A. LANDASAN KONSELING
Menurut Ivey dalam Sofyan S. Willis (2013) bahwa keterampilan dasar konseling
dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor profesional,
sehingga penguasaan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak
menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling.
Cara menerima konseling, yaitu:
a. Perilaku Attending
c. Focusing
2. Brammer
1) Tahap awal
konseling Tahap ini terjadi sejak klien menemui konselor hingga berjalan
proses konseling sampai konselor dan klien menemukan definisi masalah klien
atas dasar isu, kepedulian, atau masalah klien. Adapun proses konseling tahap
awal sebagai berikut : (a). Membangun hubungan konseling yang melibatkan
klien Hubungan konseling bermakna ialah jika klien terlibat berdiskusi dengan
konselor. Hubungan tersebut dinamakan a working realitionship, yakni hubungan
yang berfungsi, bermakna,dan berguna. Keberhasilan proses konseling individu
amat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap awal ini. Kunci keberhasilan
terletak pada : (pertama) keterbukaan konselor. (kedua) keterbukaan klien, artinya
dia dengan jujur mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan, dan sebagainya.
Namun, keterbukaan ditentukan oleh faktor konselor yakni dapat dipercayai klien
karena dia tidak berpura-pura, akan tetapi jujur, asli, mengerti, dan menghargai.
(ketiga) konselor mampu melibatkan klien terus menerus dalam proses konseling.
Dalam tahap ini konselor mendiskusikan dengan klien apa yang mereka
ingin dapatkan dari proses konseling ini, terutama bila pengungkapan klien
tentang masalahnya dilakukan secara samar-samar. Didiskusikan sasaran-sasaran
spesifik dan tingkah laku apa yang ingin diubah. Intinya dalam hal ini konselor
melakukakan eksplorasi dan melakukan ”diagnosis” apa masalah dan hasil seperti
apa yang diharapkan dari konseling
3. Egan
Tujuan The EGAN Model ini adalah untuk menolong orang agar bisa ”mengelola
masalah yang mereka hadapi dalam hidup secara lebih efektif dan mencoba
mengembangkan kesempatan-kesempatan yang sebelumnya tidak digunakan” dan
”menolong orang agar lebih baik dalam menolong dirinya sendiri di kehidupan sehari-
hari”. Dasar dari model ini adalah pemberdayaan klien untuk dirinya sendiri. Model
ini memusatkan perhatian pada agenda klien, mencoba mengajak klien untuk
”melakukan sesuatu” yang bisa mengarahkan mereka pada tujuan yang mereka pilih
dan bermanfaat.
Model ini akan lebih efektif jika konselor memberikan perhatian lebih pada
kondisi-kondisi tertentu dimana konselor melakukan pendekatan kepada klien
berdasarkan kejujuran (genuineness), penghargaan (respect), dan empati (emphaty).
Cara mendengar aktif yang baik harus selalu diingat selama proses. EGAN
memberikan kunci dari cara mendengar aktif ini, yaitu SOLER.
3. Bagaimana aku bisa kesana/ Bagaimana aku bisa mendapatkan apa yang aku
inginkan? - Menyusun strategi dan rencana.
Tahap ini adalah tentang strategi-stragei yang mungkin dilakukan dan
aksi-aksi yang lebih spesifik, tentang melakukan sesuatu untuk dimulai, jga
dengan mempertimbangkan apa/ siapa yang mungkin bisa menolong atau
menghalangi saat membuat perubahan.
4. Carkhuff
Komponen attending dan responding terhadap makna yang menjadi fokus kajian
adalah :
2. Pengamatan (Observing)
a. Pengamatan terhadap energi fisik dan psikis klien (Observing Energy Level)
b. Pengamatan terhadap tingkat kesehatan klien (Observing Health)
c. Pengamatan terhadap penampilan dan tingkahlaku klien (Observing
Apperance and Behavior)
d. Pengamatan terhadap perasaan-perasaan klien (Observing Identifies Feeling)
e. Pengamatan terhadap tingkat kongeruensi sikap dan tindakan klien
(Observing The Degree of Congruence)
f. Pengamatan terhadap tingkat keakuratan tindakan klien (Accuratelly)
g. Pengamatan terhadap diri sendiri (Observing Your Self)
3. Mendengarkan (Listening)
5. David Gehda
a. Tahap Hubungan Tahap ini dimulai ketika konselor dan klien bertemu untuk
pertama kalinya. Pada tahap ini, konselor berusaha untuk membangun
hubunganyang baik dengan klien, sehingga klien merasa nyaman dan aman
untuk berbicara mengenai masalah.
b. Tahap Eksplorasi Pada tahap ini, konselor membantu klien untuk
mengidentifikasi dan mengeksplorasi masalah yang dihadapinya. Konselor
juga membantu klien untuk memahami perasaan dan pikiran terkait masalah
tersebut.
c. Tahap Pemahaman Setelah masalah klien teridentifikasi, konselor membantu
klien untuk memahami masalah tersebut dengan lebih baik. Konselor juga
membantu klien untuk mengeksplorasi kemungkinan penyebab masalah dan
dampaknya terhadap kehidupan klien.
d. Tahap Aksi Pada tahap ini, konselor dan klien bekerja sama untuk menemukan
solusi yang tepat atas masalah yang dihadapi klien. Konselor membantu klien
untuk mengembangkan strategi dan rencana tindakan yang dapat membantu
klien mengatasi masalahnya.
e. Tahap Evaluasi Setelah klien menerapkan rencana tindakan yang telah
disepakati, konselor dan klien menghasilkan hasilnya. Konselor membantu
klien untuk memulai keberhasilan rencana tindakan dan membantu klien
untuk memulai kemajuan yang telah dicapai.
f. Tahap Pengakhiran Pada tahap ini, konselor dan klien menyelesaikan proses
konseling. Konselor membantu klien untuk mempersiapkan diri menghadapi
masa depan tanpa bantuan konselor. Konselor juga membantu klien untuk
memulai proses konseling dan memberikan umpan balik.