Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TIPOLOGI

KEPRIBADIAN DALAM ISLAM


Dosen pengampu : Eska Prawisudawati Ulpa, M.Si

Kelompok 5

Rima Khoirunisa (2131060172)

Sinta sriyani (2131060081)

Wahyu Ria Monika (2131060210)

Yulia Titi Rohaini (2131060090)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNGTAHUN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir di
hari akhir kelak. Amin.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Pembahasan tipologi kepribadian dalam islam.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tengah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 18 oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………..………… ii
DAFTAR ISI ……….……………………………………………………………... iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 1
C. Tujuan……………………………………………………………………. 2

BAB II PENDAHULUAN…………………………………………………………. 3
A. Pengertian Tipologi……………………………………………………… 3
B. Pola penelusuran Tipogi dalam Kepribadian Islam……………………… 4
C. Bentuk-bentuk Tipologi Kepribadian Dalam Islam……………………… 6

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………. 10


A. Kesimpulan………………………………………………………………... 10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepribadian merupakan “keniscayaan”, suatu bagian dalam (interior) dari diri kita yang
masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan siapakah diri kita yang
sesungguhnya. Dalam Al-Qur’an Allah telah menerangkan model kepribadian manusia yang
memiliki keistimewaan dibanding model kepribadian lainnya. Di antaranya adalah Surah al-
Baqarah ayat 1-20. Rangkaian ayat ini menggambarkan tiga model kepribadian manusia, yakni
kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian orang munafik.
Pada dasarnya manusia diberikan fitrah oleh Allah berupa memeluk Agama Islam dan
bertauhid, namun ketika manusia itu dilahirkan ke dunia, manusia dipengaruhi oleh lingkungan,
sehingga tingkahlakunya berubah. Firman Allah dalam QS Ar-Rum ayat 30. Maksudnya ciptaan
Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu
hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Dalam memendang konsep dan pilsafat tentang manusia, maka tidak lepas dari pandangan
Islam itu sendiri. Dalam Islam, manusia memang makhluk yang memiliki dimensi-dimensi yang
kompleks. Manusia dimanpun dan beragama apapun tidak terlepas dari yang dinamakan jasad
dan roh. Oleh karena itu manusia harus mengetahui eksistensi dia sebagai manusia agar hidupnya
baik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah seperti dibawah ini :

1. Bagaimana pengertian tipologi kepribadian dalam islam?


2. Apa saja teori jiwa dalam tipologi jiwa dalam manusia?
3. Apa saja bentuk-bentuk tipologi kepribadian dalam islam?

1
C. Tujuan

a. Untuk mengetahui apa itu tipologi kepribadian dalam islam


b. Untuk mengetahui apa saja teori jiwa dalam tipologi jiwa manusia
c. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk tipologi kepribadian dalam islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tipologi
Pemetaan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan tipe dan pendekatan sifat. Tipe (al-namath) adalah satu pengelompokan individu
yang bisa dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus yang kedua seseorang
yang memiliki semua atau paling banyak ciri-ciri khas di suatu kelompok yang ketiga satu pola
karakteristik yang berperan sebagai satu pembimbing untuk menempatkan individu dalam
kategori yang keempat ekstrimitas dari rangkaian kesatuan atau dari distribusi seperti yang
ditunjukkan dalam tipe agresif atau tipe sosial.' Sedang yang dimaksud dengan sifat (trait) adalah
satu pola tingkah laku yang relatif menetap secara terus-menerus dan konsekuen yang
diungkapkan dalam satu deretan keadaan satu karakteristik biologis.

