Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses konseling setiap tahapan tidak mutlak harus dilakukan secara berurutan
tetapi dapat berjalan tumpang tindih (fleksibel). Setiap upaya yang dilakukan dalam
bimbingan konseling tidak lain sebagai upaya membantu klien untuk memahami dirinya dan
lingkungannya agar dapat melakukan penyesuaian dengan optimal. Setelah dilakukannya
proses konseling diharapkan setiap konflik yang terjadi dapat diatasi sendiri oleh klien.
Dengan menggunakan segala kelebihan atau potensi yang ada pada diri klien. Seorang hanya
mengarahkan dan membantu mencari pilihan pemecahan masalah yang dialami oleh klien
bukan mengintervensi klien.

Konseling pada dasarnya merupakan sebuah proses, yang dibuat dengan tujuan menolong
klien yang bermasalah. Proses ini mempunyai awal dan akhir. Konseling merupakan satu
situasi sementara yang menuntut terbentuknya relasi antara konselor dank lien dengan tujuan
menolong klien. Pandangan ini memperlihatkan bahwa membutuhkan waktu. Prosesnya
bergerak maju tahap demi tahap. Konseling di pengaruhi oleh kepribadian, lingkungan, dan
relasi antara konselor dank lien. Jika melihat konseling sebagai proses, kita juga perlu
berusaha memahami bagaimana kita dapat mempengaruhi ini sehingga menghailkan
perubahan – perubahan pada diri klien. Ada kegiatan – kegiatan dan ketrerampilan-
keteraplian tertentu yang dibutuhkan pada setiap tahap. Keterampilan – keterampilan ini dapat
dikembangkan dan harus diterapkan secara seksama untuk mengarahkan klien agar membuka
diri secara tepat dan ikut ambil bagian dalam konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam konseling?
C. Tujuan
1. Mengetahui tahapan – tahapan dalam konseling.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan – Tahapan dalam Konseling


Dalam prakteknya, seorang konselor harus menguasai proses dan berbagai teknik konseling,
sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga
tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan
(3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).

1. Tahapan Awal
Tahap ini disebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya adalah agar konselor
bersama klien mampu mendefinisikan masalah klien yang ditangkap atau dipilih dari isu-
isu atau pesan-pesan klien dalam dialog konseling itu Tahap ini terjadi sejak klien
menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan masalah klien.
Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya:
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan
membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling,
terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan, dan kegiatan.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin
dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu
memperjelas masalah klien.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan
membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai
bagi antisipasi masalah.
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi:
◦ Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien
dan konselor tidak berkebaratan.
◦ Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien.
◦ Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan
tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh
rangkaian kegiatan konseling.
Teknik-teknik konseling yang harus ada pada tahap awal konseling ini adalah:
a) Attending
b) Mendengarkan
c) Empati
d) Refleksi perasaan
e) Eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, dan eksplorasi ide
f) Bertanya terbuka
g) Menangkap pesan utama
h) Mendefinisikan masalah bersama klien
i) Dorongan minimal (minimal encouragement).

2. Tahapan Pertengahan
Konselor pada tahap ini akan menggunakan keterampilan konseling untuk memfasilitasi
proses dan jika diperlukan konselor dan konseli memungkinkan untuk meninjau dan
mengevaluasi kembali beberapa tujuan yang telah ditetapkan. Di samping itu, konseli
pada
tahap ini dituntut bertanggung jawab dan aktif bertindak pada masalah - masalah yang
teridentifikasi. Pendekatan konseling yang digunakan oleh konselor akan berdampak
pada gaya mereka menangani konseli. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus
dilakukan, diantaranya:
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah
dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah
yang sedang dialaminya. Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali),
bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
b. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara. Hal ini bisa terjadi jika:
◦ Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta
menampakan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
◦ Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang
bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar
peduli terhadap klien.
◦ Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun
pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
Pada tahap ini teknik-teknik konseling yang dibutuhkan adalah:
a) Memimpin (leading)
b) Memfokuskan (focusing)
c) Konfrontasi (confrontation)
d) Menjernihkan (clearing)
e) Mendorong (supporting)
f) Menginformasikan (informing), hanya jika diminta klien.
g) Memberi nasehat (advising), hanya jika diminta klien
h) Menyimpulkan sementara (summarizing)
i) Bertanya terbuka (open question)

Teknik-teknik empati, attending, refleksi (tahap awal) tetap digunakan pada tahap ini.

3. Tahap Akhir
Tahap ini disebut juga tahap tindakan (action), tahap ini bertujuan agar klien mampu
menciptakan tindakan-tindakan positif seperti perubahan prilaku dan emosi, serta
perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat mengatasi masalahnya. Klien
akan mandiri, kreatif, dan produktif. Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang
perlu dilakukan, yaitu:
a. Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
b. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang
telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
c. Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
d. Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
◦ Menurunnya kecemasan klien
◦ Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
◦ Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
◦ Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
Teknik-teknik konseling yang ada dan diperlukan pada tahap ini sebagian mencakup
yang ada di tahap awal dan pertengahan. Secara spesifik adalah:
a) Menyimpulkan.
b) Memimpin.
c) Merencanakan.
d) Mengevaluasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam prakteknya, seorang konselor harus menguasai proses dan berbagai teknik konseling,
sehingga bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga
tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2) tahap inti (tahap kerja); dan
(3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, R. E. et al. (2008). Keterampilan Konseling Tahap Akhir. Fakultas Ilmu Pendidikan.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai