A. PENDAHULUAN
Masalah hidup adalah satu hal yang sering menyertai kita dimanapun dan
kapanpun kita berada. Beberapa orang beranggapan positif terhadap
masalahnya, dimana dia menganggap hal hal ini perlu dihadapi dengan lapang
dada karena dapat membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun,
orang yang beranggapan negatif terhadap permasalahan hidupnya seringkali
berakibat buruk terhadap dirinya sendiri yang bahkan cenderung terjadi
gangguan emosional hingga bunuh diri. Setiap individu selalu menginginkan
agar segala kejadian hidup yang dialaminya sesuai dengan apa yang
diharapkannya berupa kenyamanan dan kebahagiaan. Akan tetapi, pada
kenyataannya, tidak semua kejadian itu sesuai dengan yang diharapkan. Tidak
sedikit kejadian-kejadian yang dialami seseorang dapat memberikan efek
gangguan emosional atau gangguan mental pada seseorang. Lingkungan
keluarga mempunyai peran besar dalam pembentukan emosi seseorang,
sehingga hal ini juga dapat dikatakan sebagai faktor utama seseorang mengalami
gangguan emosional. Penyebab gangguan emosi pada seseorang karena adanya
faktor psikologi seperti peristiwa traumatik berupa pelecehan seksual dan
kekerasan, kehilangan orang tersayang, kehilangan masa kecil, perceraian orang
tua, dan merasa kesepian. Sehingga gangguan emosi yang akan terjadi berupa
(1) stres, dimana seseorang mengalami perasaan dibawah tekanan, merasa
1
kewalahan, atau kesulitan menghadapi situasi tertentu. (2) kecemasan, ketika
seseorang merasa khawatir berlebihan dan berlangsung secara terus menerus
terhadap hal-hal yang normal terjadi. (3) panic attack, adalah situasi seseorang
ketika mengalami ketakutan yang berlebihan pada situasi yang normal atau tidak
ada penyebab yang jelas. (4) PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder,
merupakan kondisi dimana seseorang yang telah pulih dari trauma masalalu
namun ada pemicu traumatis yang menyebabkan seseorang tersebut mengalami
kegagalan. (5) depresi, keadaan seseorang mengalami gangguan mood atau
adanya perubahan hormon yang menyebabkan seseorang tersebut mengalami
kesedihan berkelanjutan hingga kehilangan minat dalam beraktivitas sehari-hari.
(6) bipolar, situasi dimana seseorang mengalami perubahan suasana hati yang
drastis ditandai dengan perasaan bahagia yang berlebihan lalu berubah menjadi
kesedihan yang berlebihan dan memicu perubahan fisik disertai nyeri akibat
gangguan pada saraf.
B. METODE PENELITIAN
Menggunakan metode pengumpulan data dengan jenis metode kualitatif melalui
studi literatur.
C. PEMBAHASAN
Gangguan emosional pada seseorang dapat mengarah ke skizofrenia sehingga
harus melakukan tindakan lebih lanjut yang harus diterapkan. Gangguan
psikologis termasuk gangguan suasana hati menurut reiki terjadi karena adanya
energi negatif dalam kelenjar pituitari, kelenjar adrenalin serta jantung. Kelenjar
pituitari yang memiliki induk yaitu hipotalamus yang terletak di dalam otak
memiliki peran utama dalam memunculkan mekanisme stres pada manusia.
Fungsi hipotalamus di sisi yang lain merupakan pengendali utama dari sistem
limbik, yaitu suatu mekanisme fungsi di dalam otak yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi vegetatif dan emosional, termasuk di dalamnya pengaturan
kardiovaskuler, pengaturan suhu tubuh, pengaturan cairan tubuh, pengaturan
hasrat makan, dan pengaturan emosi marah, sedih, senang maupun takut.
2
Keadaan-keadaan tersebut merupakan akibat dari berbagai daya pengaktivasi
atau penginhibisi yang biasanya timbul di dalam otak (Guyton dan Hall, 2007).
Dalam artian, apabila seseorang merasa stres, otak akan menerima rangsangan
emosi yang dapat memicu amigdala semakin membesar sehingga hipotalamus
akan membuat kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon ACTH
(Adrenocorticotropic hormone), kemudian hormon ACTH tersebut akan
merangsang kelenjar adrenal yang terletak di ginjal untuk melepaskan hormon-
hormon stres seperti hormon kortisol dan adrenalin. Hormon-hormon tersebut
yang kemudian akan memberikan respon emosional yang berlebihan dan setelah
itu akan ditandai dengan adanya masalah fisik seperti nyeri kronis berupa sakit
kepala, sakit pinggang, bahkan memicu munculnya penyakit penyakit lain akibat
kerusakan saraf pada seseorang apabila mengalami stres. Tindakan psikoterapi
tentunya sangat cocok untuk mengurangi angka gangguan kesehatan mental.
Berdasarkan hasil penelitian, metode psikoterapi ini merupakan salah satu
metode terapi psikologis yang efektif digunakan untuk mengatasi orang orang
dengan gangguan psikologis, karena metode ini melibatkan aktivitas komunikasi
antara pasien dan terapis yang dimana melalui metode ini, dapat membantu
mengidentifikasi akar penyebab psikologis dari kondisi seseorang sehingga
seseorang dapat berfungsi lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan serta
penyembuhan emosional.
Salah satu jenis psikoterapi yang lebih sering digunakan dan sangat efektif
untuk penyembuhan adalah jenis psikoterapi perilaku kognitif (CBT). Jenis
terapi tersebut juga sering digunakan dalam penelitian otak manusia. Terapi
perilaku kognitif (CBT) ini dapat membantu pasien dalam menentukan dan
mengubah pola pikir serta perilaku yang tidak sehat atau tidak efektif bagi
dirinya, yang kemudian menggantikannya dengan pemikiran dan perilaku yang
lebih positif. Ini dapat membantu seseorang lebih fokus pada masalah saat ini
dan cara mengatasinya. CBT dapat membantu dalam mengobati berbagai
3
gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan terkait trauma, dan gangguan
makan. Untuk itu, psikoterapi jenis ini menarik untuk dibahas.
Otak terdiri dari beberapa sensorik primer dan jaringan terkait yang
mengaktifkan dan menonaktifkan beberapa sistem otak. Efek nyeri kronis pada
otak mempengaruhi bagian yang berhubungan langsung dengan proses
nosiseptif misalnya, thalamus, dan korteks sensorik primer dan sekunder, insula,
dan korteks midcingulate, suasana hati misalnya otak pregenual, korteks
cingulate anterior dan amigdala, dan pemrosesan referensial diri misalnya,
korteks prefrontal medial. Insula dapat menghubungkan daerah sensorik dan
afektif serta memperkuat perasaan nyeri. Nyeri kronis juga dapat mempengaruhi
jaringan mode default (DMN). DMN adalah jaringan wilayah otak yang saling
berinteraksi, termasuk korteks parietal medial , inferior-lateral-parietal bilateral,
dan korteks frontal ventromedial, yang aktif ketika seseorang melamun atau
mengeluarkan ide juga DMN ini akan aktif ketika seseorang sedang istrahat atau
juga bisa disebut pemikiran bawah sadar. komponennya pada bagian otak dapat
membantu memperdalam pemahaman tentang cara kerja terapi tersebut.
4
independen. Dengan demikian, pendekatan terapeutik gabungan mempunyai
potensi untuk melibatkan berbagai sistem modulasi untuk mengoptimalkan efek
pengobatan pada gejala nyeri.
Untuk memahami bagaimana terapi CBT berdampak pada fungsi saraf
menunjukkan bahwa kecemasan dapat mengaktifkan jaringan ketakutan yang
berlebihan sehingga melibatkan bagian otak seperti amigdala, hipokampus,
striatum, korteks cingulate anterior, dan insula. Pada permaslahan ini, CBT dapat
bekerja dengan cara mengontrol prefrontal pada struktur subkortikal. Yang
dimana, otak yang berkaitan dengan pemrosesan dan regulasi emosi seperti pada
korteks prefrontal dan amigdala yang merupakan bagian paling penting terhadap
perubahan perilaku dalam mengatasi kecemasan yang berlebihan. Ketika
seseorang terus-menerus mengalami kecemasan yang berlebihan, maka bagian
otak yang akan merespon adalah sistem limbik tepatnya pada amigdala akan
membesar akibat aktivasi dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, terapi
ini dapat membantu penderita gangguan emosional untuk dapat lebih
mengendalikan dan mengurangi cara kerja amigdala yang berlebihan.
5
Beberapa literatur mengatakan bahwa rasa cemas yang berkaitan dengan
nyeri berkurang setelah dilakukan terapi CBT, hal ini ditandai dengan penilaian
negatif menjadi positif sehingga penelitian ini dijadikan sebagai standar utama
dari terapi CBT. Pikiran kewaspadaan seseorang berfokus pada diri sendiri akan
terjadinya hal negatif, dan dapat terjadi secara otomatis atau tiba tiba khususnya
bagi mereka yang menderita nyeri kronis seperti kecemasan yang berlebihan.
Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa hal tersebut dapat berkaitan
dengan perubahan dalam DMN. Demikian pula, pikiran imajinasi telah
dikaitkan dengan aktivitas DMN. Lazaridou dan rekan-rekannya menemukan
bahwa pengurangan konektivitas fungsional saat keadaan istirahat antara korteks
somatosensori primer dan beberapa daerah DMN mengalami perubahan
aktivitas yang kemudian dikaitkan dengan pengurangan rasa waspada seseorang
dan juga berhubungan dengan pengobatan pada rasa nyeri. individu dengan nyeri
kronis mungkin menunjukkan perubahan fungsi DMN sejak awal. Oleh karena
itu, terapi psikologis pada penderita nyeri kronis dapat mengurangi
kecenderungan seorang penderita untuk berpikir akan kesulitan dalam
menyesuaikan diri yang dapat menyebabkan perubahan saraf seperti penjelasan
diatas.
6
Dasar saraf dari terapi psikologis untuk kecemasan menemukan bahwa
pengobatan dapat bekerja untuk meningkatkan kontrol prefrontal terhadap
struktur seperti jaringan rasa takut yaitu, amigdala dan hipokampus, yang
dikaitkan dengan peningkatan penilaian kognitif terhadap respons
emosional. Meskipun penelitian tambahan diperlukan dalam mengatasi nyeri,
ada kemungkinan bahwa sirkuit saraf yang mendasari pemrosesan emosi dan
regulasi emosi seperti korteks prefrontal dan amigdala mungkin paling sensitif
terhadap perubahan setelah perawatan psikologis untuk kecemasan. Adanya
penurunan kecemasan dan aktivasi korteks prefrontal ventrolateral menandakan
adanya peningkatan kontrol kognitif akibat psikoterapi.
D. KESIMPULAN
Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien terutama pada
penderita gangguan psikologis untuk suatu perubahan tingkah laku, kesehatan
mental positif, pemecahan masalah, keefektifan pribadi, dan pembuatan
keputusan. Metode psikoterapi merupakan salah pilihan yang tepat untuk
penyembuhan karena pada salah satu metode psikoterapi yakni terapi perilaku
kognitif (CBT) sangat berpengaruh pada sistem saraf pusat penderita. Terapi
psikologis yang meningkatkan hasil klinis dapat mengakibatkan perubahan pada
sirkuit saraf yang berbeda tergantung pada jenis pengobatan. Dengan
menentukan apakah memang terdapat mekanisme otak berbeda yang digunakan
untuk melakukan terapi psikologis, maka terapi dapat disesuaikan secara optimal
berdasarkan pengetahuan mekanistik. Misalnya, pada individu dengan nyeri
kronis dan tingkat kecemasan yang tinggi, penggunaan strategi terapi nyeri
tradisional dilakukan bersamaan dengan strategi mengelola kecemasan secara
khusus dapat melibatkan mekanisme otak yang berbeda seperti pada amigdala
dan korteks prefrontal sehingga dapat memberikan pengobatan yang efektif.
Psikoterapi mempunyai peran dalam mencapai tujuan yang diinginkan,
walaupun dalam permasalahan yang terjadi dalam otak tidak identik tetapi
berasosiasi, dan mengingat bahwa fungsi utama terapi adalah meredam perilaku
patologis akibat gangguan emosional dan psikoterapi memberikan kompensasi
fungsi mental untuk aktif kembali mengisi kekosongan fungsi mental yang
terganggu atau tidak bekerja secara optimal dan normatif.
7
DAFTAR PUSTAKA
Bahrien, B., & Ardianty, S. (2017). Pengaruh Efektivitas Terapi Self Healing
Menggunakan Energi Reiki terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian
Skripsi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 141-148.
Cunningham, N. R., Zuck, S. K., & Coghill, R. C. (2019, August 7). Brain
mechanisms impacted by psychological therapies for pain: identifying targets
for optimization of treatment effects. NCBI. From
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6727993/