2. Teori kepribadian yang sesuai dalam menangani dan memberikan treatment
pada kasus depresi adalah : Teori Kepribadian Albert Ellis “Rational Emotive Behaviour Therapy” Ideal karena teori ini merupakan pendekatan teknik behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan dengan perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Dalam teori REBT, tingkah laku bermasalah timbul karena adanya pemikiran irasional sehingga treatment REBT pendekatan pada pemikiran individu. REBT focus untuk merubah pikiiran irasional menjadi rasional sehingga berpengaruh pada perubahan afeksi dan perilaku baru. Diharapkan dengan adanya treatment merubah pola piker dari irasional menjadi rasional, bisa menurunkan tingkat depresi seseorang.
3. Analisis teori REBT :
- Struktur Kepribadian menurut REBT : REBT merupakan pendekatan yang mengaitkan 3 aspek yaitu perasaan- tingkahlaku- dan pikiran. Ketiganya saling mempengaruhi. Antecedent event (A) bisa diartikan sebagai pengalaman pemicu, peristiwa terdahulu seperti kesulitan keluarga, kendala pekerjaan, trauma masa kecil dan hal lainnya yang kita anggap sebagai sumber ketidakbahagiaan, belief (B) yaitu keyakinan, keyakinan disini bisa menjadi keyakinan yang rasional atau keyakinan irasional, keyakinan irasional inilah yang menyebabkan kita tidak bahagia dan merusak diri sendiri, emotional consequence (C) yaitu konsekuensi emosional sebagai bentuk reaksi individu (senang maupun hambatan emosi).
- Dinamika Kepribadian menurut REBT :
B merupakan keyakinan terhadap A yang biasanya memunculkan C (reaksi emosipositif atau negative). C ini konsekuensi dari emosi yang bisa benar ataupun salah. Sedangkan A (peristiwa) tidak menjadikan adanya emosional. Ketika kejadian yang sesuai harapan hadir, akan memunculkan konsekuensi bagus atau senang, jika ada kejadian yang tidak sesuai dengan harapan itulah akan menimbulkan pikiran irasional dan ketidakberfungsian psikologis dengan baik. - Kasus Depresi ditinjau dari aspek perkembangan menurut REBT : Depresi timbul karena adanya keyakinan irasional dalam diri karena peristiwa yang pernah dialami, ada beberapa jenis pikiran yang keliru yang akhirnya memunculkan keyakinan irasional, yaitu : mengabaikan hal-hal positif, terpaku pada hal negative dan akhirnya terlalu cepat menggeneralisasi. Singkatnya Albert Ellis mengatakan bahwa ada 3 keyakinan irasional yaitu : harup punya kemampuan yang sempurna, orang lain harus memahami dan mempertimbangkan dirinya, dan realita lingkungan harus memberi kebahagiaan pada dirinya. Keyakinan irasional yang telah turun temurun dari nenek moyang inilah yang menjadikan seseorang merasa bersalah, dan gagal dalam hidup yang berujung pada depresi. Disini, dinamika yang terjadi yang dapat menyebabkan depresi contohnya adalah saat seseorang memiliki pengalaman (A) terlahir dari keluarga broken home, kemudian ia memiliki keyakinan (B) pada peristiwa atau pengalaman yang dimilikinya (A) tersebut bahwa setiap anak yang terlahir dari keluarga broken home akan memiliki kepribadian yang tidak sehat mentalnya dikarenakan adanya peristiwa kelam masa lalu orangtuanya yang gagal mempertahankan sebuah rumah tangga, dan terjadilah reaksi (C) ia emosi dan depresi karena percaya dengan keyakinan irasional tersebu, dimana ia hanya focus pada hal negative saja dan mengabaikan hal positif yang ada pada diri dan lingkungannya. - Aplikasi pendekatan teori REBT dalam mengatasi depresi : Saat ada peristiwa yaitu seseorang terlahir dari keluarga broken home, munculah suatu keyakinan atau kepercayaan bahwa dirinya (orang tersebut) akan menjadi pribadi yang gagal dikarenakan orangtuanya pun gagal dalam mengarungi kehidupan terkhusus dalam rumah tangga, timbullah depresi sebagai reaksi dari kepercayaan orang itu terhadap pengalaman hidupnya. Ia pun depresi saat mau ke jenjang pernikahan karena terngiang-ngiang dan takut jika pernikahannya kandas sebagaimana pernikahan orangtuanya. Kemudian konselor melakukan pendekatan REBT melalui Disputation (D) yaitu teknik perdebatan. Ada tiga jenis dasar dalam Disputation yaitu (1) Deteksi keyakinan irasional dimana ada ungkapan yang mengandung “harus” contohnya keyakinan bahwa anak broken home harus gagal juga dalam pernikahan seperti orangtuanya. Atau saya harus berasal dari keluarga yang baik-baik saja jika saya ingin sukses. Konselor membantu konseli untuk menunjukkan bahwa konseli tidak logis, membantu memahami bagaimana dan mengapa menjadi demikian, menunjukkan gangguan irasional dengan ketidak bahagiaan dan gangguan emosional yang ia alami. (2) Deskriminasi atau tahap membedakan antara keyakinan rasional dengan keyakinan irasional, konselor disini berperan aktif untuk membantu konseli meyakini bahwa berfikir dapat ditantang dan dirubah. (3) Debat Keyakinan Irasional atau disebut “disputing” dimana konselor membantu konseli untuk bisa mendebatkan gangguan atau keyakinan irasional yang dipertahankan selama ini meuju cara berfikir yang lebih rasional dengan cara reinduktrinasi yang rasional termasuk bersikap secara rasional.
Sesudah dilakukan Dispute atau perdebatan, kemudian ada langkah
selanjutnya yaitu Effective (E) dimana konselor membantu individu mengembangkan filosofi baru yang lebih rasional menggantikan keyakinan irasional. Jika telah sampai dipoin ini, konseli yang memiliki depresi akan berangsur-angsur merubah keyakiann irasionalnya dan perilakunya pun akan lebih produktif karena telah bisa memilah rasionalitas, kemudian ia pun dapat meminimalisir depresi dan kebencian pada diri sendiri, memiliki kepuasan juga rasa tenang dan senang.
Disini konselor dapat bereksplor dalam menggunakan teknik REBT
diantaranya teknik kognitif (Coping self-statements, Cost-benefit analysis, Psychoeducational method, Teaching others, Problem solving), teknik emotive (imagery, role playing, shame-attacking exercise, forceful self- statements, forceful self-dialogue) dan teknik behavior (Activity homework, Reinforcement and penalties, Skill training)
- Peran perkembangan, orang tua, teman sebaya, dan sekolah dalam
mengatasi kasus depresi dengan pendekatan REBT : Factor biologis : berkontribusi dalam kepribadian seseorang, ia bisa lebih peka terhadap kesehatan fisiknya, seperti lebih banyak makan yang bergizi, olahraga, yoga dan lainnya untuk bisa menjadi support system menjadi pribadi yang lebih baik. Factor social : hubungan interpersonal sangat berdampak pada proses pemulihan, keluarga dan lingkungan bisa bahu membahu untuk membantu proses pemulihan ini dengan menanamkan keyakinan yang rasional juga untuk seorang yang depresi agar ia pun bisa merubah keyakinan irasional menjadi rasional, karena bagaimanapun factor lingkungan sangat berdampak dalam perkembangan kognitif dan sosio emosi seseorang. Bisa memberikan arahan dan membantu untuk orang ini bisa mendapatkan lingkungan dan kelompok social yang lebih baik juga bisa membawa ia kearah yang produktif, bersyukur dan positif,dalam menjalani ritme kehidupan.