Anda di halaman 1dari 14

PERSON CENTERED THEORY

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Kepribadian

Dosen pengampu: Lisa Ardaniyati, S.PS.I., M.A.

Disusun oleh:

Rifka Ramadhani 43040190229

Sarah Sausan 43040190088

Elis Shofatul Muna 43040190092

Indah Ambarsari 43040190002

Ninda Naulian Kutni 43040190258

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpaham nikmat sehat-Nya sehingga kami diberikan
kesempatan serta kemudahan dalam menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “PERSON
CENTERED THEORY”. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada ibu Lisa Ardaniyati,
S.PS.I., M.A. yang telah membimbing dan mengarahkan kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Terimakasih juga kepada berbagai pihak yang telah
membantu serta berusaha semaksimal mungkin dalam proses pembuatan makalah.

Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya untuk
menambah wawasan baru atau pengetahuan tentang judul makalah yang telah disebutkan. Selaku
penulis, kami tentunya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca agar makalah ini nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Salatiga, 14 November
2021

Penulis

i
DAFATAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………..1
C. Tujuan…………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………3

A. Konsep Diri dalam Teori Kepribadian Carl Rogers…………………………………...3


B. Struktur Kepribadian Carl Rogers……………………………………………………..4
C. Dinamika Kepribadian…………………………………………………………………..6
D. Dasar Sikap dan Praktik…………………………………………………………………7
E. Tahapan Perkembangan Carl Rogers…………………………………………………..8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………..10

A. Simpulan………………………………………………………………………………...10
B. Saran…………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………...11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan fenomenologi dari Carl Rogers konsisten menekankan pandangan
bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia memandang realitas
secara subjektif (subjective experience of reality). Pendekatan ini juga berpendapat bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri, bahwa hakekat
Yang Terdalam dari manusia adalah sifatnya yang bertujuan, dapat dipercaya, dan
mengejar kesempurnaan diri (puposive, trusthworthy, self-perfecting). Rodgers sangat kuat
memegang asumsinya, bahwa manusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif,
proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami. Karena itu unsur-unsur konstitusi kurang
mendapat perhatian.
Carl Rogers terkenal berkat metode terapi yang dikembangkannya, yakni tak
mengarahkan (nondirective) atau terapi berpusat pada klien (Client Centered Therapy).
Tekniknya tersebar luas di kalangan konselor pendidikan, konselor bimbingan dan
pekerjaan sosial. Rogers adalah orang pertama yang melibatkan peneliti ke dalam sesi
terapinya (memakai tape recorder), yang pada tahun 1940 and membuka sesi klien untuk
dicermati orang lain masih tabu titik dengan cara itu orang mulai belajar mengenai Hakekat
psikoterapi dan proses beroperasinya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep diri dalam teori kepribadian Carl Rogers ?
2. Bagaimana struktur kepribadian menurut Carl Rogers?
3. Bagaimana dinamika kepribadian dalam teori kepribadian Carl Rogers?
4. Bagaimana dasar sikap dan praktik-praktik terapi Carl Rogers?
5. Bagaimana tahapan perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep diri dalam teori epribadian Carl Rogers.
2. Mengetahui struktur kepribadian menurut Carl Rogers.
3. Mengetahui dinamika kepribadian dalam teori kepribadian Carl Rogers.
4. Mengetahui Dasar sikap dan praktik-praktik terapi Carl Rogers.

1
5. Mengetahui tahapan perkembangan kepribadian menurut Carl Rogers.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Diri dalam Teori Kepribadian Carl R. Rogers


Sebenarnya Rogers memulai istilah diri dalam sebuah kebingungan karena
ketika itu tidak ada definisi yang tepat untuk menjelaskan ‘diri’. Dari proses
psikoterapis yang ia lakukan saat menghadapi klien-kliennya, istilah diri sangat sering
mereka gunakan. Lewat sesi-sesi dengan para kliennya, Rogers memahami
bahwa keinginan mereka yang terkuat sebenarnya adalah untuk menjadi ‘diri yang
sebenarnya’. Dari proses inilah, Rogers menyadari bahwa memahami diri’ merupakan
hal yang amat penting dan efektif dalam proses manusia untuk tumbuh dan berkembang
sehingga diri menjadi konsep utama dalam teori kepribadian Rogers yang
didefinisikannya sebagai berikut:
“Gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-
persepsi tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dan persepsi-
persepsi tentang hubungan-hubungan antara ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’
dengan orang-orang lain dan dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-
nilai yang melekat pada persepsi-persepsi ini. Gestaltlah yang ada dalam
kesadaran meskipun tidak harus disadari. Gestalt tersebut bersifat lentur
dan berubah-ubah, suatu proses, tetapi pada setiap saat merupakan suatu entitas
spesifik”. (Hall dan Lindzey, 1993: 134)

Menurut Rogers, individu mempersepsi objek eksternal dan pengalaman-


pengalaman yang ia rasakan dan kemudian memberi makna terhadap hal-hal itu.
Keseluruhan sistem persepsi dan pemberian makna ini merupakan medan fenomenal
individu. Medan fenomenal tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali melalui
inferensi empatis dan selanjutnya tidak pernah dapat diketahui dengan sempurna.
Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu (kenyataan
subyektif) dan bukan pada keadaan-keadaan perangsangnya (kenyataan luar).
Rogers melihat diri sebagai suatu perangkat persepsi dan kepercayaan diri yang
konsisten dan teratur (Feist dan Feist, 1998:461). Perangkat sentral persepsi yang

3
paling menentukan perilaku adalah persepsi mengenai diri atau konsep diri. Diri terdiri
dari semua ide, persepsi, dan nilai-nilai yang memberi ciri, yang meliputi kesadaran
tentang seperti apakah saya atau what I am (awareness of being) dan apakah yang
dapat saya lakukan atau what I can do (awareness of function). Pada gilirannya
diri mempengaruhi persepsi orang tentang dunia dan perilakunya. Seorang individu
dengan konsep diri yang kuat dan positif tentu akan memiliki pandangan yang berbeda
tentang dunia dengan orang yang memiliki konsep diri yang lemah yang akan
berpengaruh pada perilakunya.
Konsepsi Rogers sangat berbeda dengan konsepsi behavioristik yang melihat
manusia sebagai pion kekuatan eksternal. Meskipun ide-ide Rogers mengenai
manusia berasal dari pengalaman-pengalamannya menghadapi orang-orang yang
terganggu secara kejiwaan, namun konsepsi Rogers tentang sifat dasar manusia adalah
positif, optimistik dan jauh berbeda dengan konsepsi Freud yang menganggap manusia
sebagai makhluk yang didorong oleh impuls-impuls yang destruktif. Rogers melihat
perilaku sebagai respon terhadap persepsi individual dari stimuli eksternal dan bukan
sebagai respon terhadap stimuli eksternal. Dengan kata lain Rogers melihat semua
perilaku adalah respon terhadap realitas sebagaimana yang dirasakan dan dipahami
individu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Rogers diri adalah
gestalt konseptual yang terorganisasi dan konsisten yang terdiri dari persepsi-persepsi
tentang sifat-sifat dari ‘diri subjek’ atau ‘diri objek dan persepsi-persepsi tentang
hubungan-hubungan antara ‘diri subjek’ atau ‘diri objek’ dengan orang-orang lain dan
dengan berbagai aspek kehidupan beserta nilai-nilai yang melekat pada persepsi-persepsi
ini.
B. Struktur Kepribadian Carl Rogers
Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana kepribadian berubah dan
berkembang, Rogers tidak menekankan aspek structural dari kerpibadian. Adapun tiga
konstruk yang menjadi dasar penting dalam toeri Rogers, yaitu:
1. Organism
Pengertian organisme mencakup tiga hal:

4
a) Makhluk hidup, organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi fisik
dan psikologinya. Organisme adalah tempat semua pengalaman, segala
sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran setiap saat,
yakni persepsi seseorang mengenai event yang terjadi di dalam diri dan
dunia eksternal.
b) Realitas subyektif, organisme menanggai dunia seperti yang diamati
atau dialaminya. Realita adalah medan persepsi yang sifatnya subyektif,
bukan fakta benar salah. Realita subjektif itulah yang menentukan atau
membentuk tingkah laku.
c) Holisme, organisme merupakan satu kesatuan system, sehingga
perubahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena (Phenomenal field)
Keseluruhan pengalaman baik internal maupun eksternal, disadari maupun
tidak disadari, dinamakan medan fenomena. Medan fenomena merupakan
seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya, sebagaimana
persepsi subyektif. Beberapa pengertian medan fenomena dijelaskan sebagai
berikut:
a) Meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar).
b) Meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun dalam
kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan
(karena tidak konsisten dengan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan
atau diabaikan (karena diamati tidak memiliki hubungan dengan
struktur diri).
c) Semua persepsi bersifat subyektif, benar bagi dirinya sendiri.
d) Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain
kecuali melalui inferensi empatik, itupun pengetahuan yang diperoleh
tidak sempurna.
3. Self

5
Konsep pokok dari teori Rogers yaitu self , sehingga dapat dikatakan self adalah
satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Beberapa penjelasan
mengenai self dapat disimpulkan:
a) Self terbentuk melalui diferensiasi medan fenomena.
b) Self juga terbentuk melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu
(signifikan person = orang tua) dan dari distorsi penalaman.
c) Self bersifat integral dan konsisten.
d) Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap sebagai
ancaman.
e) Self bisa dianggap sebagai akibat kematangan biologic dan belajar.
Secara bertahap melalui pengalaman, bagian dari medan fenomena akan
terdiferensiasi, persepsi yang cocok atau disetujui menggambarkan diri sendiri,
disendirikan menjadi self. Self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir
tersusun dari persepsi ciri-ciri mengenai “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku
sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek
kehidupan, berikut dengan nilai-nilai yang terlibat pada persepsi itu. Konsep self
menggambarkan konsepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggap
mengenai bagian dari dirinya.
Konsep self dalam bentuk apa adanya disebut struktur self, untuk membedakan
dengan self ideal yang berisi gambaran diri seperti yang diinginkan, bagaimana dirinya
seharusnya, sebagai tujuan perkembangan dan prestasi.
Tanpa kesadaran, struktur self dan self ideal tidak akan pernah ada. Rogers membatasi
kesadaran sebagai “representasi simbolik dari bagian-bagian pengalaman” bisa dalam
wujud symbol verbal atau symbol-simbol lainnya. Bagi Rogers kesadaran dan simbolisasi
adalah sinonim. Tiga tingkatan dalam kesadaran atau simbolisasi:
a. Suatu peristiwa dialami dibawah ambang kesadaran sehingga diabaikan atau
diingkari.
b. Suatu peristiwa dialami dengan penuh kesadaran yang penuh, disimbolkan ke
dalam struktur self.
c. Suatu peristiwa dialami dalam bentuk pengaburan.
C. Dinamika Kepribadian

6
Tiga bagian penting dalam dinamika kepribadian yakni; Pertama, penerimaan
positif (positive regard) seseorang merasa puas menerima regardpositif demikian juga
sebaliknya, puas dapat memberi regardpositif kepada orang lain. Kedua, konsistensi
dan kesesuaian diri (selfconsistency and congruence). Organisme berfungsi untuk
memelihara konsistensi (keajegan atau keadaan tanpa konflik) dari persepsi diri dan
congruence (kesesuaian) antara persepsi diri dengan pengalaman. Ketiga, aktualisasi
diri (self actualization), pakar psikoanalisis Sigmund Freud menjelaskan organisme
sebagai sistem energi dan mengembangkan teori energi psikis ditimbulkan,
ditransfer dan disimpan. Pandangan Rogers tentang organisme adalah terus menerus
bergerak maju sehingga tujuan tingkah laku untuk mencapai aktualisasi diri yaitu;
kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi diri untuk kebutuhan pemeliharaan
(maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
D. Dasar Sikap dan Praktik
Dasar Sikap Terapis Rogers menyimpulkan dasar sikap terapis sebagai berikut:
1. Objektivitas dimana termasuk kapasistas simpati yang tidak boleh berlebihan,
seseorang yang benar-benar menerima dan tertarik pada sikap seseorang, dan
pemahaman yang mendalam akan menemukan kelulusan daripenilaian moral atau
mengejutkan.
2. Menghormati individu tujuannya adalah untuk meninggalkan tanggung jawab utama
ditangan konseli sebagai individu yang akan menuju kebebasan diri/ kemandirian.
3. Pemahaman diri artinya menerima dirinya sendiri serta sadar diri.
4. Pengetahuan psikologis yakni secara menyeluruh tentang perilaku manusia dan
fisik, sosial dan penentu psikologis.

Praktik-praktik Terapi Rogers Praktik-praktik terapi yang dilakukan Rogers yaitu:

a. Mengonfirmasi perhatian. Biasanya Rogers membiarkanpara konselinya


mengetahui bahwa dia ada dan mendengarkan, dengan mencondongkan
tubuhnya kedepan dan menggumamkan m-hm atau mengangguk setuju.
b. Mengecek pemahaman. Sering kali Rogers mengecek apakah pemahamnnya
terhadap apa yang diucapkan konseli sudah benar.

7
c. Menyatakan kembali. Sering kali kalimat Rogers benar-benar memberikan
pantulan dari apa yang diucapkan oleh konseli. Dalam kesempatan lain,
pernyataan kembali dilakukan dalam bentuk pernyataan pendek yang
mengklarifikasi inti pernyataan konseli.
E. Tahapan Perkembangan Carl Rogers
Rogers tidak memfokuskan diri untuk mempelajari “tahap” pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian, namun dia lebih berfokus untuk meneliti dengan cara yang lain
yaitu bagaimana evaluasi dapat menuntun untuk membedakan antara pengalaman dan apa
yang orang persepsikan tentang pengalaman itu sendiri.
Contoh sederhana, jika ada gadis kecil dengan konsep diri bahwa dirinya merupakan gadis
baik-baik serta dicintai penuh oleh orang tuanya. Suatu ketika dirinya terpesona dengan
kereta api dan mengungkapkan kepada orang tuanya bahwa dia ingin menjadi insinyur
mesin. Namun karena pikiran orang tua masih sangat tradisional maka mereka tidak
mengijinkan jika anaknya memilih profesi yang umum dilakukan oleh laki-laki. Karena
kejadian itu kemudian sang gadis mengubah konsep yang ada pada dirinya, dia
memutuskan bahwa dirinya adalah gadis yang tidak baik dikarenakan tidak menuruti
keinginan orang tuanya. Dirinya berpikir jika orang tuanya tidak menyukai ataupun
mungkin dirinya akan memutuskan untuk tidak memilih profesi tersebut.
Beberapa pilihan yang ada akan mengubah realitas dari kehidupan seseorang,
dikarenakan dirinya ataupun keinginan orangtuanya. Self image seseorang akan muncul
keluar dari tahapan yang dinamakan pengalaman aktualnya. Rogers berpendapat jika gadis
tersebut menyangkal nilai-nilai pada kebenaran yang ada dengan membuat pilihan ketiga
yaitu menyerah pada ketertarikan yang dimilikinya. Dan jika dirinya meneruskan sesuatu
tersebut sebagai nilai yang ditolak orang lainnya maka akan membuat dirinya melawan
dirinya diakhir. Dia akan merasa seolah-olah tidak mengetahui siapa dirinya yang
sebenarnya. Hal ini membuat dirinya berkepribadian keras.
Jika penolakan tersebut menjadi style serta tidak menyadari kesesuaian pada
dirinya maka akan timbul kecemasan dan ancaman yang muncul dikarenakan orang-orang
yang sadar dengan ketidak sesuaian yang ada. Hanya sedikit orang-orang yang menyadari
jika perbedaan diantara pengalaman organismik dan konsep diri tidak akan muncul
kesadaran yang menimbulkan kecemasan. Rogers mendefinisikan kecemasan merupakan

8
keadaan yang tidak nyaman atau tegang yang tidak diketahui penyebabnya. Ketika
seseorang semakin sadar ketidak sesuaian mengenai persepsi dan pengalaman dirinya,
maka kecemasan tersebut akan berubah menjadi ancaman pada konsep diri yang sesuai.
Namun pada tingkatan tertentu kecemasan dan ancaman tersebut dibutuhkan agar dapat
mengembangakan diri mendapat jiwa yang sehat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pengalaman klinisnya, Rogers sampai pada kesimpulan
bahwa dalam diri setiap manusia terdapat sebuah inti yang secara esensial memiliki
tujuan, bergerak maju, konstruktif, realistis dan dapat diandalkan. Dia lebih melihat
manusia sebagai kekuatan energi aktif yang berorientasi pada tujuan-tujuan masa
depan bagi dirinya daripada memandang manusia sebagai makhluk ciptaan yang
dipaksa oleh kekuatan yang berada di luar dirinya. Rogers beranggapan bahwa
kekuatan-kekuatan yang memimpin perilaku manusia ada di dalam diri manusia itu
sendiri dan apabila kondisi-kondisi sosial tidak mengubahnya kekuatan-kekuatan tersebut
akan mengarahkan manusia menuju perkembangan yang positif. Rogers percaya
bahwa manusia mempunyai kecenderungan bawaan untuk mengaktualisasi diri
yang apabila dibebaskan menyebabkan manusia berusaha untuk kesempurnaan
dirinya. Secara singkat bisa dikatakan bahwa Rogers memiliki penghargaan
profan dalam memandang manusia.
B. Saran
Demikian makalah “PERSON CENTERED THEORY” ini kami buat, semoga
makalah ini dapat diterima oleh para pembaca, dan juga membawa manfaat barokah untuk
kehidupan yang selanjutnya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari
kata sempurna, dan masih memerlukan kritik dan juga saran dari para pembaca. Maka dari
itu kritik dan saran akan kami tunggu dan akan kami jadikan sebagai pelajaran dan juga
bekal untuk kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. "Psikologi Kepribadian". Malang: Umm PRESS


Amalia, L. (2016). Menjelajahi Diri dengan Teori Kepribadian Carl R. Rogers. Muaddib:
Studi Kependidikan dan Keislaman, 3(1), 87-99.
Feist, J. & Feist, G. J. (2013). Teori Kepribadian Buku 1: Edisi 7. Jakarta: Salemba
Humanika.
Hall,Calvin S dan Lindzey,Gardner. 1993. Psikologi Kepribadian I Teori-teori
Psikodinamik (klinis). Kanisius. Yogyakarta
Nyadran Di Jambe Gemarang Kedunggalar Ngawi. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman,
12(1), 230-257.
Rogers, Carl. 2003. Brian Thorne Second Edition. London: Sage.
Setiyani, W. (2017). Implementasi Psikologi Humanistik Carl Rogers Pada Tradisi Lokal

11

Anda mungkin juga menyukai