َم ْب َع‬
َ ‫ض‬َ ‫َر َم‬
‫ْأ‬ ‫َأ‬
ِ ‫ِإ َلى َه َذا ْال َوادِي َفاسْ َمعْ ِمنْ َق ْولِ ِه َف َر َج َع َف َقا َل َر ْي ُت ُه َي ُم ُر ِب َم َك‬
‫ار ِم‬
(‫البخاري‬  ‫)روه‬  ‫اَأْل ْخاَل ِق‬
Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa Nabi saw adalah orang paling
dermawan. Beliau menjadi lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Dan Abu
Dzar berkata bahwa ketika ia mendengar kedatangan Nabi Muhammad saw.,
ia berkata kepada saudara laki-lakinya, “Pergilah ke lembah itu dan
dengarkan apa yang ia katakan.” Saudaranya kembali dan berkata, “Aku
melihat ia memerintahkan orang-orang kepada moral dan perilaku (akhlak)
yang paling mulia.” (HR. Bukhari)[8]

Dari hadits diatas, kita dapat melihat Rasulullah SAW, memerintahkan


kita untuk berakhlak mulia. Kemudian dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari
`Iyadh bin Himar, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda:
‫الَ ْتهُ ْم َع ْن ِد ْينِ ِه ْم‬YYYَ‫اطي ُْن فَاجْ ت‬
ِ َ‫ـجا َء ْتهُ ُم ال َّشـي‬
َ َ‫ا َء ف‬YYYَ‫ا ِديْ ُحنَف‬YYYَ‫ت ِعب‬ ُ ‫ ِإنِّى َخلَ ْق‬:ُ‫و ُل هللا‬YYY ْ ُ‫يَق‬
‫ت لَهُ ْم‬Yُ ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َماَأحْ لَ ْل‬
ْ ‫َو َح َّر َم‬
Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-
hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus). Maka datanglah setan-setan kepada
mereka, lalu menyimpangkan mereka dari agamanya dan mengharamkan bagi
mereka apa yang telah Aku halalkan bagi mereka.”(Shahih Muslim)[9]
Dari hadits tersebut, telah jelas bahwa manusia sejak lahir sudah dalam
keadaan hanif. Tetapi ketika mulai tumbuh dan berkembang, setan-setan
menyimpangkan dari jalan yang benar, mengajak mereka mengerjakan apa
yang telah dilarang Allah. Maka dari itu kita perlu menjaga akhlak kita, salah
satu contohnya adalah dengan cara mengerjakan kebaikan

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kepribadian itu merupakan
bentuk interaksi yang dilakukan seorang individu dengan individu lain, dimana kepribadian
ini secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan sesuai kondisi dimana individu tersebut
berada.
Islam pun telah menjelaskan bagaimana pentingnya memiliki kepribadian yang baik,
sebagaimana yang telah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah SAW. Islam juga
menyerukan kepada manusia agar memiliki pendirian dalam hidup ini dan selalu menjauhi
sifat keji.
B.     Saran
Dari kesimpulan diatas, maka dapat disajikan beberapa saran, antara lain sebagai
berikut:
1.      Bagi para pemuda yang sering ikut-ikutan dalam bergaul di kesehariannya, supaya berubah,
agar memiliki kepribadian yang baik.
2.      Bagi umat islam sendiri khususnya untuk mengingatkan betapa pentingnya istiqomah dalam
kehidupan karena dapat menuntun kita ke jalan yang benar dan diridhai Allah SWT.
3.      Secara umum, menegur kita untuk memilih teman dalam bergaul karena hal ini sangat kecil
dan jarang diperhatikan namun memiliki dampak yang besar bagi kita sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Lukman, “Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap


dan perilaku siswa sekolah dasar islam terpadu al-muttaqin kota tasikmalaya,”Jurnal
Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol.10 No.10(2012).
Hidayat, Dede Rahmat “ Teori dan Aplikasi: Psikologi Kepribadian dalam
Konseling, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), cet 1.
Hutagalung, Inge “Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi
Positif”, (Jakarta : PT.Indeks, 2007), hal.1
Ischak, et al . “Pendidikan IPS SD “, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004). Iqbal
Khan, Asif, “ Agama, Filsafat, Seni dalam pemikiran Iqbal”, terj. Farida Arini, (Yogyakarta:
Fajar Pustaka baru, 2002).
Online,http://www.pengertianpakar.com/2014/10/pengertian-pendidikan-
islammenurut-para-pakar.html.diakses pada hari senin 05 Juni 2017, 13.15 WIB
Oezs,Charming,(Online),http://oezscharming.blogspot.co.id/2012/04/pembentukn -
kepribadian-dalam.html.

Anda mungkin juga menyukai