DOSEN PENGAMPU:
Kelompok 1 :
S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan................................................................................... 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
3) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana dinamika kepribadian
dalam teori menurut Rogers.
4) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan
kepribadian menurut Rogers dalam teorinya.
5) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mengaplikasi teori person
center menurut Rogers.
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
hereditas, namun kemudian mengalami diferensiasi sehingga pada orang
dewasa aktualisasi menjadi bersifat otonom dan sosial.
4. Organisme mereaksi medan fenomena secara total (gestalt) & berarah-
tujuan (goal directed).
5. Pada dasarnya tingkahlaku merupakan usaha yang berarah tujuan untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan mengaktualisasikan-
mempertahankan-memperluas diri, dalam medan fenomenanya.
6. Emosi akan menyertai tingkah laku yang berarah-tujuan, sehingga
identitas (kekuatan) emosi itu tergantung kepada pengamatan subjektif
seberapa penting tingkah laku itu dalam usaha aktualisasi-memelihara-
mengembangkan diri.
7. Jalan terbaik untuk memahami tingkahlaku seseorang adalah dengan
memakai kerangka pandangan orang itu sendiri (internal freme of
reference); yakni persepsi, sikap, dan perasaan yang dinyatakan dalam
suasana yang bebas atau suasana yang terapi berpusat klien. Teknik
laporan diri cukup baik, walaupun tetap tidak dapat memberi gambaran
lengkap mengenai individu. Teknik laporan diri itu jauh lebih baik
daripada teknik asesmen memakai tes psikologi-angket-observasi yang
semuanya termasuk kerangka eksternal (external frame of reference).
8. Sebagian dari medan fenomenal secara berangsur mengalami
diferensiasi, sebagai proses terbentuknya self. Self adalah kesadaran
dalam keberadaan dan fungsi diri, yang diperoleh melalui pengalaman di
mana diri (I atau me) terlibat di dalamnya sebagai objek atau subjek.
9. Struktur self terbentuk sebagai hasil interaksi organisme dengan medan
fenomenal, terutama interaksi evaluatif dengan orang lain. Struktur self
adalah suatu pola pengamatan yang bersifat utuh/bulat, teratur, mudah
bergerak (fluid), dan konsisten dengan gambaran I atau me dan nilai-nilai
lingkungan. Dari pengalamannya, anak belajar bahwa dirinya adalah
salah satu objek yang berbeda dengan objek lain dalam lingkungan.
Selanjutnya pengalaman yang sesuai dengan dirinya akan dinilai positif
dan dinilai sesuai dengan dirinya. Sebaliknya nilai yang negatif
6
ditempatkan di lingkungan (di luar dirinya). Proses penilaian ini akan
terus berlanjut menyusun struktur-self dan mempertegas hubungannya
dengan lingkungan. Nilai-nilai yang dipergunakan tidak lagi terbatas
pada gambaran diri yang telah dimiliki, tetapi kemudian juga
memasukkan (introjection & assimilation) nilai-nilai dari orang lain
(misalnya dari orang tua).
10. Apabila terjadi konflik antara nilai-nilai yang sudah dimiliki dengan
nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi, organisme akan meredakan
konflik itu dengan (1) merevisi gambaran dirinya, serta mengaburkan
(distortion) nilai-nilai yang semula ada dalam dirinya, atau dengan (2)
mendistorsi nilai-nilai baru yang akan diintrojeksi/diasimilasi.
11. Pengalaman yang terjadi dalam kehidupan seseorang akan diproses oleh
kesadaran dalam tingkatan-tingkatan yang berbeda, sebagai berikut:
Disimbolkan (symbolized): diamati dan disusun dalam hubungannya
dengan self.
Dikaburkan (distorted): tidak ada hubungannya dengan struktur self.
Diingkari atau diabaikan (denied atau ignore): pengalaman itu
sebenarnya disimbolkan tetapi diabaikan karena kesadaran tidak
memperhatikan pengalaman itu atau diingkari karena tidak konsisten
dengan struktur self.
12. Umumnya tingkah laku konsisten dengan konsep self. Kalau premis ini
benar, maka cara yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku adalah
mengubah konsep self, sebagaimana dilakukan Rogers dalam terapinya.
13. Tingkah laku yang didorong oleh kebutuhan organis yang tidak
dilambangkan, bisa tidak konsisten dengan self. Tingkah laku smecam
itu biasanya dilakukan untuk memelihara gambaran diri (self-image), dan
tidak diakui sebagai milik/bagian dari dirinya.
14. Salah suai psikologis (Psychological maladjusment) akibat adanya
tension, terjadi apabila organisme menolak menyadari pengalaman
sensorik yang tidak dapat disimbolkan dan disusun dalam kesatuan
struktur-selfnya.
