Anda di halaman 1dari 4

Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling Psikoanalisa

Dosen Pengampu : Ananda Rachmaniar, M.Pd.


Nama : Syifa Nabila
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
NIM : 19559014
Tanggal Kumpul : 29 Maret 2021

UJIAN TENGAH SEMESTER

Psikopatologi

Kesehatan mental sejatinya adalah hal yang seharusnya diperhatikan oleh manusia
sebagai makhluk sosial. Tak jarang stigma negatif menghampiri individu yang sedang
mengalami mental illness bahkan dianggap sebuah aib dan dikucilkan oleh masyarakat luas
jika ada individu yang terganggu mental dan jiwanya, hal ini disebabkan karena masih sangat
minimnya edukasi dan literasi yang sampai kepada masyarakat untuk bersama-sama
membuka mata dan hati bahwa kesehatan mental itu sangat penting, gangguan bukan hal
yang dapat diremehkan ataupun dijadikan bahan stigma negatif secara turun temurun, bahkan
seharusnya kita dapat bersama-sama menjadi insan yang aware akan pentingnya kesehatan
mental. Saling menjaga, mengantisipasi, menyupport dan membantu penanganan terutama
secara psikis jika ada seseorang baik itu keluarga ataupun teman dan orang disekitar yang
sedang berada pada kondisi tersebut.

Kesehatan mental tentunya memiliki ruang lingkup khusus dalam ranah keilmuan,
studi ilmiah tersebut dinamakan “Psikopatologi” yang dimana membahas mengenai
gangguan jiwa mulai dari penyebab, gejala, macam-macam gangguan dan penyakit jiwa,
hingga bagaimana pengobatan yang tepat untuk menanganinya, baik itu secara psikoterapi
hingga bantuan medis seperti obat-obatan. Dalam Teori Psikoanalisa, studi mengenai
Psikopatologi terbagi menjadi dua, yaitu Psikoneurose (neurosis) dan Psikose (psikosis).
Perbedaan mendasar keduanya terletak pada sense of reality (kemampuan membedakan
antara khayalan dan kenyataan). Penderita psikose tidak dapat membedakan hal tersebut,
itulah mengapa seringkali mereka mengakui adanya kejadian yang diluar nalar seperti
halusinasi, delusi, waham (contohnya mereka mengaku mendengar suara dari dinding untuk
melakukan sesuatu, mengakui bahwa ia titisan nabi, dan kejadian lainnya yang sebetulnya
mereka tidak menyadari bahwa itu tidak nyata. Sedangkan Psikoneurose lebih meliputi
perasaan takut, gelisah ataupun panik, tetapi penderita psikoneuroe masih sadar bahwa ini
adalah dunia nyata, ia masih dapat membedakan mana realita dan mana khayalan belaka.

Untuk membedakan kedua istilah ini, dapat juga dikatakan bahwa psikoneurose
adalah gangguan jiwa, sedangkan psikose sudah masuk dalam ranah penyakit jiwa. Beberapa
indikator perbedaan antara keduanya selain dari sense of reality adalah gejala psikoneurose
termasuk gejala yang bersifat temporer dan ringan sedangkan gejala psikose bersifat berat
antara lain waham, berhalusinasi, delusi yang terjadi secara berkelanjutan. Penderita psikose
mengalami disorientasi dalam hidupnya, sedangkan psikoneurose jarang atau bahkan tidak
mengalaminya, perbedaan lainnya yaitu penderita psikose tidak menyadari bahwa ia sedang
mengalami sakit jiwa, sedangkan psikoneurose paham dan sadar bahwa mentalnya sedang
Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling Psikoanalisa
Dosen Pengampu : Ananda Rachmaniar, M.Pd.
Nama : Syifa Nabila
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
NIM : 19559014
Tanggal Kumpul : 29 Maret 2021

terganggu. Psikose dapat membahayakan keselamatan dirinya dan juga orang lain
diakibtakan ketidaksaran karena sudah tidak adanya sinkron antara dirinya dan dunia nyata,
sedangkan psikoneurose jarang atau bahkan tidak seperti itu, aspek lainnya adalah psikose
perlu perwatan intensif dirumah sakit, proses penyembuhan yang tidak singkat, butuh waktu
yang sangat lama dan sangat sulit untuk menjadikan pasien bisa sembuh total, sedangkan
psikoneurose tidak perlu penanganan untuk dirawat dirumah sakit, dan untuk sembuh total
sangat mungkin untuk direalisasikan. Penyebab terjadinya psikopatologi antara lain faktor
genetik dan juga lingkungan.

Disini, saya akan concern membahas tentang psikoneurose. Psikoneurose adalah


gangguan jiwa ringan yang memiliki gejala fisik dan mental tetapi tidak ada kelainan organ
yang menyertai (Soekarto, 2002). Ciri khas psikoneurose adalah kecemasan. Freud
mengungkapkan bahwa psikoneurose diakibatkan karena adanya konflik batin, yaitu
kegagalan ego dalam mengontrol dorongan id dan akhirnya mengakibatkan diri tidak bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Macam-macam psikoneurose beragam,
salah satunya adalah PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). PTSD merupakan salah satu
gangguan kecemasan neurosis (Anxiety Disorder). PTSD dialami individu karena adanya
traumatik mendalam yang sangat berat. Trauma yang bersifat mengancam nyawa ataupun
kekerasan yang mengancam korban atau orang lain. Semua orang yang memiliki trauma pasti
mengalami cemas dan stress, tetapi jika stressor dalam diri tidak bisa menagani stress tersebut
muncullah distress yang bisa berlanjut kepada PTSD.

jika seseorang mengalami traumatik dengan kecemasan luar biasa lebih dari satu
bulan, hendaknya ia memeriksakan diri ke profesional seperti psikolog ataupun psikiater.
Gejala yang dialami oleh penderita PTSD antara lain selalu mengingat peristiwa traumatik
tersebut hingga merasa bahwa peristiwa tersebut masih berlangsung, kemudian sering atau
adanya mimpi buruk yang berkaitan dengan peritiwa traumatik yang bisa mengganggu
aktivitas dirinya, hal-hal ini tentu bisa menjadikan penderita berubah secara psikis terutama
dilingkungan sekitarnya, seperti kurang responsif, menarik diri, putus asa, depresi, ketakutan
berlebih, panik, hingga gangguan pencernaan. PTSD dapat muncul karena korban mengalami
peristiwa tersebut dan bisa juga karena korban melihat kejadiannya secara langsung dan
mendetail. Seakan-akan ia ada didalam peristiwa tersebut yang akhirnya masuk pada alam
bawah sadar, timbullah kecemasan, stress dan berakhir pada traumatik.

Contoh kasus : seseorang PTSD sangat takut dengan dunia medis karena ada trauma masa
kecil yang dimana ia keluar masuk rumah sakit untuk dirawat.

Seorang bapak berusia paruh baya menderita PTSD, ia menolak untuk cek ke dokter
tentang kondisi penyakit yang dideritanya, karena ia sudah panik terlebih dahulu sebelumnya,
Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling Psikoanalisa
Dosen Pengampu : Ananda Rachmaniar, M.Pd.
Nama : Syifa Nabila
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
NIM : 19559014
Tanggal Kumpul : 29 Maret 2021

ia takut jika hasil cek up nya itu harus membawa ia untuk dirawat. Ternyata setelah di explore
lebih jauh, bapak ini memiliki masa kecil yang sering keluar masuk rumah sakit dan bahkan
hampir merenggut nyawanya. Peristiwa itu menjadikan trauma yang berkepanjangan hingga
akhirnya bapak ini sangat ketakutan kepada semua hal yang berkaitan dengan medis. Bahkan
untuk cek up biasa seperti general check up pun ia sangat anti dan stress.

Contoh kasus : penderita PTSD yang berprofesi sebagai jurnalis, trauma akibat pernah
meliput peristiwa gempa bumi.

Seorang jurnalis menderita PTSD, ia sangat cemas jika terjadi getaran didekatnya
walupun hanya getaran kecil, seperti meja yang bergetar dan lainnya. Setelah di explore lebih
lanjut, ternyata ia pernah diminta untuk meliput bencana alam gempa bumi selama 2 minggu.
Tak disangka setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia mengalami trauma karena melihat dan
membayangkan peristiwa gempa tersebut terjadi pada dirinya, ia mengakui bahwa peristiwa
gempa seperti nyata dan terulang hingga sering bermimpi buruk tentang gempa bumi. Hal ini
tentu sangat mengganggu aktivitasnya karena rasa cemas yang terus menghantui. Kasus ini
menyiratkan bahwa PTSD dapat menyerang tidak hanya orang yang mengalami peristiwanya
secara langsung, bahkan jika penderita hanya melihat dan menyaksikan secara mendetail
walaupun ia tidak merasakan kejadiannya secara lansgungpun bisa berakibat terjadi PTSD.

Masih banyak faktor traumatik yang akhirnya menjadikan indivitu menderita PTSD,
seperti peristiwa pembunuhan, perampokan, meninggalnya orang tersayang, kekerasan
dalam rumah tangga, kejahatan atau pelecahan seksual, bencana alam, kecelakaan, dan
peristiwa masa lalu lainnya yang dirasa sangat meninggalkan luka batin yang mendalam
seperti perselingkuhan menjadikan trauma tersebut tidak bisa dikontrol oleh stressor diri dan
akhirnya berakibat PTSD. PTSD yang tidak segera ditangani pada akhirnya dapat berlanjut
kepada kondisi yang lebih parah yaitu ke tingkat psikosis seperti skizofrenia. Maka dari itu,
untuk mengantisipasi PTSD, jika seseorang baru saja mengalami peristiwa yang bisa memicu
trauma, ia harus segera mengambil tindakan, jangan sampai memendam masalahnya sendiri,
sebisa mungkin harus terbuka untuk menceritakan peristiwa tersebut kepada orang terdekat
agar ia merasa tidak terancam dan mendapat dukungan psikis dari lingkungan sekitar. Selain
psikoterapi, penanganan lanjutan medis seperti pemberian obat SSRI adalah langkah efektif
mengobati PTSD. Tentunya diiringi pula oleh dukungan dari orang-orang terdekat agar
proses pemulihan bisa cepat dan PTSD dapat segera teratasi.
Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling Psikoanalisa
Dosen Pengampu : Ananda Rachmaniar, M.Pd.
Nama : Syifa Nabila
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
NIM : 19559014
Tanggal Kumpul : 29 Maret 2021

Sumber :
(n.d). Neurosis dan Psikosis. Diakses melalui :
https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Neurosis_dan_Psikosis.pptx
Saleh, Umniyah. (n.d). ANXIETY DISORDER (Memahami gangguan kecemasan: jenis-
jenis, gejala, perspektif teoritis dan Penanganan). Diakses melalui :
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NzIwMmI1YzA
wZDUzYWYxZjgyYzRjODE0ZmY0YWNjMzVlM2U5ZGQxYQ==.pdf
Apriyani, Rini. (2019). Kajian Neurosis dalam Tokoh Novel Koma (Cinta Tanpa Titik)
Karya Mercy Sitanggang. Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 9,
No. 2, hlm. 3-5.
UMY. (n.d) BAB II. Diakses melalui :
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/5652/bab%20ii.pdf?sequence
=3&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai