Anda di halaman 1dari 18

BEHAVIORISME

MENURUT B. F. SKINNER

DOSEN PENGAMPU:

Dyta Setiawati H, M.Psi, Psikolog

Kelompok 1 :

Aulia Rahmita 1773201110002


Ayu Inderiyanti 1773201110003
Muhammad Hidayat 1773201110019
Via Yulandari 1773201110021

S1 PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2018
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan .............................................................................. 1

Daftar Isi...................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan .................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 3

1.4 Manfaat ......................................................................................... 4

Bab II Pembahasan................................................................................... 5

2.1 Asumsi Dasar ................................................................................ 5

2.2 Struktur Kepribadian ..................................................................... 6

2.3 Dinamika Kepribadian .................................................................. 8

2.4 Perkembangan Kepribadian .......................................................... 13

2.5 Aplikasi ......................................................................................... 14

Bab III Penutup ......................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 17

3.2 Saran ............................................................................................. 17

Daftar Pustaka ............................................................................................. 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skinner tidak membahas topik kepribadian secara khusus, tetapi
sekedar menjadikannya sebagai label dari aspek tingkahlaku tertentu.
Menurut Skinner, satu-satunya aspek yang nyata dan relevan dalam
kepribadian adalah tingkahlaku yang terlihat. Menurutnya, ilmu psikologi
harus menemukan hukum umum dari tingkahlaku, hubungan empirik antara
stimulus dengan responnya. Skinner juga berpendapat bahwa binatang dan
manusia dalam merespon stimuli berbeda dalam tingkat kompleksitasnya,
tetapi proses dasarnya secara umumnya sama.
Untuk lebih jelasnya mengenai materi behaviorisme, dalam makalah ini
kita akan membahasnya secara lengkap agar dapat lebih dipahami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulisan rumusan masalah ini


yang akan dipaparkan dalam makalah ini adalah:

1) Apa asumsi dasar dari teori behaviorisme Skinner?


2) Bagaimana struktur kepribadian dalam teori behaviorisme?
3) Bagaimana dinamika kepribadian menurut Skinner?
4) Bagaimana perkembangan kepribadian yang ada dalam teori
behaviorisme?
5) Dalam hal apa saja teori behaviorisme Skinner diaplikasikan?

1.3 Tujuan Penulisan

Setiap sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitupun dengan makalah ini,


kelompok ini menuliskan dengan tujuan:

1) Untuk mengetahui asumsi dasar teori behaviorisme Skinner.

3
2) Mengetahui dan memahami bagaimana struktur kepribadian dalam teori
behaviorisme.
3) Mengetahui dan memahami mengenai dinamika kepribadian menurut
Skinner.
4) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan
kepribadian yang ada dalam teori behaviorisme.
5) Untuk mengetahui dalam hal apa saja teori behaviorisme Skinner
diaplikasikan.

1.4 Manfaat

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta tujuan penulisan di


atas, manfaat kelompok kami menuliskan makalah ini adalah dengan harapan
agar penulis serta pembaca bisa lebih mengetahui dan memahami mengenai
Teori Behaviorisme yang dikemukakan oleh B. F. Skinner, baik itu dimulai
dari asumsi dasar, struktur kepribadian, dinamika kepribadian, perkembangan
kepribadian, bahkan sampai pengaplikasian teori tersebut.

4
BAB II

PEMBAHASAN

BEHAVIORISME

2.1 Asumsi Dasar

Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan
kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan
merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah.

1. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawfull). Ilmu


adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa
peristiwa tersebut berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be pradicted). Ilmu bukan
menjelaskan, tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa
masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna
adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai
tingkah laku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3. Tingkah laku dapat dikontrol (behavior can be controlled). Ilmu dapat
menjadi antisipasi dan menentukan/membentuk (sedikit-banyak) tingkah
laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya
tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya.
Pandangan ini bertentangan dengan pandangan tradisional yang
menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi.
Skinner memandang tingkahlaku sebagai produk kondisi anteseden
tertentu, sedang pandangan tradisional berpendapat tingkah laku
merupakan produk perubahan dalam diri secara spontan.

Skinner menganggap, kemampuan memanipulasi kehidupan dan


tingkah laku manusia – keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkah laku
manusia – merupakan bukti kebenaran suatu teori. Lebih penting lagi, tingkah
laku manusia harus dikontrol karena Skinner yakin manusia telah merusak

5
dunia yang di tinggalinya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam
memecahkan masalahnya. Menurutnya, teknologi telah meningkatkan
“kesalahan”. Kebersihan dan pengobatan menimbulkan masalah populasi
menjadi akut, perang menimbulkan ketakutan penemuan senjata nuklir, dan
kemakmuran yang melimpah bertanggung jawab terhadap terjadinya polusi.
Orang harus mengatur reproduksinya, mengadopsi metoda industri yang tidak
menimbulkan polusi udara dan air, serta berhenti perang. Namun psikologi
dan teknologi perubahan tingkah laku sangat terbelakang kalau dibandingkan
dengan kekuatan dan kecepatan perkembangan teknologi fisika dan biologi.

Skinner memahami dan mengontrol tingkah laku memakai teknik


analisis fungsional tingkah laku (functional analysis of behavior): suatu
analisis tingkah laku dalam bentuk hubungan sebab akibar, bagaiman suatu
respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu. Menurutnya analisis
fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkah laku
sebagian besar berada di event antesedennya atau berada di lingkungan.
Apabila penyebab, atau stimuli yang menjadi peristiwa yang mendahului
suatu respon dapat dikontrol, itu berarti telah dapat dilakukan tindak kontrol
terhadap suatu respon. Tidak ada gunanya memahami manusia terlepas dari
lingkungannya, atau menarik kesimpulan mengenai peristiwa yang terjadi di
dalam diri organisme dalam rangka memahami dan mengontrol tingkah laku,
karena hubungan antara peristiwa di dalam dengan tingkah laku tidak pernah
didukunh oleh data yang objektif.

2.2 Struktur Kepribadian

Skinner tidak tertarik dngan variabel struktural dari kepribadian.


Menurutnya, mungkin dapat diperoleh ilusi yang menjelaskan dan
memprediksi tingkah laku berdasarkan faktor-faktor tetap dalam kepribadian,
tetapi tingkah laku hanya dapat diubah dan dikontrol dengan mengubah
lingkungan. Jadi Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari
kepribadian alih-alih aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang

6
dipandangnya relatif tetapi adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi
tipe tingkah laku;

1. Tingkah laku responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan


(elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik
berhubungan dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam
kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan,
mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut waktu
ditanya guru, atau merasa malu waktu dipuji.
2. Tingkah laku operan (operant behavior): respon yang dimunculkan
(emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung
memaksa terjadinya respon itu. Terjadinya proses pengikatan stimulus
baru dengan respon baru. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan
respin mana yang akan dipakai untuk menanggapi suatu stimulus.
Keputusan respon mana yang dipilih tergantung kepada efeknya terhadap
lingkungan (yang tertuju kepadanya) atau konsekuensi yang mengikuti
respon itu.

Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan bagian dari
elemen struktural. Dalam situasi yang sama tingkah laku seseorang bisa
berbeda-beda kekuatan dan keseringan munculnya. Namun itu tidak harus
diartikan sebagai akibat dari kekuatan dalam, drive, atau motivasi. Menurut
Skinner variabilitas intensita lingkungan itu dapat dikembalikan kepada
variabel lingkungan (environmental variable). Orang yang lapar dan
bersemangat makan banyak bukan karena dorongan atau drive laparnya besar,
tetapi karena perutnya kosong lama tidak makan atau kondisi penyebab
lainnya. Konsep motivasi yang menjelaskan variabilitas tingkah laku dalam
situasi yang konstan bukan fungsi dari keadaan enerji, tujuan, dan jenis
penyebab semacamnya. Konsep itu secara sederhana dijelaskan melalui
hubungan sekelompok respon dengan sekelompok kejadian, penjelasan
mengenai motivasi ini juga berlaku untuk emosi.

7
2.3 Dinamika Kepribadian

Kepribadian dan Belajar

Kepedulian utama dari Skinner adalah mengenai perubahan


tingkahlaku. Jadi hakekat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana
individu menjadi memiliki tingkahlaku baru, menjadi lebih terampil, menjadi
lebih tahu. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkahlaku
adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement), suatu strategi kegiatan
yang membuat tingkahlaku tertentu berpeluang untuk tenjadi atau sebaliknya
(berpeluang untuk tidak terjadi) pada masa yang akan datang. Konsef
dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkahlaku dapat dikontrol
oleh konsekuensi (dampak yang mengikuti) tingkahlaku itu. Manusia dan
binatang dapat dilatih melalui semua jenis tingkahlaku.

