Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru adalah salah satu calon konselor yang membutuhkan keterampilan


konseling agar nantinya dapat membantu berbagai masalah yang dihadapi oleh
peserta didik. Konseling merupakan suatu proses dengan berbagai tahapan
didalamnya yang kemudian dilakukan penerapan atau implementasikan
keterampilan tersebut. Penerapan tersebut sebagai hal yang penting demi
menciptakan kelancaran dan tujuan konseling dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Konselor yang mengetahui dan paham dengan berbagai keterampilan
dan mampu mengimplementasikan inilah yang disebut konselor yang
terampil.
Dalam makalah ini akan dibahas tiga tahap keterampilan konselor agar
nantinya seorang guru sebagai calon konselor berhasil menjadi konselor yang
profesional. Keterampilan tersebut dapat membantu berbagai masalah yang di
hadapi peserta didik.

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan


masalah di dalam makalah ini adalah:
1. Jelaskan tahap konseling beserta keterampilannya?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk:


1. Membantu seorang guru agar menjadi konselor yang terampil.
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca agar nantinya dapat membantu
berbagai masalah yang dihadapi seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN

Konseling merupakan suatu proses komunikasi antara klien dengan


konselor. Untuk menjadi konselor yang terampil haruslah mengetahui dan
mengerti proses konseling yang kemudian mampu menerapkan atau
implementasikan. Proses tersebut mempunyai tiga tahapan yaitu:

A. Tahap Awal Konseling

Tahap awal konseling disebut dengan tahap identifikasi masalah. Dalam


tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh konselor yaitu:

1. Keterampilan Attending (Attending Skill)


Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri klien
yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien, bahasa tubuh,
dan bahasa lisan. Sehingga, dalam keterampilan ini klien dan konselor
bertemu langsung dalam satu tempat. Olek karena itu, keterampilan ini
akan mempermudah klien terlibat pembicaraan dan keterbuakaan.
Ciri-ciri attending yang baik adalah:
a. Menganggukkan kepala apabila menyetujui pertanyaan klien,
b. Ekspresi wajah tenang, ceria, dan senyum,
c. Posisi agak condong kearah klien, jarak antara konselor dengan klien
dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan,
d. Variasi gerakan tangan berubah-ubah untuk menekankan suatu
pembicaraan,
e. Mendengarkan secara aktif, penuh pernuh perhatian, menunggu
kesempatan bereaksi, dan perhatian terarah pada lawan bicara.

2. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan menengarkan adalah kemampuan konselor menyimak
atau memperhatikan penuturan klien selama proses konseling berlangsung.
Selama proses berlangsung konselor harus mendengarkan secara sungguh-
sungguh apa yang diucapkan oleh klien. Keterampilan ini perlunya
dukungan dari indera pendengaran yang harus normal.

3. Keterampilan Berempati ( Emphaty Skill)


Berempati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang
dirasakan klien dan berfikir bersama klien. Empati diawali dengan simpati
(empati primer), yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran,
keinginan, dan pengalaman klien. Sedangkan empati tingkat tinggi adalah
kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan serta
pengalaman klien secara lebih mendalam dan menyentuj klien.
Sebagai contoh konselor bersimpati: “Saya memahami perasaan
Anda”, sedangkan ketika konselor berbicara,” Saya merasakan perasaan
Anda, berarti itu berempati.
Keterampilan ini menjadi jalan agar klien akan terlibat dalam
pembicaraan dan lebih terbuka. Selain itu, klien akan tersentuh dan
bersedia terbuka untuk mengemukakan isi pikiran yang tersimpan dalam
lubuk hati yang dalam berupa perasaan, pikiran, pengalaman dan
penderitaan.

4. Keterampilan Refleksi
Keterampilan Refleksi adalah keterampilan konselor untuk
memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien. Refleksi ada tiga yaitu:
a. Refleksi perasaan, yaitu keterampilan konselor untuk dapat
memantulakan perasaan klien sebagai hasil pengamatan verbal dan
nonverbal,
b. Refleksi pikiran, yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide,
pikiran, pendapat klien sebagai hasil pengamatan perilaku terhadap
perilaku verbal dan nonverbal,
c. Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor memantulkan
berbagai pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan nonverbal klien.
5. Keterampilan Eksplorasi
Keterampilan ini merupakan ketrampilan penelusuran atau
penggalian perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Dengan keterampilan
ini akan membuat klien bebasa berbicara tanpa rasa takut, tertekan, dan
terancam. Eksplorasi ada tiga yaitu eksplorasi perasaan, eksplorasi pikiran,
dan eksplorasi pengalaman.

