Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK 4

Teknik-teknik konseling lanjutan


( keterampilan merangkum, Berperilaku genvine, Pemecahan masalah)

Mata Kuliah Dasar- Dasar Konseling Kebidanan

Disusun Oleh :

1. Aprilia Dwi Kartika 22222028


2. Khairani NST 22222033
3. Putri Balqis Nofis A’raaf 22222038
4. Revi Rahma Yanti 22222039
5. Shofiah 22222043
6. Suci Nurlaili 22222046

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2022-2023
TEKNIK-TEKNIK KONSELING LANJUTAN

A. Keterampilan Merangkum
Menurut Kathrvan Geldard & David Geldard (2011:133) merangkum adalah
merefleksikan inti dari percakapan. Rangkuman berfungsi mengumpulkan poin-poin
penting dari isi pembicaraan, serta melibatkan perasaan-perasaan yang telah di
utarakan konseli. Sering kali konseli dalam berbicara kurang sistematis, banyak ide
dan perasaannya yang bertebar, sehingga jika dibiarkan konselor sendiri akan
kehilangan fokus pembicaraan, oleh karena itu konselor dituntut untuk dapat
merangkum pembicaraan konseli. Merangkum pembicaraan akan berguna baik bagi
konselor maupun bagi konseli, yaitu adanya kejelasan fokus pembicaraan serta
membantu dalam menentukan arah wawancara. Rangkuman ini dapat dilakukan
secara pereodik, dapat pula dilakukan diakhir wawancara.
Membuat rangkuman adalah sesuatu yang perlu dilakukan dari waktu ke
waktu selama sesi konseling supaya konseli dapat mengutarakan gagasan mereka.
Keterampilan merangkum pembicaraan banvak bergantung pada keterampilan
paratrase dan refleksi perasaan. Tujuan dari merangkum adalah supaya konseli
merasa ada kemampuan dalam mengadakan eksplorasi tentang ide dan perasaan,
serta menyadari adanya kemajuan dalam belajar dan memecahkan masalah. Bagi
Konselor merangkum bertungsi sebagai bukti yang efektif tentang ketepatan
pengamatan konselor.
Keterampilan merangkum ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon
dengan membuat rangkuman secara tepat terhadap semua pembicaraan yang
diungkapkan. Untuk itu konselor harus mampu menyimak seluruh pembicaraan
bersama konseli dengan baik dan kemudian membuat rangkumannya untuk
selanjutnya disampaikan sebagai respon konselor terhadap konseli. Keterampilan
merangkum yang baik dan tepat dapat memberikan dampak psikologis adanya rasa
diterima, dihargai, dan diakui yang pada gilirannya dapat menunjang proses
konseling selanjutnya.
B. Berperilaku genuine
a. Pengertian Genuine (keaslian)
Keaslian merupakan kemampuan konselor manyatakan dirinya secara bebas
dan mendalam tanpa pura-pura, tidak bermain peran, dan tidak mempertahankan
diri. Konselor yang demikian selalu tampak keaslian pribadinya, sehingga tidak ada
pertentangan antara apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan. Tingkah lakunya
sederhana,lugu dan wajar.

b. Cara mengembangkan kepribadian konselor


Cara mengembangkan kepribadian konselor sebagai konselor yang asli adalah :
a) Sikap konselor dalam menerima konseli. Konselor hendaknya memiliki
kemampuan untuk menerima klien apa adanya atas dasar adanya
penghargaan terhadap diri konseli.
b) Penuh pengertian terhadap konseli. Konselor hendaknya memiliki
kemampuan untuk menunjukkan sikap penuh pengertian terhadap konseli.
Pengertian konselor yang menyangkut diri konseli adalah segala sesuatu
yang telah diungkapkan oleh konseli baik verbal maupun non verbal.
c) Sifat jujur dan kesungguhan. Konselor sebaiknya bisa bersikap jujur
terhadap diri sendiri maupun terhadap konseli. Kejujuran dan kesungguhan
konselor akan menumbuhkan saling pengertian dan penghargaan, sehingga
dapat mendorong konseli menemukan dirinya secara jujur dengan kacamata
yang lebih realistis
d) Kemampuan berkomunikasi. Keterampilan utama yang harus dimiliki
konselor adalah mengkomunikasikan pemahamannya tentang konseli.
Konselor harus dapat menghidupkan proyeksinya dengan perasaannya dan
dapat ditangkap serta dimengerti oleh konseli sebagai pernyataan yang
penuh penerimaan dan pengetian.
e) Kemampuan berempati. Konselor dituntut untuk memiliki kemampuan
berempati. Sikap empati yaitu sikap menempatkan diri pada situasi orang
lain.
f) Kemampuan membina keakraban. Untuk membina hubungan yang nyaman
antara konselor dan konseli, konselor dituntut untuk memiliki kemampuan
membina keakraban. Karena keakraban itu merupakan syarat yang sangat
penting dalam hubungan konseling.
g) Sikap terbuka. Keterbukaan konslei akna terwujud apabila ada keterbukaan
konselor. Keterbukaan konselor memiliki peranan yang penting untuk
menggugah keterbukaan konseli dalam mengemukakan masalahnya.

c. Upaya-upaya yang dilakukan konselor untuk menunjukkan sikap


genuinness.
a. Menunjukkan sikap kejujuran.
b. Konselor harus berusaha membuang sikap sombong.
c. Menunjukkan keutuhan dan keterbukaan.
d. Konselor harus menunjukkan sikap aslinya dan menghilangkan sikap
berpura-pura agar klien tidak menutup diri.
e. Konselor dapat menunjukkan sikap ketulusan.

C. Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan masalah yang terjadi pada diri seseorang, dapat
diselesaikan dengan cara konseling. Di dalam belajar bimbingan dan konseling
terdapat 24 teknik dan 4 strategi yang dapat digunakan oleh konseli dalam
melakukan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien. Pendekatan yang dapat
digunakan oleh konseli dalam membantu klien yaitu dengan pendekatan krisis,
remedial, preventif, dan perkembangan. Dalam pendekatan-pendekatan tersebut
para konseli dapat menggunakan salah satu dari pendekatan tersebut dengan cara
melihat kebutuhan dalam berkomunikasi dengan klien.
Strategi sendiri dapat diartikan sebagai rencana, tindakan hal yang dilakukan
dalam menyelesaikan masalah, strategi mempunyai cara-cara yang berbeda-beda.
Strategi dapat dilakukan saat awal melakukan komunikasi dengan klien. Strategi
lebih baik dipersiapkan sebelum melakukan komunikasi dengan klien agar konseli
dalam memberikan respon, tanggapan, atau motivasi dapan masuk kedalam pikiran
klien dalam menyelesaikan masalah. Komunikasi yang baik akan menghasilkan
penyelesaian yang baik juga.
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling :
1. Menentukan masalah,
2. Pengumpulan data,
3. Analisis data,
4. Diagnosis,
5. Prognosis,
6. Terapi,
7. Evaluasi/follow up.
Ketujuh langkah bimbingan konseling tersebut harus dilakukan secara
runtut. Seperti yang pertama yaitu menentukan masalah, untuk menentukan masalah
sendiri terkadang seorang klien memang terlalu bingungnya sampai apa masalah
yang terjadi pada dirinya pun tidak dapat dikemukakan, akibatnya konselor tidak
dapat mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi pada klien tersebut. Jadi
dalam hal menentukan masalah adalah menjadi awal yang harus dilakukan agar
konselor mengetahui apa masalah yang terjadi.
Pengumpulan data dapat dilakukan setelah konselor mengetahui masalah
yang sedang terjadi pada klien, pengumpulan data dapat diambil dari orang terdekat
dari klien, seperti orangtua, pasangan, sahabat terdekat,ataupun teman.
Mengumpulkan data sedikit susah sedikit gampang karena apabila data yang kita
tuju itu tersedia atau terbuka untuk konselor, maka tujuan untuk mengumpulkan
data akan berjalan lancer, sebaliknya apabila data tersebut sulit didapatkan maka
pengumpulan data akan tersendat dan konselor tidak akan bisa menganalisis data
yang diinginkan sebelumnya.
Tahap terakhir yakni tahap evaluasi atau follow up, dalam tahap ini seorang
konselor dan klien akan melakukan evaluasi atau perbaikan dalam memecahkan
masalah, meskipun hasil yang sebelumnya menurut kita sudah baik atau sesuai
tujuan alangkah baiknya tahap ini selalu dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-
kesalahan sekecil apapun yang akan mungkin terjadi lagi.
Langkah-langkah di atas harus dilakukan secara bersama, tidak bisa konseli
saja \yang melakukan, melainkan klien juga harus melakukan agar semua masalah
yang terjadi dapat terselesaikan dengan cepat, baik dan menghasilkan pemikiran-
pmikiran yang lebih luas lagi, agar semua masalah tidak selalu dianggap serius.
a. Pengertian Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Menurut Romlah (2006: 93) teknik problem solving adalah suatu proses
kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada diri
dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau
penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya.
Djamarah (2010: 91) juga menambahkan bahwa metode problem solving
bukan hanya sekedar metode belajar mengajar, tetapi juga merupakan metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lainnya yang
dimulai pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras
dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya.

b. Langkah-Langkah Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Teknik problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode belajar mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode lainnya yang dimulai dengan mencari
data sampai kepada menarik kesimpulan. Menurut Majid (2011: 143) penggunaan
metode ini dengan mengikuti langkah-langkah dan prosedur tertentu. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam metode problem solving adalah sebagai
berikut:
1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari
siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,
bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini
tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa
harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir
tentang jawaban dari masalah tadi.

c. Kelebihan Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Djamarah (2010:92-93) mengemukakan beberapa kelebihan menggunakan
metode/teknik problem solving, antara lain:
1) Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat,
dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan
manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka pemecahan.

d. Kelemahan Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Kekurangan teknik problem solving menurut Djamarah (2010: 94) antara lain
sebagai berikut:
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode
pemecahan asalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal,
untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan
permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil
waktu pelajaran lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

e. Kerangka Kerja Bimbingan Kelompok Menggunakan Teknik Pemecahan


Masalah (Problem Solving)
Bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
berkelompok untuk membahas topik yang bersifat umum dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Bimbingan kelompok dalam penelitian akan digunakan
sebagai perlakuan (treatment) dengan lebih dikhususkan pada penggunakan
bimbingan kelompok teknik problem solving. Teknik problem solving adalah
suatu proses melatih siswa untuk berpikir ilmiah, siswa diajak untuk menilai
perubahan-perubahan yang ada pada diri dan lingkungannya, dan membuat
pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras
dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya.
Prosedur pelaksanaan bimbingan kelompok menggunakan teknik
problem solving mengikuti pelaksanaan bimbingan kelompok secara umum yang
meliputi tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap
pengakhiran. Pelaksanaan teknik problem solving pada saat tahap kegiatan. Pada
tahap kegiatan anggota kelompok, membahas topik beserta sub topik yang sudah
ditentukan pemimpin kelompok. Setelah topik selesai dibahas dan didiskusikan,
pemimpin kelompok memberikan permasalahan untuk diselesaikan, kemudian
anggota kelompok dapat menyampaikan permasalahan pribadi yang sedang
dialami untuk dicari penyelesainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Geldard, K. &Geldard, D. (2011). KeterampilanPraktikKonseling. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2007. Strategi Layanan Bimbingan & Konseling. Cetakan
Kedua. Bandung: Refika Aditama.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Romlah Tatik. 2006. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Majid, Abdul. 2011. Perencanaa Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Cetakan Kedelapan. Bandung: Rosda Karya.
Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rosidah, A. 2016. Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Problem Solving Untuk
Meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa Terisolir. Program Studi Bimbingan dan Konseling
STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Anda mungkin juga menyukai