KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoritis
a. Pengertian
perhatian secara total kepada klien. Hal ini ditampilkan melalui sikap
perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana
3
Sofyan S.Willis. Konseling Individual, Teori dan Praktik.Bandung: Alvabeta. (2009).
h.121
4
Namora Lumongga Lubis. Memahami Dasar-dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktik.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. (2011). h.92
5
Supriyono dan Mulawarman. Keterampilan Dasar Konseling. Semarang Jurusan
Bimbingan dan Konseling FIP UNNES.(2006).h.19
10
1
11
perhatian pada klien. Selain itu fungsi utama dari trknik attending
terbuka.
b. Komponen
ada tiga komponen yang amat penting yaitu kontak mata, dan bahasa
sebagai berikut:
6
Kathryn Geldard dan David Geldard. Keterampilan Praktik Konseling Pendekatan
Integrative.Yogyakarta:Pustaka Belajar .(2011). h. 65
12
1) Kontak Mata
kita melihat ke lain objek. sebab jika menatap tajam, hal ini akan
7
Ibid. h. 65
8
Sofyan S Willis.Op Cit. h. 256
13
konseling berlangsung.
b) Sikap Duduk
terselesaikan.
memberi kesan santai, dan ini akan ditangkap oleh klien bahwa
ditangannya.
15
c) Ekspresi Wajah
tanda yang jelas tentang apa yang sedang kita pikirkan dan
klien bereaksi.10
9
Kathryn Gildard dan David Gildard, Op Cit. h. 65
10
Richard Nelson-Jones. Pengantar Ketarampilan Konseling. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. (2012). h. 89
16
d) Tangan
e) Anggukan Kepala
kepala ini juga bisa berarti bahwa kita setuju terhadap suatu
11
Sofyan S Willis. Op Cit.h. 160
17
bertujuan membimbing.12
a) Mendengarkan
12
W. S. Wingkel dan M.M Srihastuti. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi. (2004). h.387
18
mendengarkan.
b) Sikap Diam
13
Kathryn Geldard dan David Geldard. Membantu memecahkan masalah orang lain
dengan teknik konseling, Yogyakarta: pustaka pelajar. (2003) h.99
19
2. Konseling Individual
14
Namora Lumongga Lubis. Op Cit. h.92
20
pengevaluasian.17
15
Suhertina. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru: CV.Mutiara Pesisir
Sumatra. .(2014).h. 126
16
Tohirin. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.Jakarta: PT Raja
Grafindo. 2008). h. 164
17
Suhertina. Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Pekanbaru:CV
Mutiara Pesisir Sumatra. (2015). h.30
21
yang berhasil dan bersifat etis apabila didasarkan pada ketiga hal itu.18
1) Asas Kerahasiaan
diperhatikan yaitu:
18
Prayitno. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: PT.Rineka Cipta. (2008).h. 290
22
dihentikan.
ada orang lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau
19
Soli Abimanyu dan Thayeb Manriihu. Teknik Labor Konseling, Jakarta: Permendikbud.
(2001). h.59
24
high tech.
yaitu:
2) Empati
3) Refleksi
4) Eksplorasi
7) Bertanya tertutup
8) Dorongan minimal
9) Interpretasi
10) Mengarahkan
20
Achmad Juntika Nurihsan. Strategi Layanan dan Bimbingan Konseling.Bandung:
Refika Aditama. (2012).h.11
25
penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta
evaluasi diri yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap
tentang diri kita sendiri. Artinya, kita tidak hanya menilai seperti apa
21
Tambunan, Raymond. 2001.Harga diri remaja.
http://www.epsikologi.com/remaja/240901.htm diakses tanggal 09 Februari 2012
22
Baron, A, Byrne. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta :Erlangga. (2004).h.173
23
Shelley E. Taylor. Lelitia Anne Peplau, David O. Sears.Psikologi Sosial Edisi XII.
Jakarta: Kencana. (2009). h. 119
24
.Ibid .h.120
26
harga diri: bentuk yang lemah dan bentuk yang kuat. Bentuk yang
Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak mudah
orang lain. Bentuk negatif dari kebutuhan harga diri ini adalah rendah
meliputi dua kategori yaitu : (1) harga diri (Self esteem), yang
kebebasan, dan (2) penghargaan dari orang lain (esteem from other
25
C. George Booree. Personality Theories. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. . (2016).h. 248.
27
2) Perasaan bahwa diri kita berharga (rasa harga diri), berarti jaminan
Jadi orang yang memiliki harga diri yang baik adalah mereka
26
Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya. (2009). h. 206.
28
sejenisnya.
itu dipengaruhi oleh banyak hal sepanjang hidup, baik dari luar
individu maupun dari dalam individu itu sendiri. Harga diri dalam
27
Nathaniel, Branden, 6 Pilar Penghargaan diri. Semarang: Dahara Prize.(2007).h.80
28
Gufron.M.N.,Risnawita.R. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz.(2010).h.44
29
8) Optimis
rendah, adalah:
6) Pemalu
29
Ninik Wahyuni.2007. Hubungan Antara Harga Diri dengan Interaksi Sosial Siswa di
Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang. Skripsi. Fakultas Psikologi: Universitas Islam Neger MMIi
Malang.
30
oleh orang lain. Penelitian terdahulu yang relevan pernah dilakukan oleh :
Kasim Riau pada tahun 2015, meneliti tentang Penerapan Teknik Attending
di lakukan guru pembimbing tergolong baik dan hasil rata-rata nilai angket
sebanyak 256 kali dengan persentase 40,2 %, 59,8% ini termasuk kriteria
Kasim Riau pada tahun 2012. Meneliti tentang upaya guru bimbingan dan
31
penelitian ini, tapi pada sisi lain berbeda. Persamaan nya meneliti tentang
sebanyak 3 orang yaitu berasal dari kelas IX-B. Pada siklus I menunjukkan
rata-rata 30.83 dengan predikat (kurang sekali), pada siklus II 43.33 dengan
predikat (kurang) dan pada siklus III 62.50 dengan predikat (sedang). Data
penelitian ini, tapi pada sisi lain berbeda. Persamaan nya meneliti tentang
hanya meneliti tentang pengaruh perilaku attending terhadap harga diri (self
esteem) siswa.
penelitian ini, tapi pada sisi lain berbeda. persamaannya meneliti tentang
C. Konsep Operasional
klien betah dan mau berbicara dengan konselor. Konseling individual yaitu
33
merupakan hasil evaluasi tentang diri kita sendiri. Artinya, kita tidak hanya
menilai seperti apa diri kita sendiri tetapi juga menilai kualitas-kualitas diri
kita. Konselor akan memberikan perhatian yang penuh kepada klien, sehingga
klien merasa dihargai oleh konselor , karena klien merasa dihargai maka klien
menghampiri klien dalam rangka pengentasan masalah yang dialami klien dan
konseling.
Konseling
konseling
1. Asumsi
2. Hipotesis
30
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. (2002). h. 26