6. Keterampilan Bertanya
Keterampilan ini adalah kemampuan konselor mengajukan berbagai
pertanyaan kepada klien dalam proses konseling. Keteranpilan bertanya
ada dua macam keterampilan bertanya open qui yaitu pertanyaan yang
diajukan bersifat terbuka dan klien bebas menjawabnya. Keterampilan
bertanya tertutup, pertanyaan yang diajukan konselor kepada klien
mengandung jawaban yang singkat dari klien seperti ya atau tidak dan
sebagainya.

7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing)


Keterampilan ini adalah kemampuan konselor menangkap pesan
utama (ide utama) dari penuturan klien kemudian dinyatakan oleh
konselor dengan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami. Tujuan dari
keterampilan ini adalah menyatakan kembali inti ungkapan klien.

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal


Keterampilan ini adalah keterampilan memberikan dorongan
langsung dan singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien. Tujuan
keterampilan ini adalah menjadikan klien terbuka dan bersedia untuk
berbicara serta dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
Keterampilan ini dapat dilakukan apabila klien sudah ada tanda-
tanda ingin mengurangi atau menghentikan pembicaraan, kurang
memusatkan pikiran pada pembicaraan, dan ketika konselor merasa ragu
pada pembicaraan klien.
B. Tahap Pertengahan

Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh
konselor yaitu:

1. Keterampilan Menyimpulkan Sementara


Keterampilan ini merupakan kemampuan konselor bersama klien
untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau
memperjelas fokus wawancara. Tujuan utama dari keterampilan ini untuk
melihat kemajuan wawancara konseling pada setiap tahapannya.

2. Keterampilan Memimpin
Konselor harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan
konseling dapat tercapai secara efektif dan efisien. Namun, bukan
memimpin kearah pembicaraan sesuai keinginan klien, tetapi lebih kearah
jalannya wawancara konseling.

3. Keterampilan Memfokuskan
Keterampilan konselor untuk mampu membuat fokus melalui
perhatiannya yang terselektif terhadap pembicaraan dengan klien.
Sehingga membantu klien memusatkan perhatiannya pada pokok
pembicaraan.

4. Keterampilan Melakukan Konfrontasi


Keterampilan ini merupakan kemampuan konselor menantang klien
untuk melihat ketidakkonsistenan antara perkataan dengan bahasa badan
atau perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya senyum dengan kepedihan
dsb. Bertujuan untuk mendorong klien mengadakan instrospeksi diri
secara jujur dan meningkatkan potensi klien.

5. Keterampilan Menjernihkan (Clarifying)


Keterampilan konselor untuk menjernihkan atau memperjelas ucapan
klien yang samar-samar, kurang jelas, dan meragukan.
6. Keterampilan Memudahkan (Facilitating)
Keterampilan membuka komunikasi agar klien mudah berbicara
dengan konselor segala hal yang ingin diceritakan secara bebas sehingga
proses konseling dapat berlangsung secara efektif.

7. Keterampilan Mengarahkan (Directing)


Keterampilan ini adalah kemampuan konselor mengarahkan klien
untuk berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling.

8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal


Keterampilan yang harus dilakukan konselor untuk memberikan
dorongan secara langsung dan singkat agar kliennya selalu terlibat dalam
pembicaraan dan dirinya dapat terbuka sehingga tujuan konselor dapat
tercapai.

9. Keterampilan Sailing (Saat diam)


Pada proses konseling biasanya ada keadaan diam yang biasanya
dimanfaatkan oleh konselor untuk mendorong klien mau berbicara,
memahami diri klien sendiri dan mengurangi kecepatan wawancara.

10. Keterampilan Mengambil Inisiatif


Pengambilan inisiatif perlu dilakukan oleh konselor pada saat klien
tidak bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipatif.

11. Keterampilan Memberi Nasehat


Pemberian nasehat dapat diberikan jika klien meminta tetapi juga
perlu diberikan untuk mencapai tujuan konseling yaitu agar memunculkan
kemandirian klien.

12. Keterampilan Memberi Informasi


Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang
diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa yang
dikehendaki klien, klien secara jujur harus mengatakan bahwa dirinya
tidak mengetahui informasi dan sebaliknya.
13. Keterampilan Menafsirkan atau Interprestasi
Keterampilan ini merupakan upaya konselor mengupas pikiran,
perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori.

C. Tahap Akhir

Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh
konselor yaitu:

1. Keterampilan Menyimpulkan
Keterampilan menyimpulkan merupakan kemampuan konselor untuk
mengambil inti dari pokok pembicaraan. Dari kesimpulan tersebut dapat
diketahui bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, rencana klien
selanjutnya, dan pokok pembicaraan yang akan dibicarakan berikutnya.

2. Keterampilan Merencanakan
Sebelum proses konseling berakhir konselor dapat membantu klien
membuat rencana atau program untuk tindakan, yaitu rencana yang nyata
untuk kemajuan klien.

3. Keterampilan Menilai (Mengevaluasi)


Keterampilan menilai yaitu kemampuan konselor untuk menetapka
ukuran keberhasilan proses konseling yang dilakukan. Sehingga konselor
dapat mengetahui ada hal yang tercapai dan tidaknya dalam proses
konseling, penghambat, dan tindak lanjutnya.

4. Keterampilan Mengakhiri Konseling


Hal ini merupakan kemampuan konselor untuk menutup proses
konseling dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi klien, masalah
klien, dan situasi konseling itu sendiri.

Secara umum dapat dilakukan dengan cara:


a. Mengatakan bahwa waktu konseling akan berakhir,
b. Merangkum isi pembicaraan atau wawancara,
c. Menunjukkan kepada klien tentang pertemuan yang selanjutnya,
d. Mengajak klien berdiri sambil menunjukkan isyarat gerak tangan,
e. Menunjukkan catatan singkat kepada klien tentang hasil pembicaraan
atau wawancara, dan
f. Memberikan tugas tertentu kepada klien apabila diperlukan.

Seseorang agar menjadi konselor mempunyai keterampilan konseling


yang baik biasanya harus melalui berbagai latihan secara beraturan yaitu
latihan mikro dan latihan makro. Latihan mikro adalah cara untuk
memberikan penguasaan teknik konseling kepada calon konselor yang dapat
melalui rekaman video dan tipe recorder. Sedangkan latihan makro adalah
pelatihan secara role playing beberapa keterampilan konseling yang telah
dikuasai sebelumnya pada latihan mikro.

Gibson dan Mitchell (dalam http://adji-anginkilat.blogspot.com)


menyebutkan ada empat keterampilan konseling yakni keterampilan komunikasi,
keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan keterampilan manajemen.
1. Keterampilan Komunikasi 
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni keterampilan
komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi verbal. Komunikasi
nonverbal dibagi atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi
nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan
prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh
terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan
dan pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau
aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal
menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara,
kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal
menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan
seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas
pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling. 
Keterampilan komunikasi verbal yang penting adalah mendengar,
memberi respon balikan dan mengajukan. Mendengar adalah persyaratan
komunikasi verbal yang efektif. Selanjutnya, dengan keefektifan
mendengar maka akan dapat dilakukan respon balikan terhadap perilaku,
perasaan, perhatian, aksi, ekspresi klien. Dalam mengajukan pertanyaan
pun harus digunakan bentuk pertanyaan terbuka yang akan memberikan
kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan, merinci
pembicaraan dan memperoleh pemahaman baru. 

2. Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam
mendiagnosa dan memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh
lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam menggunakan
pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk
mendiagnosa klien.

3. Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku
dan sikap klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus
mempunyai keterampilan memotivasi klien. 

4. Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap
lingkungan dan pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses
membantu klien bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam proses
konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan seorang
konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak
lanjut dan mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konseling merupakan suatu proses komunikasi antara klien dengan


konselor. Untuk menjadi konselor yang terampil haruslah mengetahui dan
mengerti proses konseling yang kemudian mampu menerapkan atau
implementasikan. Proses konseling terdiri dari tiga 3 tahap keterampilan
konseling yaitu:

1. Tahap awal
Tahap awal terdiri dari: Keterampilan Attending (Attending Skill),
Keterampilan Mendengarkan, Keterampilan Berempati ( Emphaty Skill),
Keterampilan Refleksi, Keterampilan Eksplorasi, Keterampilan Bertanya,
Keterampilan Menangkap Pesan Utama (Parapharasing), Keterampilan
Memberikan Dorongan Minimal.

2. Tahap pertengahan
Tahap pertengahan terdiri dari: Keterampilan Menyimpulkan Sementara,
Keterampilan Memimpin, Keterampilan Memfokuskan, Keterampilan
Melakukan Konfrontasi, Keterampilan Menjernihkan (Clarifying),
Keterampilan Memudahkan (Facilitating), Keterampilan Mengarahkan
(Directing), Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal, Keterampilan
Sailing (Saat diam), Keterampilan Mengambil Inisiatif, Keterampilan
Memberi Nasehat, Keterampilan Memberi Informasi, Keterampilan
Menafsirkan atau Interprestasi.

3. Tahap akhir
Tahap akhir terdiri dari: Keterampilan Menyimpulkan, Keterampilan
Merencanakan, Keterampilan Menilai (Mengevaluasi), Keterampilan
Mengakhiri Konseling
B. Saran

Konseling memerlukan berbagai keterampilan, sehingga untuk menjadi


konselor haruslah mengasah keterampilannya terus. Dan jangan bosan utuk
saling berbagi keterampilan dengan konselor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai