NPM : 2211080211
A. Landasan Konseling
Menurut Ivey dalam Sofyan S. Willis (2013) bahwa keterampilan dasar konseling dapat juga
dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasan akan
keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses
konseling untuk mencapai tujuan konseling.
Landasan konseling menurut Ivey merujuk pada pendekatan konseling yang dikembangkan
oleh Michael D. Ivey, seorang tokoh terkemuka dalam bidang konseling. Ivey mengembangkan
beberapa konsep dan prinsip penting yang membentuk dasar praktik konseling yang efektif.
Berikut adalah beberapa elemen landasan konseling menurut Ivey:
5. Pendekatan Sistemik: Ivey mengakui pentingnya memahami konteks sosial, keluarga, dan
budaya klien dalam proses konseling. Ini membantu konselor mengidentifikasi faktor-faktor
yang memengaruhi kesejahteraan klien.
6. Keterampilan Konseling: Ivey mengembangkan model keterampilan konseling yang
melibatkan langkah-langkah seperti mendengarkan aktif, memberikan umpan balik, menanyakan
pertanyaan terbuka, dan memberikan dukungan.
7. Proses Evaluasi Diri: Ivey menekankan pentingnya konselor untuk melakukan evaluasi diri
secara terus-menerus. Konselor perlu mempertimbangkan perasaan, sikap, dan pengetahuan
mereka dalam konseling.
8. Pemberdayaan Klien: Ivey mendorong pemberdayaan klien dalam proses konseling. Klien
harus merasa memiliki kontrol atas keputusan yang mereka buat dalam hidup mereka.
Landasan konseling menurut Ivey memberikan pandangan holistik dan terintegrasi terhadap
praktik konseling. Pendekatan ini menghargai kemanusiaan, keberagaman, dan pengembangan
diri klien. Hal ini menciptakan dasar yang kuat untuk membantu individu meraih kesejahteraan
emosional dan psikologis mereka.
a. Perilaku Attending
Perilaku attending yakni perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa badan, dan bahasa lisan dimana memudahkan konseloruntuk membuat klien terlibat
pembicaraan dan terbuka.
b. Empati
Empati adalah kemampuan konselor merasakan apa yang dirasakan klien. Empati dilakukan
bersamaan dengan attending. Dengan kata lain, tanpa perilaku attending tidak ada empati.
c. Refleksi
Adalah keterampilan untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien yang
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan terancam.
Untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan dan pengalamannya seorang konselor perlu
menangkap pesan utamanya dan menntuk memudahkan klien memahami ide, perasaan dan
pengalamannya seorang konselor perlu menangkap pesan utamanya dan menyatakan secara
sedehana dan mudah di pahami, disampaikan dengan bahasa konselor sendiri.
f. Bertanya
Dilakukan saat dalam membuka percakapan dengan klien dengan pertanyaan terbuka dan
pertanyaan tertutup untuk mengumpulkan informasi, memprjelas sesuatu dan serta menghentikan
omongan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
g. Interpretasi
Upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan prilaku/pengalaman klien dengan
merujuk pada teori-teori yang bertujuan untuk memberikan rujukan, pandangan atau prilaku
klien agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
h. Mengambil Inisiatif
Perlu dilakukan jika klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang
partisipasif dengan mengucapkan kata-kata yang mengajak klien untuk berinisiatif dalam
menuntaskan permasalahan
i. Memberi Nasehat
Dilakukan apabila klien memintanya, namun konselor tetap harus mempertimbakannya, apakah
pantas untuk memberi nasihat atau tidak.
j. Merencanakan
Konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencan berupa suatu program untuk
action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan dirinya.
k. Menyimpulkan
Konselor mebantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut perasaan
klien saat ini, pemantapan rencana klien, dan pokok-pokok yang dibicarkan di pertemuan
selanjutnya. Sofyan S. Willis, Konseling Individual, Teori dan Praktek, (Bandung; Alfabeta,
2014), h. 160).
C. Keterampilan Konseling
1. Perilaku Attending
Empati adalah kemampuan koselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati diawali dengan simpati, yaitu
kemampuan memahami perasaan, fikiran, keinginan, dan pengalaman klien.Empati sangat erat
kaitannya dengan attending. Rogers menjelaskan bahwa sangat penting untuk mendengarkan
dengan cermat, memasuki dunia klien, dan mengomunikasikan yang kami pahami dunia klien
sebagaimana klien melihat dan mengalaminya. Menempatkan diri Anda "pada posisi orang lain"
atau melihat dunia "melalui mata dan telinga orang lain" adalah cara lain untuk menggambarkan
empati.
3. Focusing
Fokus adalah keterampilan yang memperkaya pemahaman kita tentang klien dan latar
belakang mereka, plus mengingatkan kita akan kerumitan yang kita masing-masing hadapi dalam
membuat keputusan di dunia yang penuh tantangan.
4. Influencing atau keterampilan mempengaruhi interpersonal