Anda di halaman 1dari 14

ATTENDING SKILL KONSELOR

DALAM KONSELING
Oleh: Dwitias Titi

A. KONSEP DASAR ATTENDING


Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri, termasuk di
dalamnya adalah kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku
attending yang baik dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana
yang aman dan mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
Menurut pengertian yang diungkapkan oleh beberapa ahli, menyebutkan
bahwa perilaku attending sebagai berikut:
1. Sofyan Willis (2004 :176) mengemukakan bahwa perilaku attending dapat
juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen
-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata.
2. Hariastuti (2007:27) menjelaskan bahwa attending merupakan kemampuan
konselor dalam menunjukkan perhatian secara penuh kepada klien sehingga
klien dapat terlibat dalam proses konseling.
3. Supriyo dan Mulawarman (2006:19) menjelaskan bahwa attending adalah
keterampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan
perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang
kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan
tentang apa saja ynag ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya.
4. Hutahuruk dan Pibradi (1984:3) menjelaskan bahwa attending yang baik
merupakan suatu komponen yang diperlukakan dalam komunikasi yang
baik. Perilaku attending yang baik mendemonstrasikan kepada klien bahwa
konselor menghargainya sebagai pribadi dan konselor tertarik terhadap apa
yang dikatakan oleh konseli.
Berdasarkan dari pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa attending merupakan komunikasi nonverbal yang menunjukkan bahwa
konselor memberikan perhatian secara utuh terhadap lawan bicara (klien) yang
sedang berbicara. Keterampilan attending yaitu keterampilan tampil sebagai
pribadi yang utuh dan memberikan perhatian penuh kepada klien sebagaimana
adanya, agar klien dapat mengembangkan diri, mengeksplorasi dirinya dengan
bebas.

B. TUJUAN ATTENDING
Perilaku attending (penampilan) mempunyai tujuan agar calon konselor
dapat memperlihatkan penampilan yang attending di berbagai situasi
hubungan interpersonal secara umum, khususnya dalam relasi konseling
dengan klien.
Adapun tujuan perilaku attending menurut pendapat dari beberapa ahli
adalah sebagai berikut:
1. Menurut Sofyan Willis (2004: 176), perilaku attending yang ditampilkan
akan mempengaruhi kepribadian klien, yaitu:
a. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending
memungkinkan konselor meghargai konseli.
b. Dengan perilaku attending menciptakan suasana aman bagi klien, karena
klien merasa ada barang yang bisa dipercayai, teman untuk berbicara, dan
merasa terlindungi secara emosional.
c. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor
adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan
perasaannya.
2. Supriyo dan Mulawarman (2006:19) menjelaskan bahwa tujuan dari teknik
attending adalah agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang
kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan
tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan,ataupun tingkah lakunya.
3. Hutahuruk dan Pibradi (1984:3) menyebutkan tujuan dari teknik attending
adalah untuk membangkitkan harga diri klien, membangkitkan suasana
yang aman sehingga melancarkan ekspresi bebas tentang apa saja yang
muncul dibenak klien.
Berdasarkan tujuan-tujuan yang telah dipaparkan oleh para ahli diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari teknik attending adalah untuk
meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana aman, dan memberikan
kenyakinan kepada klien untuk dapat mengungkapkan tentang dirinya secara
terbuka kepada konselor.

C. FUNGSI ATTENDING
Supriyo dan Mulawarman (2007:27) menyatakan bahwa fungsi dari
attending yaitu untuk memusatkan perhatian pada klien. Disamping itu, fungsi
utama dari teknik attending adalah untuk mendorong klien agar mau berbicara
dengan bebas dan terbuka.
Attending juga bermanfaat agar konseli merasa dihargai dan terbina
secara kondusif (Sofyan Willis, 2004:176).
Berdasarkan beberapa fungsi diatas tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa fungsi dari teknik attending adalah membuka proses konseling serta
konselor dapat memfokuskan perhatiannya terpusat pada klien untuk
mendorog klien bersedia berbicara secara bebas dan terbuka.

D. KOMPONEN ATTENDING
Konselor dalam melakukan teknik attending, terdapat beberapa komponen
yang harus dipahami antara lain:
1. Kontak Mata
Gambar 1: Kontak mata yang baik antara konselor dan klien
Kontak mata yang baik adalah dengan melihat kepada konseli
sewaktu berbicara, kemudian secara mendadak mengalihkan pandangan
mata pada objek lain yang ada di sekitar wajah konseli, objek lain di dekat
kepala konseli, selanjutnya kontak mata lagi dengan konseli. Waktu kontak
mata yang baik adala selama 10 detik, kemudian dialihkan, lalu melakukan
kontak mata lagi.
Kontak mata yang baik dan tepat akan kelihatan mengekpresikan
minat yaitu mendengarkan ungkapan konseli dengan sungguh dan serius.
Serta keinginan mendengarkan konselor pada konseli, juga dapat menjadi
indikator kebutuhan akan afiliasi (hubungan), kebutuhan akan keterlibatan
dan ikut serta, kualitas hubungan yang terjalin, dan peningkatan
komunikasi.
Selain itu kontak mata akan mendorong peningkatan keterlibatan
dan kualitas hubungan dalam komunikasi konseling. Seorang konselor
hendaknya melakukan kontak mata dengan wajar dan tidak galak, sehingga
tidak menimbulkan kesan yang baik.
Gambar 2: Tidak ada kontak mata saat proses konseling

