Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KECAKAPAN DASAR KONSELING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling


Dosen Pengampu : Dr. Rofiqah,M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 11
1. Nur Jalliyan Ruslan 210401110006
2. Nailul Muna 210401110033
3. Diaz Rafidi Maasyisy 210401110036

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab


dalam proses konseling, teknik yang baik adalah kunci keberhasilan menuju
tercapainya tujuan konseling. Seorang Konselor yang efektif harus mampu merespon
klien dengan teknik yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang benar
adalah respon yang mampu mendorong, merangsang, dan menyentuh klien sehingga
klien dapat terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan
pengalamannya. Selanjutnya klien harus terlibat dalam diskusi mengenai dirinya.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu perilaku verbal dan
perilaku nonverbal. Seorang konselor bukanlah robot melainkan seseorang yang sarat
akan latar belakang sosial-budaya-agama, persoalan-persoalan hidup, keinginan dan
cita-cita, dan sebagainya. Apabila seorang konselor sedang dalam kondisi tidak
nyaman, maka besar kemungkinan kondisi tersebut akan terbawa tanpa sengaja ke
dalam hubungan konseling. Untuk mengatasi hal tersebut konselor harus berusaha
mengusir segala masalah diri semaksimal mungkin, dan paling harus ada kepekaan
terhadap diri.

B. Rumusan Masalah

Kecakapan dasar konseling apa saja yang harus dimiliki oleh seorang konselor?

C. Tujuan

Untuk mengetahui kecakapan dasar konseling apa saja yang harus dimiliki oleh
seorang konselor
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memberi Perhatian

Carkhuff (1983) menyatakan bahwa melayani klien secara pribadi merupakan upaya
yang dilakukan konselor dalam memberikan perhatian secara total kepada klien. Hal ini
ditampilkan melalui sikap tubuh dan ekspresi wajah. Menurut Willis (2009), Attending
yang baik ini sangat dibutuhkan karenadapat: a) Meningkatkan harga diri klien, b)
Menciptakan suasana yang aman, c) Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan
bebas.
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang
menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata.
Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah, perlu dilatihkan bertahap dan terus-
menerus. Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian
klien yaitu:
a. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attendzhg
memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa
harga diri ada atau meningkat.
b. Dengan perilaku attendjng dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena
klien merasa ada orang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa
terlindungi secara emosional.
c. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah
tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.

(Thalib, 2008) Memberi perhatian yaitu tingkah laku pemberi bantuan yang
menunjukkan bahwa mereka dalam kebersamaan pada saat berkomunikasi. Berdasarkan
studi yang dilakukan Ivey (1968) memberi perhatian memiliki beberapa komponen yaitu:
eye contact, posture, gesture, dan verbal behavior. Brammer (1973) menjelaskan bahwa
tingkah laku verbal yang ditampilkan secara tepat oleh helper pada helpee sangat
bermanfaat dan mendorong helpee untuk menyatakan ide-idenya atau perasaan-
perasaannya secara bebas. Selain itu, dinyatakan bahwa tingkah laku memberi perhatian
yang tepat juga memungkinkan keduanya (helper dan helpee) untuk mengekspresikan
diri, memelihara hubungan dan mengembangkan rasa tanggung jawab pada proses
komunikasi.
B. Mengamati

Mengamati klien, yaitu menekankan kemampuan konselor untuk


menggunakan pengamatan terhadap klien untuk tujuan terapeustis. Konselor dalam
hal ini untuk sungguh-sungguh sadar akan apa yang sedang klien katakan khususnya
melalui gerakan-gerakan tubuh mereka, raut wajah, kualitas vokal, dan
ketidaksesuaian antara bahasa non verbal dengan ekspresi-unkapan verbal
mereka. Perilaku non verbal klien harus secara cermat diamati ketika sedang
menyampaikan satu informasi penting tentang dirinya dan situasinya. Ivey (2003:95)
mengemukakan bahwa minat mengamati klien ini akan membantu konselor untuk
merespon dan mengetahui apa dan bagaimana bahasa klien verbal dan non
verbal. Selain itu juga mengamati perbedaan-perbedaan multibudaya yang berkaitan
dengan ungkapan-ungkapan klien verbal dan nonverbal.