Kondisioning Klasik (Classical Conditioning)

Kondisioning klasik, disebut juga kondisioning responden karena


tingkahlaku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus-respon yang
bersifat refleks bawaan. Suatu stimulus yang memunculkan respons tertentu
dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk
memunculkan respons refleks. Pavlov melakukan penelitian dengan anjing
sebagai objeknya. Kepada seekor anjing, dilakukan operasi kecil lehernya,
untuk memotong saluran air liur dan disambung dengan pipa ke luar, dengan
maksud – penelitian dapat mendeteksi air liur yang dikeluarkan anjing.
Kedalam mulut anjing diberikan stimulus asli dan secara reflek, anjing akan
merespon dengan mengeluarkan air liur (respon asli). Kalau bersamaan
dengan pemberian daging dibunyikan bel (stumulus kondisi), yang terjadi
adalah stimulus asli bersama-sama dengan stimulus kondisi direson dengan
respon asli. Sesudah percobaan diulang-ulng, bunyi bel tanpa pemberian
daging direspon dengan mengeluarkan air liur.terjadi proses kondising antara
stimulus kondisi denga respons asli, yang menjadi respon kondisi. Daging
berperan memperkuat (reinforcing) keluarnya air liur manakala bel berunyi,

8
sehingga disebut penguat positif (positive reinforcer), yakni stimulus atau
penguat yang kehadirannya meningkatkan peluang terjadinya respon yang
dikehendaki.

Kondisioning Operan (Operant Conditioning)

Operant conditioning atau instrumental conditioning mula-mula


dikembangkan oleh E.L.Thordike. Reinforser tidak diasosiasikan dengan
stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon
itu sendiri beroperasi memberi reinformen. Skinner menyebut respon itu
sebagai tingkahlaku operan (operant behavior). Tingkah laku responden
adalah tingkah laku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik
respon itu diusahakan dapat dimunculkan dalam situasi yang lain dengan
situasi aslinya. Contoh penelitiannnya dilakukan Skinner dengan objek
burung merpati. Merpati ditempatkan di dalam kotak Skinner yaitu kotak
kecil yang kedap, memisahkan merpati dari lingkungan normal dan
memungkinkan peneliti mengontrol seluruh variasi lingkungan, serta
mencatat event stimulus dan respon yang terjadi. Mengajari merpati memiliki
repertoir tingkahlaku baru-mematuk cahaya merah-untuk mendapatkan
makan, dinamakan pembentukan (shaping) tingkahlaku. Tiknik yang dipakai
dinamakan pendekatan berangsur (successine approximation). Cara efektif
untuk melakukan eksistensi adalah dengan menghilangkan penguatan
tingkahlaku (seperti pada kondisioning klasik), cara lain, menggantikan
tingkahlaku yang tidak dikehendaki dengan megkondisikan tingkahlaku baru
(yang dikehendaki) memakai penguatan positif. Repertoir tingkahlaku juga
dapat dihilangkan dengan memberi hukuman. Ibu memukul (hukuman)
anaknya yang membuang pakaiannya sembarangan ke lantai. Mungkin anak
itu akan meninggalkan tingkah laku yang tidak dikehendaki itu, tetapi
hukuman itu dapat menimbulkan efek samping; misalnya anak itu
menghindar dari ibunya setiap pulang sekolah.

9
Kondisioning pada Manusia; kasus Little Albert

Penelitian yan dilakukan oleh J.B. Watson dan istrinya Rosalie Rayner
Watson, dapat dipakai sebagai contoh bagaimana strategi kondisioning
Pavlov kalu diterapkan pada manusia. Albert (nama samaran yang diberikan
Watson) diasuh sejak bayi di rumah sakit anak-anak di mana ibunya bekerja
sebagai perawat. Anak yang pendiam dan emosional menjadi subyek
eksperimen Watson. Tujuan eksperimen adalah unuk menunjukkan bahwa
respon emosional yang komplek (eksperimen Albert memusatkan perhatian
kepada perasaan takut) dikembangkan organisme mengikuti prinsip
kondisioning dari Pavlov.

Dari penelitian ini Watson menyimpulkan dua hal :

1. Freud salah mengenai dorongan seks sebagai motif primer. Menurut


Watson, kedudukan seks sama dengan takut dalam pembentukan
kepribadian, sama-sama diperoleh dari kondisioning.
2. Gangguan fobia (kekuatan yang sangat dan irasional mengenai objek -
tempat – orang), dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip kondisioning,
tanpa menyentuh jargon ketidaksadaran asosiasi, keinginan atau konflik.
Ketakutan Albert terhadap barang yang putih dan lembut, dapat
dijelaskan dengan mudah kalau riwayat belajarnya diketahui.

Pengaturan Penguatan (Schedules Reinforcement)

Reinforsemen bisa bersifat positif, bisa negatif. Penguatan positif


adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkahlaku yang dikehendaki
berpeluang untuk diulang-terjadi lagi. Sebagai suatu stimulus, penguat positif
disenangi sehingga organisme berusaha agar stimulus itu muncul. Sebaliknya
penguat negatif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkahlaku
yang dikehendaki, peluang tingkahlaku itu untuk diulang lebih kecil. Sebagai
suatu stimulus, penguat negatif tidak disenangi sehingga organisme berusaha
menghindar atau membuat stimulus itu tidak muncul.

10
Dalam memanipulasi tingkahlaku, yang penting bukan hanya ujud dari
reinforsemennya tetapi juga bagaimana mengatur pemberiannya.
Reinforsemen yang diadministrasi dengan cermat memungkinkan kita untuk
membentuk tingkahlaku.

1. Penguat berkelanjutan (continuous reinforcement); setiap kali


muncul tingkahlaku yang dikehendakidiberikan rienforsemen. Kalau
reinforsemen dihentikan, tingkah laku yang dikehendaki itu dengan cepat
mengalami ekstinsi dan hilang. Pemberian penguat dapat diatur, tidak
kontinyu tetapi selang-seling, berselang berdasarkan waktu (interval)
atau berdasarkan perbandingan (ration).
2. Interval tetap (fixed interval); adalah pemberian rienforsemen
berselang teratur, misalnya setiap 5 menit. Patukan pada menit yang ke
lima baru mendapat makanan. Akibatnya, merpati lama-lama enggan
mematuk sesudah mendapat makan, dan mematuk sesudah mendekati
waktu 5 menit.
3. Interval berubah (variable interval);memberi rienforsemen dalam
waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang
diberikan sama dengan pengaturan tetap. Misalnya, pemberian berselang
3, 4, 5, 6, dan 7 menit berselang-seling secara acak, dengan dengan rata-
rata selang 5 menit. Pemadaman pada interval berubah lebih lambat
dibanding pada interval tetap.
4. Perbandingan tetap (fixed ration); mengatur pemberian reinforsemen
sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya.
Merpati mendapat makanan pada (usaha) patukan yang ke sepuluh, atau
ke duabelas, dan seterusnya.
5. Perbandingan berubah (variabel ration); memberikan reinforsemen
secara acak sesudah 8, 9, 10, 11, 12, kali patukan, dengan rata-rata sama
dengan fixed ratio. Ekstinsi pada rasio, terutama rasio variabell paling
lamabat terjadi.

11
Generalisasi dan Diskriminasi

Generalisasi Stimulus (Stimulus generalization) adalah proses


timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang mestinya
menimbukan respon itu. Sedang diskriminan stimulus (stimulus
discrimination) adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga
stimulus itu tidak diberi respon, walaupun mirip dengan stimulus penguat.
Generalisasi dan diskriminasi sangat penting sebagai sarana belajar, karena
kalu keduanya tidak ada, orang tidak dapat belajar tingkah laku baru.

Tingkahlaku Kontrol Diri

Prinsip dasar pendekatan Skinner adalah: Tingkah laku disebabkan dan


dipengaruhi oleh variabel eksternal. Namun betapa kuatnya stimulus dan
penguatan eksternal, manusia masih dapat mengubahnya memakai proses
kontrol diri (self control). Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol
kekuatan di dalam diri “self,” tetapi bagaimana self mengontrol variabel-
variabel luar yang menentukan tingkah laku. Tingkahlaku tetap ditentukan
oleh variabel luar, namun dengan berbagai cara kontrol diri berikut, pengaruh
variabel itu dapat diperbaiki-diatur atau dikontrol:

 Memindah/menghindari (removing/Avoiding)

Menghindar dari situasi pengaruh, atau menjauhkan situasi pengaruh


sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus.