7
15. Penyesuaian psikologis (Psychological adjusment) terjadi apabila
organisme dapat menampung/mengatur semua pengalaman sensorik
sedemikian rupa dalam hubungan yang harmonis dalam konsep diri.
16. Setiap pengalama yang tidak sesuai dengan struktur self akan diamati
sebagai ancaman (threat). Semakin kuat/rigid struktur selfnya, maka
semakin banyak pengalaman yang dianggap ancaman karena tidak sesuai
dengannya, sehingga semakin kuat pula sikap mempertahankan diri
dengan menolak pengalaman masuk kekesadaran. Semakin sering ini
dipakai, self menjadi tidak saling suai (incongruence): kehilangan
hubungan dengan pengalaman nyata. Pertentangan antara self dan realita
semakin meningkatkan ketegangan psikologik yang menimbulkan
salahsuai.
17. Dalam kondisi tertentu, khususnya dalam kondisi bebas dari ancaman
terhadap struktur self (suasana terapi berpusat klien), pengalaman-
pengalaman yang tidak konsisten dengan self dapat diamati dan diuji
(dicari konsisitensinya dengan self), dan struktur self direvisi untuk dapat
mengasimilasi pengalaman-pengalaman itu.
18. Apabila organisme mengamati dan menerima semua pengalaman
sensoriknya ke dalam sistem integral dan konsisten, maka dia akan lebih
mengerti dan menerima orang lain sebagai individu yang berbeda. Orang
yang defensif dan mengingkari perasaannya sendiri cenderung iri dan
benci kepada orang lain; yang merusak hubungan sosialnya.
19. Semakin banyak individu mengamati dan menerima pengalaman
sensorik ke dalam stuktur selfnya, kemungkinan terjadi introjeksi/revisi
nilai-nilai semakin besar. Ini berarti terjadi proses penilaian yang
berlanjut terus menerus (continuing valuing process) terhadap sistem
struktur self. Struktur nilai yang membuat hubungan dengan lingkungan
secara tetap kaku tidak efektif. Sebaliknya struktur yang fleksibel akan
mempermudah adjusment. Evaluasi dan perubahan nilai ini tidak akan
menimbulkan anarki sosial, karena didasarkan pada kebutuhan yang
sama, yakni kebutuhan untuk diterima dan diakui orang lain.
8
2.2 Struktur Kepribadian
Organism
9
3. Semua persepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri.
4. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali
melalui inferensi empatik,itupun pengetahuan yang diperoleh tidak bakal
sempurna.
Self
Konsep pokok dari teori kepribadian Rigers adalah self, sehingga dapat
dikatakan self merupakan satu-satunya struktur kepribadian sebenarnya.
Beberapa penjelasan menegnai self dapat disimpulkan dari 19 rumusan
Rogers :
Tanpa kesadaran, struktur-self dan self ideal tidak pernah ada. Rogers
membatasi kesadaran sebagai “represensi simbolik dari bagian-bagian
pengalaman” bisa dalam ujud simbol verbal atau simbol-simbol lainnya.
10
kepuasan emosional dan sosial. Akhirnya konsep self itu mencangkup
gambaran siapa dirinya, siapa seharusnya dirinya, dan siapa kemungkinan
dirinya. Kesadaran memiliki konsep diri kemudian mengembangkan
penerimaan positif. Penerimaan positif dari ibu akan memuasankan bayi,
sebaliknya tanpa penerimaan positif itu bayi menjadi frustasi dan menarik
diri. Penerimaan positif yang dibutuhkan bayi bukan sikap positif ibu
terhadap bayi yang bertingkahlaku manis (seperti yang dikehendaki ibu),
tetapi penerimaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) : cinta
tanpa syarat, menerima bayi dan tingkahlakunya (yang dikehendaki atau tidak
dikehendaki) sebagai pribadi yang utuh.
11
inkongruen. Misalnya, orang yang memandang dirinya cerdas mengalami
event diri kelihatan bodoh. Akibat dari diskrepansi dan inkongruen itu adalah:
12
dicintai, atau diterima oleh orang lain disekitarnya. Kebutuhan untuk
diterima-positif ada pada semua manusia, dan tepat menjadi motivasi
yang kuat sepanjang hayat. Orang menilai tinggi pengalaman-
pengalamanyang memuaskan kebutuhan penerimaan-positif. Bahkan
nilai penerimaan positif itu jauh lebih kuat dibanding kepuasan yang
dapat diperoleh dari pemenuhan kebutuhan organismik. Misalnya, anak
yang kuat dengan anjing besar (dorongan keamanan organismik),
diperintahkan ayahnya, “tunjukkan kepada saya berani kamu, ayo maju
dan sentuh anjing itu.” Anak kemungkinan besar akan mengesampingkan
rasa takutnya dalam rangka memperoleh pujian Ayahnya (penerima-
positif).
4. Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard) : bersama dengan
berkembangnya penerimaan positif dari orang lain, anak juga
mengembangkan penerimaan positif dari diri sendiri. Penerimaan ini
merupakan akibat dari pengalaman kepuasan/frustasi dari kebutuhan
penerimaan-positif dari orang lain. Pada contoh anak dan anjing diatas,
ketika anak menerima pujian dari ayah untuk tingkahlakunya yang
berani, kalau anak itu tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh orang
tuanya, dia akan mengembangkan penerimaan-diri-negatif. Sebaliknya
kalau anak menerima dirinya sendiri terbebas dari sikap ayahnya kepada
dirinya, dia akan menerima dirinya secara positif. Menurut Rogers,
penerimaan diri positif mencakup perasaan kepercayaan diri dan
keberhargaan diri.
13
harus memuaskan kebutuhan dicintai orang lain, baru kemudian memuaskan
kebutuhan esteem (harga diri).
14
Profesor menerbitkan buku pegolf latihan putting
15
1. Terbuka untuk mengalami (Openess to experience): adalah kebalikan
dari sifat bertahanya (defensiveness) . orang yang terbuka untuk
mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan mendalam
pengalaman viscarel, sensori, emosional, dan kognitif dalam dirinya
tanpa merasa terancam.
2. Hidup menjadi (Existential living): kecendrungan untuk hidup
seepenuhnya dan seberisi mungkin pada setiap eksistensi. Setiap
pengalam dipandang baru dan unik berada denga yang pernah terjadi,
berkembang tanpa diawali perasangka dari harapan sebelumnya
3. Keyakinan organismik (Organismic trusting): Orang mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,
mengerjakan apa yang “didasarinya benar” sebagai bukti kompoten dan
keyakinan untuk mengarahkan tingkahlaku yang memuaskan.
4. Pengalaman kebebasan (Experiantal freedom): Pengalaman hidup
bebas dengan cara yang diinginkan/dipilih sendiri, tanpa perasaan
tertekan atau terhambat. Organisme mempunyai pilihan bebas, apa
yang terjadi pada orgamisme itu tergantung kepada dirinya sendiri.
5. Kreativitas (Creativity): Merupakan kemasakan psikologi yang
optimsl. Orang dengan good life berkemungkinan untuk memunculkan
produktif kreatif (idea, project, action) dan hidup kretif.
Perkembangan Psikopatologi
16
untuk mendistoris atau mengingkari pengalamannya. Jadi, siapapun
memiliki pertahanan untuk menangani kecemasan ringan denga cara
bertingkah laku yang dapat menguangi kecamasan.
17
disorganisasi kepribadiaan itu dapat disembuhkan/dikoreksi denga terapi
yang menberinya penerimaan positif tanpa syarat.
2.5 Aplikasi
Teknik Riset
Psikoterapi
18
ke arah yang dikehendaki. Jadi, terapi Rogers dapat dijelaskan melalui 3
faktor : kondisi, proses, dan hasil.
Kondisi
Proses
19
3. Tahap ketiga: klien semakin bebas membicarakan dirinya sendiri, masih
sebagai obyek.
4. Tahap keempat: klien mau bicara tentang perasaannya secara mendalam
tetapi bukan perasaannya sekarang.
5. Tahap kelima: klien mulai mengalami perubahan oertumbuhan yang
penting.
6. Tahap keenam: ditandai dengan pertumbuhan yang dramatis.
7. Tahap ketujuh: terjadi diluar suasana teraputik, klien mencapai fungsi
seutuhnya.
Hasil
1. semakin kongruen
2. semakin kurang defensif
3. menjadi semakin terbuka untuk mengalami
4. semakin realitistis dalam memandang dunia
5. mengembangkan penerimaan diri positif
6. mengurangi jarak antara self-ideal dengan self-nyata
7. semakin tidak rentan dengan ancaman
8. semakin hilang kecemasaanya
9. berusaha memiliki pengalamannya sendiri
10. menjadi semakin bisa meneria orang lain.
11. menjadi semakin kongruen dalam berhubungan dengan orang lain.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam teori Rogers yang berpusat pada pribadi ini, dibahas bahwa
individu dapat dipahami melalui bagaimana pandangan diri sendiri terhadap
realita dan subjektif. Menuurut Regers manusia memiliki kemampuan untuk
menentukan dan memilih nasibnya sendiri, menyesuaikan dengan konsep diri
yang dimiliki berdasarkan pengalaman-pengalaman yang didapatkannya
dalam proses perkembangan kepribadiannya.
3.2 Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
Feist Jess, Feist Gregory J. 2012. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
22