Dalam terminologi struktur Gordon Allport (1897-1967), tipe berbeda dengan sifat.
Seseorang bisa saja memiliki sifat tertentu, tetapi tidak memiliki suatu tipe. Tipe adalah
konstitusi ideal pengamat. Apabila individu telah ditetapkan pada tipe tertentu maka identitasnya
yang khas (sifat) tera baikan. Sifat adalah struktur neoropsikis yang memiliki kapasitan untuk
menjadikan banyak stimulus ekuivalen secara fungsional, dan memulai erta membimbing
bentuk-bentuk tingkah laku adaptif dan ekspresif yang ekuivalen (konsisten dari sudut
maknanya). Istilah baru "sifat" adalah disposisi pribadi (personal disposition) yang disebut juga
sifat-sifat morfogenik (morphogenic disposition), yaitu struktur neoropsikis umum (yang khas
bagi individu) dengan kapasitas menjadikan banyak stimulus secara fungsional ekuivalen, dan
memulai serta membimbing bentuk-bentuk konsisten tingkah laku adaptif dan stilistik."

Tipologi manusia yang dimaksud bersumber dari norma Islam, tidak semata-mata
perilaku manusia tanpa dikaitkan dengan nilai. Penentuan tipologi kepribadian Islam didasarkan
atas kerangka: (1) struktur nafsani kepribadian Islam (hawa nafsu, aqal dan qalbu) berikut
dinamikanya; (2) menggunakan paradigma bagaimana seharusnya bukan sekadar apa adanya,
yang karenanya terdapat unsur-unsur penilaian baik-buruk. Dalam hal ini, aksiologi Islam
merupakan weltanschauung dalam mengonstruksi fakta, sehingga tidak ada keterpisahan antara
ilmu dan nilai keislaman, sehingga dalam kepribadian Islam tidak sekadar mendeskripsikan sifat-
sifat manusia, tetapi juga menilai baik-buruknya; dan (3) berorientasi teosentris, sebab kriteria
yang digunakan bersumber dari norma wahyu Ilahi melalui pendekatan deduktif, sekalipun tanpa
menghilangkan ijtihad manusia (dalam konteks ini para psikolog atau ilmuwan psikologi).

3
B. Pola Penelusuran Tipologi dalam Kepribadian Islam
Dalam beberapa literatur keislaman yang berkembang selama ini. kepribadian Islam
sering kali diidentikkan dengan akhlak atau tasawuf. yaitu satu aspek dari ajaran Islam yang
membahas tentang perilaku batin individu. Dalam klasifikasi yang umum, kepercayaan dan
keimanan dibahas dalam disiplin aqidah: ibadah dan perilaku lahir dibahas dalam disiplin
wariah; sedang kepribadian dan perilaku batin dibahas dalam disiplin asawuf atau akhlak.
Pemetaan ini tidak salah, tetapi mengandung kesan yang disintegratif (tidak utuh). Akibat dari
pemetaan ini, sering kali muncul pernyataan: "Orang itu peribadatannya bagus, tetapi sayangnya,
ia tidak miliki rasa empati pada orang lain." Kepribadian seharusnya diturunkan dari keimanan
dan peribadatan seseorang, sehingga tidak ada keterpisahan antara masing-masing aspek dalam
Islam. Individu yang beriman kepada Allah Swt.

Sementara dalam wacana filsafat, penentuan tipologi manusia didasarkan atas potensi
dasar manusia yang disebut 'jiwa'. Sebagai bagian dari alam. diri manusia memiliki jiwa dari
semua jiwa yang ada di alam raya, dari jiwa tingkat yang terendah sampai yang tertinggi.
Berdasarkan teori jiwa ini tipologi manusia ditentukan, seperti:

1. Jiwa tambang (ma'adin) yang memiliki ciri benda-benda mati seperti tanah, api, udara dan air.
Dari sini maka tipologi manusia dikonseptualisasi dengan Hasta Brata yang berarti delapan
langkah yang mengikuti watak benda-benda di alam yakni Bhumi (bumi/ tanah), Surya
(Matahari), Candra (Bulan), Kartika (Bintang), Maruta (Angin), Samudra (Laut), Dahana (Api)
dan air. Misalnya manusia bumi perwatakannya adalah yang tegas, konstan, konsisten, dan apa
adanya.

2. Jiwa tetumbuhan (nabatiyah) yang memiliki ciri melahirkan, tumbuh, dan makan. Dari sini
maka tipologi manusia dikonseptualisasikan dengan berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
dengan buah dan berbagai rasa dan warna, tanaman dengan bunga dan berbagai aroma dan
warnanya, tanaman dengan berbagai bentuk, jenis, warna dan sebagainya. Misalnya Manusia
Mawar perwatakannya adalah themberikan keindahan dan kenyamanan tetapi menyisakan duri
yang membahayakan

3 Jiwa kehewanan (hayawaniyah) yang memiliki ciri menangkap berbagai parsialitas dan
bergerak karena keinginan; Dari sini maka tipologi manusia dikonseptualisasikan dengan
berbagai shio atau zodiak, seperti hewan tikus, monyet, anjing, kuda, dan seterusnya. Misalnya
Manusia Kambing Jantan perwatakannya pendiam, rajin dan ambisius.

4.Jiwa rasional (nathiqah), yang memiliki ciri berperilaku eksistensi berdasarkan ikhtiar pikiran
dan ide, namun pada sisi yang lain mempersepsi semua persoalan universal. Dari sini maka
tipolog manusia dikonseptualisasikan dengan berbagai tipologi manusia berdasarkan riset ilmiah.
Dari hasil riset ternyata terdapar lima besar kepribadian manusia (big five personality), yaitu

4
openness (0), conscientiousness (C), extraversion (E), agreeableness (A) dan neuroticism (N),
sekalipun dalam konteks ke-Indonesia-an sebenarnya bukan hanya lima, tetapi tujuh dengan
menambakan aspek hidup bersosial dan beragama.

5. Jiwa kemalaikatan (malakiyah) yang memiliki ciri selalu tunduk dan patuh pada ketentuan dan
aturan Allah Swt., yang pada sisi bersamaan, ada unsur setan (syaithaniyah) yang memiliki ciri
selalu membangkang dan menyalahani ketentuan dan aturan Allah Swt.;

6. Jiwa ketuhanan (ilahiyah) yang memiliki ciri seperti pada nama-nama Allah Swt. (asma' al-
husna), karena manusia diciptakan sebagai khalifah Nya di muka bumi. Tipe manusia ini
perwatakannya dijelaskan pada kepribadian mukmin yang Rabbani.

Penentuan tipologi kepribadian dalam Islam, yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-
Sunnah, banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan
mengklasifikasi ayat atau hadis Nabi Saw. tentang kepribadian. Dalam Al-Qur'an maupun Al-
Sunnah, dengan menggunakan kata kunci tha ifah, fariq atau firqah, hizb, wa man dan minu serta
ayat-ayat tertentu yang secara khusus menunjukkan tipologi manusia terdapat banyak pola
penggolongan manusia, yang mana penggolongan itu disesuaikan dengan konteks ayat atau hadis
diturunkan.

Tipologi pertama dengan pola berlawanan seperti positif versus negatif atau baik versus
buruk. Dalam QS Al-Baqarah ayat 1-20, Ali Imran ayat 72. Al-A'raf ayat 87; dan Al-Shaf ayat
14, disebutkan tiga tipe manusia, yaitu:

1. Tipe mukmin, yaitu mereka yang beriman atau percaya kepada yang gaib seperti (Allah,
malaikat dan roh); menunaikan shalat, menafkahkan rezekinya kepada faqir-miskin,
yatim dan kerabat, beriman kepada kitab Allah) dan beriman kepada hari akhir. Tipe ini
digolongkan sebagai tipe yang beruntung (muflih), karena telah mendapatkan petunjuk.
2. Tipe kafir (ingkar), yaitu mereka yang ingkar terhadap hal-hal yang harus dipercayai
sebagai seorang mukmin. Tipe seperti ini digambarkan sebagai tipe yang sesat, karena
terkunci hati, pendengaran dan penglihatannya dalam masalah kebenaran. Siksa Allah
Swt. yang pedih tentu menjadi bagian dari kehidupan akhirnya.
3. Tipe munafiq, yaitu mereka yang beriman kepada Allah Swt. dan hari Akhir, tetapi
imannya hanya di mulut belaka, sementara hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah
dan orang mukmin, walaupun sebenarnya ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak
sadar. Hati mereka berpenyakit, dan semakin parah penyakitnya karena membuat
kerusakan, menambah kebodohan, bersekutu dengan setan untuk mengolok-olok orang-
orang mukmin. Mereka tidak mendapat penerangan dan petunjuk, sehingga senantiasa
dalam kegelapan.

Masih dalam pola pertama ini, dalam QS Al-Mujadilah ayat 19-22 dan Al-Maidah ayat
56 disebutkan tipe: (1) Tipe yang orientasi hidupnya untuk partai (hizb) Allah, yaitu mereka
yang memiliki keimanan dan pertolongan dari-Nya, sehingga mereka mendapatkan ridha-Nya

5
dan mereka termasuk orang-orang yang beruntung: (2) Tipe yang orientasi hidupnya untuk partai
syetan, yaitu mereka yang lupa dan menentang kepada Allah dan rasul-Nya; mereka termasuk
golongan yang hina. Demikian juga ditemukan dalam QS Hud ayat 17 tentang tipe ahli syurga
dan ahli neraka. Dalam QS Ali Imran ayat 23 tentang tipe yang menegakkan hukum Allah dan
tipe mengabaikan atau berpaling darinya. Dalam QS Ali Imran ayat 110 tentang tipe orang yang
beriman dan tipe fasiq (pendosa besar). Dalam QS Al-Baqarah ayat 75-78,146 tentang tipe yang
mengetahui kalam Allah dan tipe yang ummi (masa bodoh) atau menyembunyikan terhadapnya.
Dalam QS Al-An'am ayat 81-82 tentang tipe orang yang tauhid dan tipe yang zalim atau syirik.
Sedang dalam QS Al-Ra'd ayat 36 tentang tipe orang gembira dan tipe orang yang bimbang
terhadap kitab Allah.

Dalam pola pertama ini, juga ditemukan tipologi berlawanan, sebagaimana tergambar
dalam QS Fathir ayat 32: "Maka di antara mereka ada yang menganiaya (zalim) diri mereka
sendiri. Ada pula yang ditengah-tengah. Dan ada pula yang lebih dahulu berbuat kebajikan." dan
Al-Maidah ayat 66: 1) Tipe yang zalim terhadap dirinya sendiri (zhalim li nafsih). Karakter
dasarnya adalah buruk, jahat, durjana dan pendosa; (2) Tipe yang tengah tengah (muqtasid)
antara baik-buruk dan antara berbuat dosa tetapi ia gera taubat dan menyesali perbuatannya; dan
(3) Tipe yang bersegera melaksanakan kebajikan (sabiq halklarat) Karakter dasarnya adalah baik
dan perilakunya bermuaram pada ibadah yang berpahala. Tipologi keda dengan pola yang linear.
Misalnya tipe orang yang ing berperang (pejuang) di jalan Allah, sedang sebagian yang lain
bertipe pelaar agar memberi peringatan pada pada kaumnya (QS Al-Taubah: 122) Sedang dalam
QS Al-Baqarah ayat 200-201 dan Al-Syura ayat 20 tentang tipe tra yang berorientasi pada
kebaikan kehidupan dunia saja, kebaikan kehidupan akhirat saja, dan kebaikan kehidupan kedua-
duanya.

C. Bentuk-bentuk Tipologi Kepribadian dalam Islam


Ada tiga tipe manusia, yaitu tipe yang berkepribadian ammarah kepribadian lawwamah
dan kepribadian muthmainnah. Hal ini didasarkan atas konsistensi dengan pembahasan struktur
kepribadian dan dinamikanya Tipologi kepribadian dalam Islam yang dimaksud adalah:

1.Tipologi Kepribadian Ammarah

Kepribadian ammirah adalah kepribadian yang cenderung melakukan perbuatan-


perbuatan rendah sesuai dengan naluri primitifnya, sehingga ia merupakan tempat dan sumber
kejelekan dan perbuatan tercela. la mengikuti tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip
kenikmatan (pleasure principle) syahwati.

Bentuk-bentuk tipologi kepribadian amarah adalah syirik, kufur, riya nifaq, zindiq,
bid'ah, sihir, membangga-banggakan kekayaan, mengikuti hawa nafsu dan syahwat, sombong
dan ujub, membuat kerusakan, boros, memakan riba, mengumpat, pelit, durhaka atau

6
membangkang, bendi, pengecut atau takut, fitnah, memata-matai, angan-angan atau mengkhayal
hasud, khiyanat, senang dengan duka yang lain, ragu-ragu, buruk sangka, rakus, aniaya atau
zalim, marah, menceritakan kejelekan orang lain, menipu jahat atau fujur, dusta, sumpah palsu,
berbuat keji, menuduh, zina, makat bunuh diri, dan adu domba. Bentuk-bentuk ini akan dibahas
tersendir dalam satu bab tentang penyimpangan kepribadian Islam atau kepribadian abnormal
dalam Islam.

2. Tipologi Kepribadian Lawwamah

Kepribadian lawwamak adalah kepribadian yang mencela perbuatan buruknya setelah


memperoleh cahaya qalbu. la bangkit untuk memperbaiki kebimbangannya dan kadang-kadang
tumbuh perbuatan yang buruk yang disebabkan oleh warak gelap (zhulmaniyyah)-nya, Bentuk-
bentuk tipologi kepribadian lawwamah sulit ditentukan, sebab ia merupakan kepribadian antara,
yakni antara kepribadian amarah dan kepribadian muthmainnah, yang bernilai netral.

3. Tipologi Kepribadian Muthmainnah

Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang tenang setelah diberi kesempurnaan


nur qalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik.
Bentuk-bentuk tipologi kepribadian muthmainnah sebagaimana yang hadis Nabi Saw. riwayat al-
Turmudzi dari Umar ibn al-Khattab disebutkan bahwa terdapat tiga aspek yang menjadi sistem
kepribadian Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.

Secara teoretik, suatu perilaku dapat diklasifikasikan mana yang termasuk perilaku
iman, mana yang islam dan mana yang ihsan,Dalam QS Al-Hujurat ayat 14 disebutkan "Orang-
orang Arab Bailwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu
belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah islam", karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu". Iman dalam firman tersebut merupakan dimensi batiniah, sedangkan islam merupakan
dimensi lahiriah, Orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat secara formal telah dikatakan
Muslim, namun hakikatnya belum tentu, tergantung tingkat penyikapan di dalam batinnya,
karena iman itu berhubungan dengan pembenaran di dalam hati (tashdiq bi al-qalb). Hal itu
mengandung arti bahwa islam tidak sama dengan iman jika keduanya disebut secara bersamaan
dalam satu ayat atau hadis. Sementara dalam QS Ali Imran ayat 19 disebutkan "Sesungguhnya
agama (yang diridha) di sisi Allah hanyalah Islam". Kata Islam dalam ayat kedua ini memiliki
makna iman, islam dan insan secara bersamaan, sebab kata Islam disebut secara sendirian.
Kepribadian muthmainnah, sebagaimana yang digambarkan dalam hadis di atas, terbagi atas tiga
kategori:

1. Kepribadian mukmin, yang memiliki enam bentuk kepribadian, yaitu kepribadian rabbani atau
ilahi, kepribadian malaki, kepribadian qur'ani,kepribadian rasuli, kepribadian yawm akhiri, dan
kepribadian taqdiri.

7
2. Kepribadian Muslim, yang memiliki lima bentuk kepribadian, yaitu kepribadian syahadatain,
kepribadian mushalli, kepribadian sham, kepribadian muzakki, dan kepribadian haji.

3. Kepribadian muhsin, yang memiliki multi bentuk kepribadian. Banyak ulama merumuskan
jenis-jenis kepribadian muhsin, namun rumusan yang paling lengkap sebagaimana yang
dikemukakan oleh Abu Ismail Abd Allah al-Anshari dalam bukunya "Manâzil al-Sa'irin" yang
diberi penjelasan secara panjang lebar oleh Ibn Qayyim al-Jawziyyah dalam bukunya Madarij al-
Salikin bayn Manazil Iyyaha Naada wa bych Nastin yaitu:

a) Tingkatan permulaan (bidayah), meliputi kesadaran (al-yaqzhah), taubat (l-tawbah),


introspeksi (al-muhasabah), kembali ke jalan Allah (al-inabah), berpikir (al-tafckkur),
berzikir (al-tadzakkur), menjaga diri (al-i'tisham), lari dari keburukan menuju ke jalan
Allah (al-firar), latihan spiritual (al-riyadhah), dan mendengar dengan suara hati (al-
sima").
b) Tingkatan pintu-pintu masuk (abwab), meliputi kesedihan (al huzn), ketakutan (al-
khawf), takut (al-isyfaq minhu), kekhusyuan (al-khusyu'), rendah diri di hadapan Allah
(al-ikhbat), zuhud (al zuhud), menjaga diri (al-warâ'), ketekunan (al-tabattul), harapan (al-
raja"), dan kecintaan (al-raghbah).
c) Tingkatan pergaulan (mu'amalah), meliputi pemeliharaan diri (al-ri'âyah), menghadirkan
hati kepada Ailah (al-murâqabah), kehormatan (al-hurmah), ketulusan (al-ikhlash),
pendidikan (al-tahdzib), kontinue (al-istiqamah), tawakkal (al-tawakkal), pelimpahan
wewenang (al-tafwidh), keterpercayaan (al-tsiqah) dan penyerahan (al-taslim).
d) Tingkatan etika (akhlaq), meliputi sabar (al-shabr), rela (al-ridha), berterima kasih (al-
syukur), malu (al-haya'), jujur (al-shidq), mementingkan orang lain (al-itsar), kerendahan
hati (al-tawadhu') dan kejantanan (al-futuwah).
e) Tingkatan pokok (ushûl), meliputi tujuan (al-qashd), tekad (al-'azm), hasrat (al-irâdah),
sopan santun (al-adab), keyakinan (al-yaqin), keintiman (al-'uns), mengingat (al-dzikr),
butuh rahmat (al-faqr) dan merasa kaya materi (al-ghani)
f) Tingkatan terapi (adwiyah), meliputi baik (al-ihsan), ilmu (al-'ilm), hikmah (al-hikmah),
pandangan batin (al-bashir), firasat (al-firasah). kehormatan (al-ta'zhim), ilham (al-
ilhâm), ketenangan (al-sakinah), ketentraman (al-thuma'ninah) dan cita-cita (al-himmah)..
g) Tingkatan keadaan (ahwal), meliputi cinta (al-mahabbah), cemburu (al-ghyrah), rindu (al-
syawq), kegoncangan (al-qalq), haus (al 'athasy), suka cita (al-wijd), keheranan (al-
dahasy), kilat (al-barg) dan cita-rasa (al-dzawą).
h) Tingkatan kewalian (walâyah), meliputi sadar setelah memperhatikan (al-lahazhah),
waktu (al-waqt), jernih (al-shafâ`), gembira (al-surûr), rahasia (al-sirr), nafas (al-nafs),
keterasingan (al ghurbah), tenggelam (al-gharq) dan kesanggupan hati (al-tamakkun).
i) Tingkatan hakikat (haqa'iq), meliputi ketersingkapan (almukasyafah), penyaksian (al-
musyahadah), keterlihatan (al mu'ayanah), hidup (al-hayah), ketergenggaman (al-qabdh),
keterbentangan (al-basth), mabuk (al-sukr), lupa (al-shahw), ketersambungan (al-ittishal),
dan keterpisahan (al-infishal).

8
j) Tingkatan puncak (nihayah), meliputi pengetahuan yang gaib (al ma'rifah), peniadaan
materi (al-fand'), penetapan rohani (al-baqî'), pembuktian (al-tahqiq), mendapatkan (al-
wujud), pengosongan (al-tajrid), ketersendirian (al-tafrid), penyatuan (al-jam'u) dan
pentauhidan (al-tawhid).
Masing-masing kepribadian tersebut merupakan sistem yang komponen komponennya
saling kalt-mengait. Individu yang berkepribadian Islam tidak hanya melakukan salah satu
komponen kepribadian, melainkan keseluruhan komponen tanpa dipilah-pilah. Pemilahan
komponen-komponen kepribadian Islam akan mengakibatkan kepribadian terbelah (split
personality), seperti individu yang telah beriman kepada Allah (kepribadian mukmin) dan
melaksanakan ibadah haji (kepribadian Muslim) tetapi masih senang memprovokasi sesama
saudaranya (menyalahi kepribadian muhsin).

Ibnu Qayyim al-Jawziyah memberi batas diametris antara kepribadian muthmainnah dan
kepribadian ammarah. Jika kepribadian muthmainnah dianggap sebagai suatu perilaku yang
positif, obat dan berpahala maka kepribadian ammarah dianggap sebagai perilaku yang negatif,
penyakit dan berdosa. Tipologi yang dikemukan ibnu qayyim tersebut mirip dengan teori
perkembangan psikososial Erik H.Erikson. Erikson membuat delapan pola kebutuhan manusia.
Masing-masing kebutuhan memiliki segi-segi posi tif dan negatif. Misalnya kepercayaan versus
kecurigaan, otonomi versus perasaan malu, inisiatif versus kesalahan, kerajinan versus
inferioritas, identitas versus kekacauan, keintiman versus isolasi, generativitas versus stagnasi
dan integritas versus keputusasaan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemetaan kepribadian manusia dapat dilakukan dengan dua pendekatan,yaitu
pendekatan tipe dan pendekatan sifat. Tipe(al-namath)adalah satu pengelompokan
individu yang bisa dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus yang
kedua seseorang yang memiliki semua atau paling banyak ciri-ciri khas disuatu
kelompok.Dalam beberapa literatur keislaman yang berkembang selama ini. Kepribadian
Islam sering kali diidentikkan dengan akhlak atau tasawuf Sementara dalam wacana
filsafat, penentuan tipologi manusia didasarkan atas potensi dasar manusia yang disebut
'jiwa'. Sebagai bagian dari alam. diri manusia memiliki jiwa dari semua jiwa yang ada di
alam raya, dari jiwa tingkat yang terendah sampai yang tertinggi.Selain itu terdapat juga
bentuk- bentuk kepribadian dalam islam yaitu Tipologi Kepribadian Ammarah, Tipologi
Kepribadian Lawwamah,Tipologi Kepribadian Muthmainnah Masing-masing
kepribadian tersebut merupakan sistem yang komponen komponennya saling kalt-
mengait. Individu yang berkepribadian Islam tidak hanya melakukan salah satu
komponen kepribadian, melainkan keseluruhan komponen tanpa dipilah-pilah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Abdul Mujib, M. M. (2019). TEORI KEPRIBADIAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM. Depok: PT
RajaGrafindo Persada.

11

Anda mungkin juga menyukai