 Penjenuhan (Satiation)

Membuat diri jenuh dengan suatu tingkahlaku, sehingga lagi bersedia


melakukannya.

 Stimuli yang tidak disukai (Aversive Stimuli)

Menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan yang menimbulkan


bersamaan dengan stimulus yang ingin di kontrol.

 Memperkuat diri (Reinforce Oneself)

12
Memberi rinforsemen kepada diri sendiri, terhadap “prestasi” dirinya.
 Tingkahlaku Takhyul (superstitions Behavior)
Suatu respon dapat berhubungan dengan penguatnya secara kebetulan
tanpa menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Walau respon itu
tidak nyata menghasilkan rinforsemen yang dimaksud, ternyata
hubungannya sangat kuat. Tingkah laku semacam itu disebut
superstitious behavior.

2.4 Perkembangan Kepribadian

Konsep perkembangan kepribadian dalam pengertian menuju


kemasakan, realisasi diri, transendensi dan unitas kepribadian tidak diterima
Skinner. Memang ada kemasakan fisik, yang membuat orang menjadi berupa,
lebih peka dalam menerima stimulus dan lebih tangkas dan tanggap dalam
merespon. Adolesen menjadi berminat mengenai seksualitas bukan karena
perkembangan kepribadiannya sampai pada tahap kemasakan insting seks
yang meruah, tetapi karena kemasakan organ seks membuat adolesen peka
dengan stimulasi seksual, dan lingkungan sosial memberi kesempatan
kepadanya untuk menerima stimulus seks sebanyak-banyaknya. Peran
lingkungan yang dominan dalam perkembangan organisme, digambarkan
secara ekstrim oleh Watson sebagai pakar behavioris.

Tingkah Laku Sosial

Menurut Skinner, prinsip yang menentukan perkembangan tingkah laku


di lingkungan objek inanimate dan lingkungan sosial, sama saja. Individu ini
berenteraksi dengan lingkungan, menerima reinforsemen positif atau negatif
dari tingkah lakunya. Respon sosial dan penguatnya terkadang suakar
diidentifikasi dibanding yang nasional, tetapi prinsipnya hukum dasar tingkah
laku berlaku sama untuk kedua kasus itu.

13
Ketuaan

Menjadi tua menimbulkan perubahan tingkah laku, tetap menurut


Skinner bukan berkembangan, karena perkembangan adalah mengungkap
struktur yang laten, menyadari potensi dalam, atau menjadi lebih efektif,
sedang menjadi tua biasanya perkembangan menjadi efektif. Perubahan
biologik akibat ketentuan tidak dapat ditolak, sehingga yang diperlukan
adalah mengkompensasinya agar tingkah laku tetap efektif.

2.5 Aplikasi

Tingkahlaku Abnormal

Skinner berpendapat bahwa tingkahlaku abnormal berkembang dengan


prinsip yang saama dengan perkembangan tingkahlaku normal. Karena itu
menurutnya tingkahlaku abnormal dapat diganti dengan tingkahlaku normal
dengan cara sederhana, yakni dengan memanipulasi lingkungan. Konsep
implus id yang tertekan, inferiority complexes, anxiety, ego defence, krisis
identitas, konflik ego dan superego, adalah penjelasan yang mengkhayal.
Kelainan tingkahlaku itu adalah kegagalan belajar membuat seperangkat
respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa :

1) Kekurangan tingkahlaku (behavior deficit): tidak memiliki repertoire


respon yang kehendaki karena miskin reinforsemen.
2) Kesalahan penguatan: pilihan responnya tepat, tetapi reinforsemen
diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai
respon yang tidak dikehendaki.
3) Kesalahan memahami stimulus: sering terjadi pada penderita skizoprenik
dan psikotik lainnya, yakni orang gagal memilah tanda-tanda yang ada
pada stimulus, sehingga stimulus yang benar dihubungkan dengan
hukuman dan yang salah malahan dihubungkan dengan reinforsemen.
Akibatnya akan terjadi pembentukan tingkahlaku yang tidak
dikehendaki.

14
4) Merespon secara salah: terkait dengan ketidakmampuan mengenali
penanda spesifik suatu stimulus, orang akhirnya mengembangkan respon
yang salah karena justru respon itu yang mendapat reinforsemen.

Dapat disimpulkan bahwa tingkahlaku abnormal harus dipahami


melalui sejarah reinforsemen yang diterima seseorang. Tingkahlaku
abnormal itu dapat diganti dengan cara sederhana, yakni denagn
memanipulasi reinforsemen lingkungan, mengikuti kondisioning operand an
kondisioning responden.

Modifikasi Tingkahlaku

Banyak pakar psikologi kepribadian yang menganggap bahwa teori


behaviorisme sudah menjadi masa lalu, dan akan semakin mengalami
ekstinsi. Pendapat itu bisa benar dan bisa juga salah, namun ranah terapi,
behaviorisme masih tetap berkembang luas dalam bentuk modifikasi
tingkahlaku.

Pembanjiran

Membanjiri klien dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan


kecemasan atau tingkahlaku yang tidak dikehendaki, bertahan disana sampai
yang bersangkutan menyadari bahwa malapetaka yag dicemaskan tidaak
terjadi. Flooding harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena reaksi emosi
yang sangat tinggi bisa menimbulkan akibat tertentu, bahkan pada
penderitaan gangguan jantung flooding bisa berakibat fatal.

Terapi Aversi

Pada control diri, aversi dilakukanoleh individu sendiri, sedang pada


terapi aversi pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. Misalnya
remaja yag senang berkelahi, kepadanya ditunjukan foto teman yang
kesakitan.

15
Kartu berharga

Teknik yang didasarkan pada prinsip kondisioning operan, didesain


untuk mengubah tingkahlaku klien. Intervensi ini bisa dipakai untuk
mendidik anak di rumah, dan di sekolah. Hadiah dalam bentuk kartu berharga
diberikan pada klien setiap klien memunculkan tingkah laku yang
dikehendaki misalnya, memakai pakaian sendiri, makan sendiri, mengatur
tempat tidur, menyapu lantai, belajar, dan lain sebagainya.

Efek Obat-obatan Terhadap Tingkahlaku

Skinner box merupakan alat isolasi yng efisien, sehingga alat ini pas
untuk meneliti pengaruh chlorpromazine dapat menurunkan rasa takut pada
tikus namun juga terbukti chlorpromazine berperan sebagai deepresen umum,
mengurangi semua jenis respon, bukan hany respon takut. Ganbran efek obar
itu menjadi sangat kompleks karena efeknya berbeda pada tingkatan dosis
yang belain. Pada doseis yang sangat ringan efeknya justru meninngkatkan
respon. Memakai skinner box dapat diteliti kompleksitas itu secara akurat.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skinner berpendapat bahwa kepribadian seseorang yang paling nyata


adalah tingkahlaku yang teramati yang ditimbulkan oleh kejadian yang ada di
lingkungan yang memunculkan tingkahlaku tersebut. Menurutnya, setiap
tingkahlaku yang ada dalam kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan
akan dapat diubah dan dikontrol dengan merubah lingkungan itu. Skinner
juga mengemukakan teori mengenai pengondisian, yaitu kondisioning klasik
dan kondisioning operan, yang menurutnya sangat berpengaruh dalam
pengendalian konsep belajar. Dalam belajar, menurut Skinner unsur yang
paling penting adalah dengan adanya penguatan (reinforcement) dan
hukuman (punishment) yang akan mempengaruhi perilaku.

3.2 Saran

Dengan selesainya penulisan makalah ini, maka kelompok kami


mengharapkan kepada pembaca sekiranya menemukan kesalahan pada
makalah ini untuk memperbaikinya. Kelompok kami bukanlah seseorang
yang sempurna yang tidak lepas dari sifat kekeliruan maupun kesalahan dan
jika ada sesuatu yang biasa dijadikan bahan kajian oleh pembaca makalah ini
maka kelompok kami akan merasa termotivasi.

Saran dan kritik dari pembaca makalah ini yang sifatnya


membangun semangat kelompok kami akan selalu ditunggu oleh para
pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Edisi Revisi 2014. Psikologi Kepribadian. Jakarta 2004

Feist Jess, Feist Gregory J. 2012. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

Olson, Matthew H., B.R. Hergenhahn. 2013. Pengantar Teori-Teori Kepribadian.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pervin, Lawrence A, Daniel Cervone dan Oliver P. John. 2012. Psikologi


Kepribadian Teori & Penelitian. Jakarta: Kencana

18

Anda mungkin juga menyukai