C. Mendengarkan

1. Attending dan Empati


 Attending
Perilaku attendingtermasuk dalam Keterampilan Dasar Mendengarkan
Attending berfokus pada perilaku verbal dan nonverbal konselor. Perilaku
attending penting untuk hubungan empatik, didefinisikan sebagai pengamatan
klien dengan meninjau perilaku verbal dan visual, kualitas vokal, pelacakan
verbal dan bahasa tubuh ekspresi wajah yang sesuai secara individual dan
budaya. Mendengarkan adalah keterampilan inti dari perilaku attending dan
merupakan inti untuk mengembangkan hubungan dan melakukan kontak nyata
dengan klien. Perilaku Attending adalah keterampilan mendengarkan yang
pertama dan paling penting. Iniadalah bagian penting dari semua wawancara,
konseling, dan psikoterapi Terkadang mendengarkan dengan cermat sudah
cukup untuk menghasilkan perubahan Mendengarkan adalah inti, tetapi lebih
dari sekadar mendengar atau melihat Perhatian selektif dapat digunakan untuk
memfasilitasi percakapan klien yang lebih bermanfaat. Menghadiri dengan
kepekaan individu dan budaya selalu merupakan suatu keharusan. Untuk
mengomunikasikan bahwa Anda memang mendengarkan atau menghadiri
klien, Anda memerlukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kontak visual/ mata. Lihatlah orang-orang saat Anda berbicara dengan
mereka.
b. Kualitas vokal. Suara Anda adalah instrumen yang
mengkomunikasikan banyak perasaan yang Anda miliki tentang diri
Anda atau tentang klien dan apa yang dibicarakan khen Nada "prosodik
yang nyaman cenderung membuat klien merasa lebih rileks dengan
Anda Perubahan nada dan volume, istirahdan keraguan bicara, dan
kecepatan bicara dapat menyampaikan reaksi emosional Anda kepada
klien. Jika klien stres, Anda akan melihatnya dalam nada suara dan
gerakan tubuh mereka. Dan jika topiknya tidak nyaman untuk Anda
atau Anda menangkap stres klien, nada suara atau kecepatan bicara
Anda juga dapat berubah.
c. Pelacakan verbal. Lacak kisah klien. Jangan mengubah topik
pembicaraan, tetaplah, dengan topik klien Pelacakan verbal sangat
membantu baik pewawancara pemula maupun yang berpengalaman
konselor yang bingung atau bingung tentang apa yang harus dikatakan
selanjutnya sebagai tanggapan terhadap klien Bersantai, Anda tidak
perlu memperkenalkan tonik baru. Ajukan pertanyaan atau berikan.
komentar singkat tentang apa pun yang dikatakan klien di masa lalu
atau waktu dekat. Kembangkan topik klien, dan Anda akan mengenal
klien dengan sangat baik seiring waktu.
d. Bahasa tubuh ekspresi wajah. Jadilah diri sendiri, keaslian penting
untuk membangun kepercayaan Untuk menunjukkan minat, hadapi
klien dengan jujur, condongkan tubuh sedikit ke depan dengan wajah
ekspresif, dan gunakan gerakan yang menyemangati Terutama kritis,
senyum untuk menunjukkan kehangatan dan minat pada klien.
Yang menentukan jarak interpersonal yang nyaman dipengaruhi oleh
banyak faktor yaitu:
 Jenis Kelamin Wanita cenderung merasa lebih nyaman dengan jarak yang
lebih dekat daripada pria.
 Kepribadian: Introvert membutuhkan lebih banyak jarak daripada ekstravert.
 Usia:Anak-anak Dan kaum muda cenderung mengadopsi jarak yang lebih
dekat.
 Topik percakapan: Topik yang sulit seperti kekhawatiran seksual atauperilaku
buruk pribadi.
 Dapat membawa seseorang ke jarak yang lebih jauh.
 Hubungan pribadi: Teman atau pasangan yang harmonis cenderung lebih
dekat. Ketika perselisihan terjadi. amati bagaimana harmoni menghilang (Ini
juga merupakan petunjuk kapan Anda menemukan klien tiba-tiba
menyilangkan lengan, membuang muka, atau gelisah.) Kemampuan: Setiap
orang itu unik Kami tidak dapat menempatkan penyandang disabilitas fisik
salah satu kelompok Pertimbangkan perbedaan di antara berikut ini orang yang
menggunakan kursi roda, penderita kelumpuhan otak, orang yang menderita
Parkinson, orang yang penyakit kehilangan anggota tubuh atau klien yang
cacat fisiknya karena luka bakar yang parah.
 Empati
Rogers menjelaskan bahwa sangat penting untuk mendengarkan dengan
cermat, memasuki dunia klien, dan mengoniunikasikan yang kami pahami dunia klien
sebagaimana klien melihat dan mengalaminya. Menempatkan diri Anda pada posisi
orang lain atau melihat dunia melalui mata dan telinga orang lain" adalah cara lain
untuk menggambarkan empatiMengalami dunia dan kisah klien seolah-olah Anda
adalah klien inu; memahami masalah utamanya dan mengatakannya kembali secara
akurat, tanpa menambahkan pemikiran Anda sendiri, perasaan, atau makna. Klien
akan merasa dipahami dan terlibat secara lebih mendalam dalam mengeksplorasi
masalah mereka, supaya konseli merasa ada yang memahami dan memperhatikan, ada
yang peduli dengannya. Empati paling baik dinilai dengan reaksi klien terhadap
pernyataan dan kemanipuan mereka untuk melanjutkan diskusi secara lebih
mendalam dan, pada akhirnya, dengan pemahaman diri yang lebih baik. Terdapat
beberapa jenis empati yaitu:
a. Empati subtraktif konselor memberikan respon kembali kepada klien kurang
dari apa yang klien nyatakan, dan mungkin bahkan mengubah apa yang telah
dikatakan. Dalam hal ini, keterampilan mendengarkan atau memengaruhi
digunakan secara tidak tepat
b. Empati dasar Tanggapan konselor secara langsung dapat dipertukarkan dengan
tanggapan klien Konselor mampu mengatakan kembali dengan akurat apa
yang dikatakan klien
c. Empati aditif Tanggapan konselor yang menambahkan sesuatu di luar apa
yang sering dikatakan klien bersifat aditif. Ini mungkin menambahkan tautan
ke sesuatu yang telah dikatakan klien sebelumnya, atau mungkin ide atau
kerangka acuan yang kongruen yang membantu klien melihat perspektif baru.
Contoh:Klien: Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya telah
membahas masalah ini lagi dan lagi. Suamiku sepertinya tidak mengerti bahwa
aku tidak terlalu peduli lagi. Dia terus mencoba dengan cara yang sama
membosankannya sepertinya tidak ada gunanya mengganggunya lagi.
D. Menanggapi

Menurut Carkhuff, di dalam komunikasi dengan konseli, konselor harus


menggunakan respon-respon yang diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik
keterampilan dasar komunikasi, seperti :
a. tahap pembukaan yaitu membangun rapport, attending, acceptance
(penerimaan), mendengarkan, empati, refleksi;
b. tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka, mengikuti pokok
pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,
menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil
inisiatif, memberi nasehat;
c. tahap terminasi (pengakhiran) seperti menyatakan waktu telah habis,
menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas dan tindak lanjut,
merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara formal.

E. Dalil

Surat An-Nahl Ayat 78

F. ‫َو ٱُهَّلل َأْخ َرَج ُك م ِّم ۢن ُبُطوِن ُأَّم َٰه ِتُك ْم اَل َتْع َلُم وَن َش ْئًـا َو َج َعَل َلُك ُم ٱلَّس ْم َع َو ٱَأْلْبَٰص َر َو ٱَأْلْفِٔـَد َةۙ َلَعَّلُك ْم‬
‫َتْش ُك ُروَن‬
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.
BAB III
KESIMPULAN

Ada empat keterampilan dasar dalam konseling: memperhatikan, mengamati,


mendengarkan, dan menanggapi. Perilaku kehadiran, yang penting untuk hubungan empatik,
mengamati klien dengan memeriksa perilaku verbal dan visual, kualitas suara, pelacakan
bahasa, dan bahasa tubuh/ekspresi wajah yang sesuai secara pribadi dan budaya didefinisikan
sebagai Pentingnya observasi. Konselor yang percaya diri selalu menyadari interaksi mereka
saat ini dengan klien mereka selama sesi. Pelanggan memberi tahu kami tentang dunia
mereka dengan cara non-verbal dan verbal. Keterampilan observasional adalah alat kunci
dalam menentukan bagaimana klien menafsirkan dunia.

Mendengarkan dirancang untuk menangkap semua nuansa klien dalam bentuk kata-
kata klien, gerak tubuh, dan aspek psikologis yang tak terlihat dari tindakan mereka.
Responsiveness adalah kemampuan konselor untuk merespon secara tepat dan empatik
kepada konselor. Sebuah respon yang baik memungkinkan orang yang mencari nasihat untuk
lebih memahami diri mereka sendiri dan masalah mereka. Jawaban hanya dapat dibuat
berdasarkan "partisipasi".
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, S. (2018). “Pentingnya mengembangkan ketrampilan mendengarkan efektif dalam


konseling. Jurnal Pendidikan Indonesia. Vol. 4 (2)
Anas, S.(2010). Bimbingan Konseling. CV Pustaka Setia: Bandung.
Jones, R. N. (2012). Pengantar Ketrampilan Konseling (Introduction to Counselling Skills
text and Activities. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Amallia Putri, (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor Dalam Konseling Untuk
Membangun Hubungan Antar Konselor Dan Konsel. Jurnal. Volume 1 Nomor 1
Maret 2016. Page 10-13 p-ISSN: 2477-5916 e-ISSN: 2477-8370 Prodi Bimbingan
Konseling Universitas Negeri Tanjungpura, Pontianak.
Willis, Sopyan. (2013). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Fitriana Mahadhita, Kusnarto Kurniawan. “Hubungan Keterampilan Dasar Konseling
Dengan Minat Siswa Mengikuti Konseling Individu.” Indonesian Journal of
Guidance and Counseling 6 6, No. 2 (2017): 8–14.
Lianawati, Ayong. “Implementasi keterampilan konseling dalam layanan konseling
individual.” Proceedings Jamboe Konseling 3 (2017): 85–92.
http://jambore.konselor.org/%0AImplementasi.

Anda mungkin juga menyukai