Disusun Oleh :
A. Keterampilan Merangkum
Menurut Kathrvan Geldard & David Geldard (2011:133) merangkum adalah
merefleksikan inti dari percakapan. Rangkuman berfungsi mengumpulkan poin-poin
penting dari isi pembicaraan, serta melibatkan perasaan-perasaan yang telah di
utarakan konseli. Sering kali konseli dalam berbicara kurang sistematis, banyak ide
dan perasaannya yang bertebar, sehingga jika dibiarkan konselor sendiri akan
kehilangan fokus pembicaraan, oleh karena itu konselor dituntut untuk dapat
merangkum pembicaraan konseli. Merangkum pembicaraan akan berguna baik bagi
konselor maupun bagi konseli, yaitu adanya kejelasan fokus pembicaraan serta
membantu dalam menentukan arah wawancara. Rangkuman ini dapat dilakukan
secara pereodik, dapat pula dilakukan diakhir wawancara.
Membuat rangkuman adalah sesuatu yang perlu dilakukan dari waktu ke
waktu selama sesi konseling supaya konseli dapat mengutarakan gagasan mereka.
Keterampilan merangkum pembicaraan banvak bergantung pada keterampilan
paratrase dan refleksi perasaan. Tujuan dari merangkum adalah supaya konseli
merasa ada kemampuan dalam mengadakan eksplorasi tentang ide dan perasaan,
serta menyadari adanya kemajuan dalam belajar dan memecahkan masalah. Bagi
Konselor merangkum bertungsi sebagai bukti yang efektif tentang ketepatan
pengamatan konselor.
Keterampilan merangkum ini dinyatakan dalam bentuk pemberian respon
dengan membuat rangkuman secara tepat terhadap semua pembicaraan yang
diungkapkan. Untuk itu konselor harus mampu menyimak seluruh pembicaraan
bersama konseli dengan baik dan kemudian membuat rangkumannya untuk
selanjutnya disampaikan sebagai respon konselor terhadap konseli. Keterampilan
merangkum yang baik dan tepat dapat memberikan dampak psikologis adanya rasa
diterima, dihargai, dan diakui yang pada gilirannya dapat menunjang proses
konseling selanjutnya.
B. Berperilaku genuine
a. Pengertian Genuine (keaslian)
Keaslian merupakan kemampuan konselor manyatakan dirinya secara bebas
dan mendalam tanpa pura-pura, tidak bermain peran, dan tidak mempertahankan
diri. Konselor yang demikian selalu tampak keaslian pribadinya, sehingga tidak ada
pertentangan antara apa yang ia katakan dan apa yang ia lakukan. Tingkah lakunya
sederhana,lugu dan wajar.
C. Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan masalah yang terjadi pada diri seseorang, dapat
diselesaikan dengan cara konseling. Di dalam belajar bimbingan dan konseling
terdapat 24 teknik dan 4 strategi yang dapat digunakan oleh konseli dalam
melakukan penyelesaian masalah yang dihadapi oleh klien. Pendekatan yang dapat
digunakan oleh konseli dalam membantu klien yaitu dengan pendekatan krisis,
remedial, preventif, dan perkembangan. Dalam pendekatan-pendekatan tersebut
para konseli dapat menggunakan salah satu dari pendekatan tersebut dengan cara
melihat kebutuhan dalam berkomunikasi dengan klien.
Strategi sendiri dapat diartikan sebagai rencana, tindakan hal yang dilakukan
dalam menyelesaikan masalah, strategi mempunyai cara-cara yang berbeda-beda.
Strategi dapat dilakukan saat awal melakukan komunikasi dengan klien. Strategi
lebih baik dipersiapkan sebelum melakukan komunikasi dengan klien agar konseli
dalam memberikan respon, tanggapan, atau motivasi dapan masuk kedalam pikiran
klien dalam menyelesaikan masalah. Komunikasi yang baik akan menghasilkan
penyelesaian yang baik juga.
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan konseling :
1. Menentukan masalah,
2. Pengumpulan data,
3. Analisis data,
4. Diagnosis,
5. Prognosis,
6. Terapi,
7. Evaluasi/follow up.
Ketujuh langkah bimbingan konseling tersebut harus dilakukan secara
runtut. Seperti yang pertama yaitu menentukan masalah, untuk menentukan masalah
sendiri terkadang seorang klien memang terlalu bingungnya sampai apa masalah
yang terjadi pada dirinya pun tidak dapat dikemukakan, akibatnya konselor tidak
dapat mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi pada klien tersebut. Jadi
dalam hal menentukan masalah adalah menjadi awal yang harus dilakukan agar
konselor mengetahui apa masalah yang terjadi.
Pengumpulan data dapat dilakukan setelah konselor mengetahui masalah
yang sedang terjadi pada klien, pengumpulan data dapat diambil dari orang terdekat
dari klien, seperti orangtua, pasangan, sahabat terdekat,ataupun teman.
Mengumpulkan data sedikit susah sedikit gampang karena apabila data yang kita
tuju itu tersedia atau terbuka untuk konselor, maka tujuan untuk mengumpulkan
data akan berjalan lancer, sebaliknya apabila data tersebut sulit didapatkan maka
pengumpulan data akan tersendat dan konselor tidak akan bisa menganalisis data
yang diinginkan sebelumnya.
Tahap terakhir yakni tahap evaluasi atau follow up, dalam tahap ini seorang
konselor dan klien akan melakukan evaluasi atau perbaikan dalam memecahkan
masalah, meskipun hasil yang sebelumnya menurut kita sudah baik atau sesuai
tujuan alangkah baiknya tahap ini selalu dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-
kesalahan sekecil apapun yang akan mungkin terjadi lagi.
Langkah-langkah di atas harus dilakukan secara bersama, tidak bisa konseli
saja \yang melakukan, melainkan klien juga harus melakukan agar semua masalah
yang terjadi dapat terselesaikan dengan cepat, baik dan menghasilkan pemikiran-
pmikiran yang lebih luas lagi, agar semua masalah tidak selalu dianggap serius.
a. Pengertian Teknik Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Menurut Romlah (2006: 93) teknik problem solving adalah suatu proses
kreatif dimana individu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada diri
dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau
penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya.
Djamarah (2010: 91) juga menambahkan bahwa metode problem solving
bukan hanya sekedar metode belajar mengajar, tetapi juga merupakan metode
berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lainnya yang
dimulai pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras
dengan tujuan-tujuan dan nilai hidupnya.