DOSEN PENGAMPU:
Kelompok 1 :
S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan................................................................................... 3
1.4 Manfaat.......................................................................................... 4
Bab II Pembahasan................................................................................... 5
2.4 Aplikasi..........................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
4) Untuk mengetahui dan memahami pengaplikasin teori belajar dari
Bandura.
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
4
PSIKOLOGI EKSISTENSIAL
Regulasi Diri
5
Faktor Eksternal dalam Regulasi Diri
6
Standar pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya
orang tua atau guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari
performansi diri. Berdasarkan sumber model dan performansi yang
mendapat penguatan, proses kognitif, menyusun ukuran-ukuran atau
norma yang sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selalu sinkron
dengan kenyataan. Standar pribadi ini jumlahnya terbatas. Sebagian
besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkannya dengan ukuran
eksternal, bisa berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan
dengan orang lain, atau perbandingan kolektif. Orang juga menilai
suatu aktivitas berdasarkan arti penting dari aktivitas itu bagi dirinya.
Akhirnya, orang juga menilai seberapa besar dirinya menjadi penyebab
dari suatu performansi, apakah kepada diri sendiri dapat dikenai atribusi
(penyebab) tercapainya performansi, yang baik, atau sebaliknya justru
dikenai atribusi terjadinya kegagalan dan performansi yang buruk.
3) Reaksi-diri-afektif (self response): akhirnya berdasarkan pengamatan
dan judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif,
dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi
tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat
keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi
kurang bermakna secara individual.
7
dengan keyakinan bahwa diri memiliki melakukan tindakan yang
diharapkan.
Pengalaman Performansi
Adalah prestasi yang pernah dicapai pada masa yang telah lalu.
Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang
paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan
ekspektasi efikasi, sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai
8
keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung
proses pencapaiannya:
Pengalaman Vikarius
Persuasi Sosial
9
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat, atau dilemahkan melalui
pesuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang
tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu
adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa
yang dipersuasikan.
Keadaan Emosi
10
Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan
yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan
prediksi tingkah laku.
11
2.3 Perkembangan Kepribadian
12
Modeling simbolik
Dewasa ini sebagian besar modeling berbentuk simbolik. Film dan
televisi menyajikan contoh tingkahlaku modelling yang tak terhitung
yang mungkin mempengaruhi pengamatan.
Modeling Kondisioning
modeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi
kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning).
Modeling semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon
emosional.
Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui Observasi
Menurut Bandura, ada empat proses yang penting agar belajar melalui
observasi dapat terjadi, yakni:
a. Perhatian (attention process): Sebelum meniru orang lain, perhatian
harus dicurahkan ke orang lain.
b. Representasi (representation process): Tingkahlaku yang akan ditiru,
harus disimbolisasikan dalam ingatan. Baik dalam bentuk vebal
maupun dalan bentuk gambaran/imajinasi.
c. Peniruan tingkahlau model (behavior production provess): Sesudah
mengamati dengan penuh perhatian, dan memasukkan kedalam ingatan,
orang lalu bertingkahlaku.berkaitan dengan kebenaran, hasil belajar
melalui observasi tidak dinilai berdasaran kemiripan respon tingkahlaku
yang ditiru, tetapi lebih pada tujuan belajar dan efikasi dari belajar.
d. Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement process): belajar
melalui pengamatan menjadi lebih efektif kalau belajar memiliki
motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkahlaku modelnya.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik
pribadi pengamatan dengan karakteristik modelnya.ciri-ciri model seperti
usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan, penting dalam
menentukan tingkat imitasi.
Dampak Belajar
13
Setiap kali respon dibuat, akan diikuti dengan berbagai konsekuensi,
ada yang konsekuensinya menyenagkan, ada yang tidak menyenangkan, ada
yang tidak masuk kesadaran senhingga dampaknya sangat kecil.
Konsekuensi dari suatu respon mempunyai tiga fungsi:
a. Pemberian informasi: memberi iinformasi mengenai dampak dari
tingkahlaku, informasi itu ini dapat disimpan untuk dipakai
membimbing tingkahlaku pada masa yang aka datang.
b. Memotivasi tingkahlaku yang akan datang: Menyajikan data sehingga
orang dapat membayangkan secara sibolik hasil tingkahlaku yang akan
diakukanya, dan bertingkah laku sesuai dengan peramalan-peramalan
yang dilakukan.
c. Penguatan tingkahlaku: Keberhasilan akan menjadi penguat sehingga
tingkahlaku menjadi berpeluang diulangi, sebaliknya kegagalan akan
membuat tingkah laku cenderung tidak diulangi.
2.4 Aplikasi
Psikopatologi
14
orang mengalami depresi. Sesudah dalam keadaan deprisi orang
cenderung menilai rendah prestasi dirinya, sehingga “’keberhasilan”
tetap dipandang sebagai kegagalan. Akibatnya, terjadi kesengsaraan
kronis, merasa tidak berharga, tidak mempunyai tujuan, dan depresi
yang mendalam. Dalam proses penilaian, penderita deprisi memasang
standar yang sangat tinggi sehingga apapun pencapaian yang
diperolehnya dinilai sebagai kegagalan, bahkan ketika orang lain
memandang dia sangat berhasil, dia tetap menghina prestasinya sendiri.
Penderita menempatkan standar dan tujuan terlalu tinggi di atas
kesadaran efikasi dirinya. Ketika melakukan reaksi-diri, penderita
depresi mengadili dirinya secara kasae, buruk, lebih-;ebih terhadap
dirinya. Mereka menghukum dirinya sendiri secara berlebihan terhadap
ferformasi diri yang kurang baik.
2. Fobia : perasaan takut yang sangat kuat dan mendalam, sehingga
berdampak buruk terhadap kehidupan sehari-hari seseorang. Bandura
mengemukakan bahwa media seperti televisi dan surat kabar tanpa
sengaja menciptakan fobia. Cerita seram perkosaan, kekejaman
perampok, pembunhan berantai, meneror masyarakat sehingga mereka
(yang sebagian besar tidak tidak pernah mengalami hal itu) tetap merasa
tidak aman walaupun pintu-pintu rumah telah terkunci rapat. Fobia
yang dipelajari dari pengamatan lingkungan, menjadi eksis akibat
efikasi diri yang rendah, orang merasa tida mampu menangani suatu
masalah yang mengancam sehingga muncul peraasaan takut yang
kronis.
3. Agresi: menurut bandura,agresi diperoleh melalui pengamatan,
pengalaman langsung dengan renforsemen positif dan negatif, latihan
atau perintah, dan keyakinan yang ganjil (bandigkan dengan Freud dan
kawan-kawannya yang menganggap agresi adalah dorongan bawaan).
Agresi yang ekstrim menjadi disfungsi atau salahsuai psikologis. Dari
penelitian yang dilakukan Bandura, observasi terhadap perilaku agresi
akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamatan akan
bertingkahlaku lebih agresif dibanding modelnya.
15
Psikoterapi
Metodologi
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Feist Jess, Feist Gregory J. 2012. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
Olson, Matthew H., B.R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori Kepribadian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
18