Dalam melaksankan teknik attending dalam konseling, hal yang


perlu diperhatikan adalah menghindari beberapa kontak mata yang tidak di
anjurkan antara lain:
a. Tidak pernah melihat klien.
b. Menatap klien untuk secara konstan dan tidak memberi kesempatan klien
untuk membalas tatapan.
c. Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat kepada
konselor.

2. Sikap dan Bahasa Tubuh (gesture)

Ketika melakukan attending hal yang diperhatikan oleh konselor


salah satunya adalah sikap dan bahasa tubuh (gesture). Oleh karena itu perlu
diperhatikan saat berhadapan dengan klien harus memperhatikan hal – hal
seperti posisi badan yang baik dan tidak baik.
Gambar 3: Gesture yang baik saat melakukan konseling

Posisi badan yang baik dilakukan oleh konselor saat berhadapan


dengan klien, mencakup:
a. Duduk dengan badan menghadap klien.
b. Tangan diatas pangkuan atau berpegang bebas atau kadang - kadang
digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang
dikomunikasikan secara verbal.
c. Responsif dengan menggunakan bagian wajah, senyum spontan atau
anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi
tanda tidak mengerti.
d. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sekali - kali condong kearah klien
untuk menunjukkan kebersamaan dengannya.
Gambar 4: Gesture yang kurang baik saat melakukan konseling

Posisi badan yang tidak dianjurkan kepada konselor saat melakukan


proses konseling, mencakup:
a. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap klien.
b. Duduk dengan sangat kaku.
c. Gelisah atau tidak tenang (resah)
d. Mempergunakan tangan, kertas, dan kuku tangan.
e. Sama sekali tanpa gerak isyarat.
f. Selalu memukul – mukul dan menggerakkan tangan dan lengan.
g. Wajah tidak menunjukkan perasaan.
h. Terlalu banyak tersenyum, kerutan dahi atau anggukan kepala tidak
berarti.

3. Tingkah laku verbal dan nonverbal


Dalam melakukan attending seorang koselor perlu memperhatikan
tingkah laku dirinya kepada klien. Dibawah ini terdapat perilaku konselor
yang baik dan efektif untuk dilakukan:

Tabel 1: Perilaku Konselor yang Efektif (Okun, 1987)


No Perilaku Verbal Perilaku Nonverbal
1 Menggunakan kata-kata yang Nada suara disesuaikan dengan
dapat dipahami klien klien (umumnya sedang, tenang)
2 Memberikan, refleksi dan Memelihara kontak mata yang
penjelasan terhadap baik
pernyataan klien
3 Penafsiran yang baik/sesuai Sesekali menganggukkan kepala
4 Membuat kesimpulan Wajah yang bersemangat, ramah
dan murah senyum
5 Merespon pesan utama klien Kadang-kadang memberi isyarat
tangan
6 Memberi dorongan minimal Jarak dengan klien relatif dekat
7 Memanggil klien dengan Ucapan tidak terlalu cepat/lambat
nama panggilan atau anda
8 Memberi informasi sesuai Duduk agak condong kearah klien
keadaan
9 Menggunakan humor secara Sentuhan disesuaikan dengan usia
tepat untuk menurunkan klien dan budaya lokal
tegangan

Gambar 5: Perilaku konselor saat mencairkan suasana koseling dengan


humor agar tidak terjadi ketegangan

Tabel 2: Perilaku Konselor yang Tidak Efektif (Okun, 1987)


No Perilaku Verbal Perilaku Nonverbal
1 Memberi Nasehat Membuang pandangan/melengah
2 Menceramahi Duduk menjauh dari klien
3 Bersifat menentramkan klien Senyum menyeringai atau
tersenyum sinis
4 Menyalahkan klien Menggerakkan dahi
5 Menilai klien Cemberut
6 Membujuk klien Merapatkan mulut
7 Mendesak klien Menggoyang – goyangkan jari
8 Terus menggali dan bertanya Gerak isyarat yang mengacaukan
9 Selalu mengarahkan klien Menguap
10 Sikap merendahkan klien Menutup mata
11 Penafsiran yang berlebihan Nada suara tidak menyenangkan
12 Menggunakan kata-kata yang Berbicara terlalu cepat atau
tidak dimengerti perlahan
13 Memberi Nasehat Membuang pandangan/melengah
14 Menceramahi Duduk menjauh dari klien

Gambar 6: Perilaku konselor yang terlalu serius akan membuat klien


tegang dan frustasi
4. Lingkungan yang nyaman
Attending menuntut pemberian perhatian kepada orang lain (klien).
Hal ini tidak mungkin terjadi dalam lingkungan yang ramai, bising, hiruk
pikuk, dan kacau. Radio, televisi dan sejenisnya bisa menjadi pengganggu,
oleh karena itu perlu dimatikan. Demikian juga dering telepon, nada pesan
juga perlu dijauhkan bahkan dimatikan saat konseling. Usahakan ruang
koseling mampu membuat klien menjadi nyaman dan mampu
menyelesaikan proses konselong dengan konselornya.

Gambar 7: Ruang konseling yang rapi dan nyaman

Konselor perlu memilih lingkungan yang tenang dan jauh dari


keramaian, serta mampu menciptakan kondisi yang dapat membuat klien
nyaman.

E. VERBATIM KHUSUS ATTENDING


Verbatim adalah kata demi kata yang tertuang dalam tulisan. Verbatim
dalam konseling adalah panduan teks yang berisi dialog percakapan antara
konselor dan klien saat proses konseling akan berlangsung. Verbatim khusus
attending adalah percakapan yang dilakukan konselor saat akan memulai
konseling dengan kliennya.
Berikut ini sepenggal dialog yang dilakukan oleh konselor saat akan
menerima klien (attending) yang hendak konseling:

Gambar 8: Konselor menujukan attending ketika menerima konseli

Dalam verbatin tahap attending, kontak mata juga dapat menjadi bentuk
perhatian yang diberikan konselor kepada konseli, contohnya pada gambar
berikut:

Gambar 9: Penerimaan konselor melalui kontak mata


Berikut ini dialog atau percakapan yang dilakukan oleh konselor dan
klien pada tahap attending:

Penerimaan Konselor (Attending Skill)


Klien Konselor
Waalaikumsalam Wr. Wb.
Mari nak silahkan masuk dipakai saja
Assalamualaikum Wr. Wb.. sepatunya..!
(mengetuk pintu) (mempersilahkan masuk)
Iya Bu... Loh kenapa berdiri saja?
(dengan wajah menunduk dan Ayo silahkan duduk nak..!
berjabat tangan) (mempersilahkan duduk)
Iya Bu... Ada apa yah nak dating kesini?
Terima Kasih (Keterampilan bertanya)
Ya sudah... Coba tarik nafas dulu, lalu
Emmmmm.... keluarkan pelan-pelan..!
(diam) (mencairkan ketegangan)
Gimana? Apakah udah lebih lega? Ibu
Hhhhhh......haaaahhhhh... juga suka melakukan hal itu
(tarik nafas) (tersenyum)
Jangan takut ya.. Anggap saja ibu ini
saudara sendiri..
Alhamdulillah...Lumayan Bu.. Oh ya kenalkan nama Ibu Tias, kalau
(klien malu-malu dan agak takut) adik siapa? (berjabat tangan)
Saya Aldo Bu.. Baiklah ibu panggil nak Aldo saja ya..
(masih berjabat tangan) (tersenyum)
Sepertinya nak Aldo ada sesuatu yang
ingin di ungkapkan?
Apakah sebelumnya nak Aldo pernah
Baik Bu hehehe.. melakukan konseling?
(tersenyum) (structuring)
Belum pernah Bu.. Nak Aldo tahu apa itu konseling?
(wajah menengadah) (structuring)
Konseling itu membantu permasalahan
yang dihadapi individu dalam
menyelesaikan masalahnya.
Apa nak Aldo punya masalah??
Ibu sebagai konselor dapat membantu
Kata temen saya kalau datang kesini nak Aldo untuk pencapaian masalah
(ruang BK) semua masalah bisa yang ingin diselesaikan. Jadi nak Aldo
terselesaikan Bu.. Benerkah itu Bu? disini jangan takut dan ragu untuk
Jadi saya ingin dikonseling Bu.. mengungkapkan semua unek-unek
(wajah diangkat) yang terpendam ya..? (structuring)
Baik bu, Aldo mengerti..
(malu-malu)
DAFTAR PUSTAKA

Asrowi. 2011. Materi Tujuh Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling.


Surakarta: UNS Press.
Fauzan Lutfi, Nur Hidayah dan M. Ramli. 2008. Teknik - Teknik Komunikasi Untuk
Konselor. Malang: UPT UNM.
Hariastuti, Retno Tri dan Eko Darminto. 2007. Ketrampilan - Ketrampilan Dasar
Dalam Konseling. Surabaya: Unesa University Press.
Hutauruk, Toga dan Pribadi. 1984. Konseling Mikro. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan kebudayaan Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Supriyo dan Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling. Semarang:
Jurusan Bimbingan Konseling FIP UNNES.
Triyanto, Agus. 2011. Keterampilan Konseling (Attending, Bertanya, Empati,
Permusatan). Yogyakarta: UNY Press.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual Teori dan Praktik. Bandung:
Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai