Anda di halaman 1dari 7

TAHAPAN PROSES KONSELING

RESUME PSIKOLOGI KONSELING


Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Syarat Tugas Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Al Thuba Septa Priyanggasari, S.Psi., M.Psi. Psikolog

Disusun oleh:

Bayudha Robbie Wijaya 22090000160

Birgita Chrisna Lintang Kinanti 22090000162

Pricillia Dasya Wulandari Naben 22090000167

Diah Ayu Lestari 22090000168

Tri Adi Prayogi 22090000185

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2024
TAHAPAN PROSES KONSELING

Proses konseling pada dasarnya berjalan sistematis. Ada tahapan tahapan yang mesti dilalui
untuk sampai pada pencapaian konseling yang sukses. Tetapi sebelum memasuki tahapan
tersebut, sebaiknya konselor memperoleh data mengenai diri klien melalui wawancara
pendahuluan (intake interview). Gunarsa (1996) mengatakan bahwa manfaat dari intake
interview adalah memperoleh data pribadi atau hasil pemeriksaan klien. Setelah itu, konselor
dapat memulai langkah selanjutnya. Proses konseling pada umumnya terdiri atas tiga tahapan
yaitu:

1. Tahap Awal: Mendefinisikan Masalah


Membangun hubungan dijadikan langkah pertama dalam konseling, karena klien dan
konselor harus saling mengenal dan menjalin kedekatan emosional sebelum sampai pada
pemecahan masalahnya. Konselor harus menyadari bahwa membangun kepercayaan klien
terhadap konselor tidaklah mudah tanpa adanya kepercayaan, dan klien tidak akan membuka
dirinya pada konselor, seorang konselor harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dan
kompeten menangani masalah klien. Membangun hubungan konseling juga dapat dimanfaatkan
konselor untuk menentukan sejauh mana klien mengetahui kebutuhannya dan harapan apa yang
ingin ia capai dalam konseling.
Setelah itu dimulai dengan mengidentifikasi masalah klien, termasuk menemukan definisi
dari masalah klien. Pengungkapan masalah klien kemudian diidentifikasi dan didiagnosis secara
cermat. Sering kali klien tidak begitu jelas mengungkapkan masalahnya atau hanya secara samar
menjelaskannya, jadi konselor harus membantu klien mendefinisikan masalahnya secara tepat
agar tidak terjadi kekeliruan dalam diagnosis. Hal penting lainnya dalam langkah ini adalah
membicarakan struktur konseling, hal ini dilakukan untuk menuntun konselor dalam proses
konseling agar tidak kehilangan arah yang ingin dicapai.
Teknik-teknik konseling yang harus ada pada Tahap Awal konseling adalah:
a) Attending. Keterampilan konseling yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian
kepada konseli agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga
konseli bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam
pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya
b) Empati primer dan advance. Empati tingkat tinggi, kemampuan koselor memahami
perasaan, fikiran, keinginan, serta pengalaman klien secara lebih mendalam.
c) Refleksi perasaan. Teknik yang digunakan konselor untuk memantulkan perasaan/sikap
yang terkandung dibalik pernyataan klien.
d) Bertanya. Suatu kemampuan pembimbing atau konselor mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada sesi konseling.
e) Menangkap pesan utama. Kemampuan konselor dalam mengulangi intisari dari apa yang
dilkatakan atau yang terlihat dari sikap klien secara hati-hati, dengan tetap memperhatikan
pesan utama yang disampaikan oleh klien.
f) Mendorong dorongan minimal. Teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang
singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien.
Adapun pengambilan keputusan pada tahap awal melalui tiga fase, yaitu:
a. Mendefinisikan masalah,
b. Mempertimbangkan alternatif definisi masalah,
c. Komitmen konselor-klien tentang definisi yang terbaik dari sekian alternatif
Pada tahap ini dapat mencakup penilaian kesesuaian untuk melakukan konseling,
melakukan komunikasi dari dua arah dengan menggunakan metode komunikasi terapeutik,
menyepakati informent consent, membantu klien untuk menceritakan kisah mereka dan
seterusnya.
2. Tahap Pertengahan: Tahap Kerja
Setelah definisi masalah klien disepakati pada tahap awal, konseling berfokus pada
pemecahan masalah dan mengembangkan suatu solusi-solusi alternatif untuk membantu klien.
Proses ini terutama memasukkan pengujian masalah sehingga menjadi fakta-fakta spesifik
tentang situasi perasaan, pikiran dan pengalaman klien yang terjadi saat ini.
Tahap ini melibatkan eksplorasi lebih mendalam tentang masalah dan upaya mencari solusi,
dimana konselor membantu klien mengatasi hambatan dan mengejar keberhasilan.
a) Menyimpulkan Sementara (Summarizing). Agar pembicaraan maju secara bertahap dan
arah pembicaraan makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu konselor bersama klien
perlu menyimpulkan pembicaraan.
b) Memimpin (leading). Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau
menyimpang, seorang konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga
nantinya mencapai tujuan.
c) Memfokuskan. Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya
yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien. Fokus membantu klien untuk
memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.
d) Konfrontasi. Suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya
diskrepansi atau inkonsistensi antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal
dengan ide berikutnya, dengan senyum kepedihan, dan sebagainya.
e) Mengarahkan. Suatu keterampilan konseling yang mengatakan kepada klien agar dia
berbuat sesuatu. Mengarahkan (directing) merupakan teknik konseling yang akan
membuat klien terarah kepada tujuan konseling.
f) Mengambil Inisiatif. Mengambil inisiatif perlu dilakukan konselor manakala klien kurang
bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang partisipasif.
g) Memberi Informasi. Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan
pemberian nasehat. Jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur
katakana bahwa tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi, jika konselor mengetahui
informasi, sebaiknya upayakan agar klien tetap mengusahakannya.
h) Menafsirkan. Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya
adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan, diantaranya: Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam.
Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau
kembali permasalahan yang dihadapi klien.Menjaga agar hubungan konseling tetap
terpelihara.
Pada tahap kerja ini, bergantung kepada konselornya dengan latar belakang teori konseling
yang dia kuasai, seperti:
• Konselor psikodinamika akan cenderung kurang tertarik pada data-data tetapi akan meneliti
data tentang proses ketidaksadaran klien. Sebaliknya sifat dan faktor konselor akan
cenderung tertarik pada pengungkapan sebanyak mungkin data atau fakta.
• Konselor humanistik menekankan pada kondisi yang realistik memahami kelemahan dan
potensi diri dalam situasi lingkungan saat ini, percaya kualitas diri yang mampu mengatasi.
• Pendekatan ekletistik cenderung menghargai semua pendekatan, namun memiliki bagian-
bagian penting dan sesuai dengan masalah klien yang dihadapi, karena itu bisa jadi
pendekatan humanistik digandengkan dengan trait and factors atau psikodinamika.

Langkah berikutnya adalah konselor mulai memikirkan alternatif pendekatan dan strategi
yang akan digunakan agar sesuai dengan masalah klien. Harus dipertimbangkan pula bagaimana
konsekuensi dari alternatif dan strategi tersebut.

Ada beberapa strategi yang dikemukakan oleh Willis (2009) untuk dipertimbangkan dalam
konseling:

• Mengomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan ter- buka sehingga dapat
menggali lebih dalam masalahnya.
• Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai alternatif. Hal
ini akan membuatnya termotivasi un- tuk meningkatkan dirinya sendiri.

Setelah alternatif dan strategi disusun dengan matang, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan intervensi pada klien. Dalam hal ini, konselor harus mengevaluasi terus-menerus
apakah ada kemajuan dalam proses konseling, atau malah menyadari bahwa intervensi yang
digunakan tidak tepat sehingga harus dicari kembali alternatif dan strategi yang baru.
3. Tahap Akhir: Tahap Penentuan Keputusan untuk Bertindak
Pada tahap ini, konselor dan klien mengevaluasi hasil dari proses konseling. Hal ini diambil
berdasarkan pemahaman yang telah dicapai dan solusi yang ditemukan. Tujuannya adalah
membantu klien mencapai perubahan positif dan mengatasi masalah yang dihadapi.
Tahap ini berhubungan dengan:
a. Mengembangkan alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah.
b. Menguji solusi-solusi itu pada kenyataan, keinginan dan harapan klien.
c. Memutuskan mana solusi yang paling tepat dengan klien.
d. Klien menyusun rencana atas solusi yang telah dia ambil tadi.
Jika rencananya sudah meyakinkan klien, dan berdasarkan pada kenyataan potensi diri dan
lingkungan klien, maka sesi konseling sudah dapat diakhiri.

Seorang konselor dengan kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-
teknik yang bervariasi dan berganda (multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda
kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa
badan dan sebagainya.

Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik seperti dikemukakan di atas,


tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya seorang konselor dengan kemampuan dan seni
akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi dan berganda (multi technique).
Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran,
temperamen), respon lisan dan bahasa badan dan sebagainya. Adapun pengertian teknik
bervariasi dan berganda adalah :

1. Bisa saja teknik di Tahap Awal digunakan di Tahap Pertengahan dan Akhir, sebagai contoh
attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai pada semua tahapan konseling.
2. Respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling (multi technique).

Anda mungkin juga menyukai