Anda di halaman 1dari 8

PSIKOTERAPI MEMPENGARUHI CARA KERJA SISTEM SARAF

PUSAT PENDERITA GANGGUAN EMOSIONAL


Intan Dwi Nugroho
e-mail:intandwinugroho10@gmail.com
Abstrak
Gangguan emosional atau gangguan psikologis sering di alami oleh sebagian besar
manusia, gangguan emosional merupakan kondisi dimana seseorang memiliki ciri-
ciri emosional yang terlalu kuat atau terlalu lemah sehingga hal hal tersebut dapat
memicu gangguan berupa stres, kecemasan, panic attack, PTSD, depresi, dan
bipolar. Psikoterapi (terapi bicara) merupakan salah satu metode terapi kesehatan
mental yang melibatkan aktivitas komunikasi antar pasien dan terapis. Psikoterapi
bertujuan untuk membimbing pasien dalam meningkatkan kualitas hidupnya
dengan mengenali permasalahan diri sendiri serta membentuk perilaku yang positif
dalam menghadapi masalah. Dengan demikian, metode psikoterapi dapat
membantu menurunkan tingkat gangguan emosional pada penderita serta
bagaimana kaitannya dengan rasa nyeri fisik yang dirasakan penderita akibat stres
agar gangguan ini tidak mengganggu aktifitas kehidupannya sehingga penderita
dapat melanjutkan hidupnya dengan normal.
Kata Kunci: gangguan emosional, psikoterapi, nyeri kronis, terapi, otak

A. PENDAHULUAN
Masalah hidup adalah satu hal yang sering menyertai kita dimanapun dan
kapanpun kita berada. Beberapa orang beranggapan positif terhadap
masalahnya, dimana dia menganggap hal hal ini perlu dihadapi dengan lapang
dada karena dapat membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Namun,
orang yang beranggapan negatif terhadap permasalahan hidupnya seringkali
berakibat buruk terhadap dirinya sendiri yang bahkan cenderung terjadi
gangguan emosional hingga bunuh diri. Setiap individu selalu menginginkan
agar segala kejadian hidup yang dialaminya sesuai dengan apa yang
diharapkannya berupa kenyamanan dan kebahagiaan. Akan tetapi, pada
kenyataannya, tidak semua kejadian itu sesuai dengan yang diharapkan. Tidak
sedikit kejadian-kejadian yang dialami seseorang dapat memberikan efek
gangguan emosional atau gangguan mental pada seseorang. Lingkungan
keluarga mempunyai peran besar dalam pembentukan emosi seseorang,
sehingga hal ini juga dapat dikatakan sebagai faktor utama seseorang mengalami
gangguan emosional. Penyebab gangguan emosi pada seseorang karena adanya
faktor psikologi seperti peristiwa traumatik berupa pelecehan seksual dan
kekerasan, kehilangan orang tersayang, kehilangan masa kecil, perceraian orang
tua, dan merasa kesepian. Sehingga gangguan emosi yang akan terjadi berupa
(1) stres, dimana seseorang mengalami perasaan dibawah tekanan, merasa

1
kewalahan, atau kesulitan menghadapi situasi tertentu. (2) kecemasan, ketika
seseorang merasa khawatir berlebihan dan berlangsung secara terus menerus
terhadap hal-hal yang normal terjadi. (3) panic attack, adalah situasi seseorang
ketika mengalami ketakutan yang berlebihan pada situasi yang normal atau tidak
ada penyebab yang jelas. (4) PTSD atau Post-Traumatic Stress Disorder,
merupakan kondisi dimana seseorang yang telah pulih dari trauma masalalu
namun ada pemicu traumatis yang menyebabkan seseorang tersebut mengalami
kegagalan. (5) depresi, keadaan seseorang mengalami gangguan mood atau
adanya perubahan hormon yang menyebabkan seseorang tersebut mengalami
kesedihan berkelanjutan hingga kehilangan minat dalam beraktivitas sehari-hari.
(6) bipolar, situasi dimana seseorang mengalami perubahan suasana hati yang
drastis ditandai dengan perasaan bahagia yang berlebihan lalu berubah menjadi
kesedihan yang berlebihan dan memicu perubahan fisik disertai nyeri akibat
gangguan pada saraf.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta


penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional,
dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi
atau 20% dari 250 juta jiwa diindonesia secara keseluruhan potensial
mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan-gangguan emosional tersebut
dapat diatasi dengan berbagai metode psikologi yang dapat membantu
mengurangi resiko bunuh diri akibat gangguan emosional. Salah satu metode
terapi psikologi yang sering digunakan terutama dalam konseling yaitu
psikoterapi atau terapi bicara. Dalam artikel ini akan dijelaskan secara rinci
terkait mekanisme psikoterapi sekaligus bagaimana psikoterapi dapat merubah
cara kerja otak yang terganggu.

B. METODE PENELITIAN
Menggunakan metode pengumpulan data dengan jenis metode kualitatif melalui
studi literatur.

C. PEMBAHASAN
Gangguan emosional pada seseorang dapat mengarah ke skizofrenia sehingga
harus melakukan tindakan lebih lanjut yang harus diterapkan. Gangguan
psikologis termasuk gangguan suasana hati menurut reiki terjadi karena adanya
energi negatif dalam kelenjar pituitari, kelenjar adrenalin serta jantung. Kelenjar
pituitari yang memiliki induk yaitu hipotalamus yang terletak di dalam otak
memiliki peran utama dalam memunculkan mekanisme stres pada manusia.
Fungsi hipotalamus di sisi yang lain merupakan pengendali utama dari sistem
limbik, yaitu suatu mekanisme fungsi di dalam otak yang berkaitan dengan
fungsi-fungsi vegetatif dan emosional, termasuk di dalamnya pengaturan
kardiovaskuler, pengaturan suhu tubuh, pengaturan cairan tubuh, pengaturan
hasrat makan, dan pengaturan emosi marah, sedih, senang maupun takut.

2
Keadaan-keadaan tersebut merupakan akibat dari berbagai daya pengaktivasi
atau penginhibisi yang biasanya timbul di dalam otak (Guyton dan Hall, 2007).
Dalam artian, apabila seseorang merasa stres, otak akan menerima rangsangan
emosi yang dapat memicu amigdala semakin membesar sehingga hipotalamus
akan membuat kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon ACTH
(Adrenocorticotropic hormone), kemudian hormon ACTH tersebut akan
merangsang kelenjar adrenal yang terletak di ginjal untuk melepaskan hormon-
hormon stres seperti hormon kortisol dan adrenalin. Hormon-hormon tersebut
yang kemudian akan memberikan respon emosional yang berlebihan dan setelah
itu akan ditandai dengan adanya masalah fisik seperti nyeri kronis berupa sakit
kepala, sakit pinggang, bahkan memicu munculnya penyakit penyakit lain akibat
kerusakan saraf pada seseorang apabila mengalami stres. Tindakan psikoterapi
tentunya sangat cocok untuk mengurangi angka gangguan kesehatan mental.
Berdasarkan hasil penelitian, metode psikoterapi ini merupakan salah satu
metode terapi psikologis yang efektif digunakan untuk mengatasi orang orang
dengan gangguan psikologis, karena metode ini melibatkan aktivitas komunikasi
antara pasien dan terapis yang dimana melalui metode ini, dapat membantu
mengidentifikasi akar penyebab psikologis dari kondisi seseorang sehingga
seseorang dapat berfungsi lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan serta
penyembuhan emosional.

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang menerima


psikoterapi mengalami pengurangan gejala dan lebih mampu menjalankan
kehidupan mereka. Sekitar 75 persen orang yang mengikuti psikoterapi
menunjukkan beberapa manfaat darinya. Psikoterapi telah terbukti
meningkatkan kesejahteraan emosional dan psikologis dan dikaitkan dengan
perubahan positif pada otak dan tubuh. Manfaatnya juga mencakup lebih sedikit
hari sakit, lebih sedikit kecacatan, lebih sedikit masalah kesehatan, dan
peningkatan kepuasan kerja. Dengan penggunaan teknik pencitraan otak,
peneliti dapat melihat perubahan pada otak setelah seseorang menjalani
psikoterapi. Sejumlah penelitian telah mengidentifikasi perubahan otak pada
orang dengan penyakit mental (termasuk depresi, gangguan panik, PTSD, dan
kondisi lainnya) akibat menjalani psikoterapi.

Salah satu jenis psikoterapi yang lebih sering digunakan dan sangat efektif
untuk penyembuhan adalah jenis psikoterapi perilaku kognitif (CBT). Jenis
terapi tersebut juga sering digunakan dalam penelitian otak manusia. Terapi
perilaku kognitif (CBT) ini dapat membantu pasien dalam menentukan dan
mengubah pola pikir serta perilaku yang tidak sehat atau tidak efektif bagi
dirinya, yang kemudian menggantikannya dengan pemikiran dan perilaku yang
lebih positif. Ini dapat membantu seseorang lebih fokus pada masalah saat ini
dan cara mengatasinya. CBT dapat membantu dalam mengobati berbagai

3
gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan terkait trauma, dan gangguan
makan. Untuk itu, psikoterapi jenis ini menarik untuk dibahas.

Otak terdiri dari beberapa sensorik primer dan jaringan terkait yang
mengaktifkan dan menonaktifkan beberapa sistem otak. Efek nyeri kronis pada
otak mempengaruhi bagian yang berhubungan langsung dengan proses
nosiseptif misalnya, thalamus, dan korteks sensorik primer dan sekunder, insula,
dan korteks midcingulate, suasana hati misalnya otak pregenual, korteks
cingulate anterior dan amigdala, dan pemrosesan referensial diri misalnya,
korteks prefrontal medial. Insula dapat menghubungkan daerah sensorik dan
afektif serta memperkuat perasaan nyeri. Nyeri kronis juga dapat mempengaruhi
jaringan mode default (DMN). DMN adalah jaringan wilayah otak yang saling
berinteraksi, termasuk korteks parietal medial , inferior-lateral-parietal bilateral,
dan korteks frontal ventromedial, yang aktif ketika seseorang melamun atau
mengeluarkan ide juga DMN ini akan aktif ketika seseorang sedang istrahat atau
juga bisa disebut pemikiran bawah sadar. komponennya pada bagian otak dapat
membantu memperdalam pemahaman tentang cara kerja terapi tersebut.

Sumber: Pain Reports, 2019

Gambar tersebut merupakan mekanisme otak yang dipengaruhi oleh terapi


psikologis. Terapi psikologis untuk nyeri kronis mungkin melibatkan beberapa
komponen untuk secara langsung menargetkan gejala nyeri, seperti
restrukturisasi kognitif, perhatian, dan rangsangan traumatis yang menyakitkan,
selain mengintegrasikan komponen pengobatan untuk secara langsung
mengurangi gejala kecemasan. Komponen pengobatan nyeri yang berbeda ini
mungkin melibatkan mekanisme otak yang terjadi secara bersamaan, yang pada
gilirannya dapat mengatur proses nosiseptif dan pengalaman nyeri secara

4
independen. Dengan demikian, pendekatan terapeutik gabungan mempunyai
potensi untuk melibatkan berbagai sistem modulasi untuk mengoptimalkan efek
pengobatan pada gejala nyeri.
Untuk memahami bagaimana terapi CBT berdampak pada fungsi saraf
menunjukkan bahwa kecemasan dapat mengaktifkan jaringan ketakutan yang
berlebihan sehingga melibatkan bagian otak seperti amigdala, hipokampus,
striatum, korteks cingulate anterior, dan insula. Pada permaslahan ini, CBT dapat
bekerja dengan cara mengontrol prefrontal pada struktur subkortikal. Yang
dimana, otak yang berkaitan dengan pemrosesan dan regulasi emosi seperti pada
korteks prefrontal dan amigdala yang merupakan bagian paling penting terhadap
perubahan perilaku dalam mengatasi kecemasan yang berlebihan. Ketika
seseorang terus-menerus mengalami kecemasan yang berlebihan, maka bagian
otak yang akan merespon adalah sistem limbik tepatnya pada amigdala akan
membesar akibat aktivasi dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga, terapi
ini dapat membantu penderita gangguan emosional untuk dapat lebih
mengendalikan dan mengurangi cara kerja amigdala yang berlebihan.

Beberapa penelitian mengatakan, korelasi saraf dan terapi CBT berkaitan


dengan biofeedback, pernapasan dalam, dan relaksasi. Dapat dikatakan
ventromedial prefrontal cortex juga berperan peran penting terhadap strategi
pengobatan pengobatan terapi tersebut, karena ada hubungannya dengan
regulasi otonom. Studi anatomi menunjukkan bahwa neuron dalam ventromedial
prefrontal cortex, serta seluruh daerah motorik frontal, korteks somatosensori
primer, dan korteks cingulate anterior, mengarahkan aferen (serabut saraf
penerima rangsangan) sebagian besar ke medula adrenal yang merupakan
kelenjar penghasil hormon stres dan penyebab terjadinya peningkatan detak
jantung. Dengan demikian, strategi relaksasi terapi dapat melibatkan area otak
ini untuk secara langsung mengatur gairah otonom. Sebuah meta-analisis dari 48
studi pencitraan otak mengungkapkan bahwa dalam kontrol kognitif seperti
dorsolateral prefrontal cortex dan korteks parietal posterior terjadi penurunan
aktivitas selama pemberian terapi pada bagian amigdala.

Perlu diketahui bahwa strategi yang berbeda secara konseptual seperti


menyusun ulang pemikiran traumatis seseorang tentang rasa sakit atau
kewaspadaan bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan penderita serta
menyebabkan kecemasan saat itu, dan akibatnya cara kerja bagian/wilayah otak
yang berperan dalam emosi dan nyeri akan terjadi secara bersamaan. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, program pengobatan tunggal untuk nyeri ini sering
kali memiliki pendekatan multimetode seperti strategi kognitif dan perilaku
dengan strategi kesadaran dalam protokol CBT yang berfokus pada nyeri yang
dapat berdampak pada berbagai mekanisme untuk disembuhkan.

5
Beberapa literatur mengatakan bahwa rasa cemas yang berkaitan dengan
nyeri berkurang setelah dilakukan terapi CBT, hal ini ditandai dengan penilaian
negatif menjadi positif sehingga penelitian ini dijadikan sebagai standar utama
dari terapi CBT. Pikiran kewaspadaan seseorang berfokus pada diri sendiri akan
terjadinya hal negatif, dan dapat terjadi secara otomatis atau tiba tiba khususnya
bagi mereka yang menderita nyeri kronis seperti kecemasan yang berlebihan.
Hasil penelitian kemudian menunjukkan bahwa hal tersebut dapat berkaitan
dengan perubahan dalam DMN. Demikian pula, pikiran imajinasi telah
dikaitkan dengan aktivitas DMN. Lazaridou dan rekan-rekannya menemukan
bahwa pengurangan konektivitas fungsional saat keadaan istirahat antara korteks
somatosensori primer dan beberapa daerah DMN mengalami perubahan
aktivitas yang kemudian dikaitkan dengan pengurangan rasa waspada seseorang
dan juga berhubungan dengan pengobatan pada rasa nyeri. individu dengan nyeri
kronis mungkin menunjukkan perubahan fungsi DMN sejak awal. Oleh karena
itu, terapi psikologis pada penderita nyeri kronis dapat mengurangi
kecenderungan seorang penderita untuk berpikir akan kesulitan dalam
menyesuaikan diri yang dapat menyebabkan perubahan saraf seperti penjelasan
diatas.

Pada individu dengan nyeri kronis, pemikiran kewaspadaan dapat terjadi


terus-menerus dan juga selama aktivitas yang mengganggu perhatian seseorang
selama rasa nyeri tersebut aktif. Contoh terakhir mungkin tercermin dari
perubahan pada daerah prefrontal dan subkortikal di otak dan rasa nyeri
dikaitkan dengan peningkatan aktivitas di bagian otak yang berkaitan dengan
antisipasi nyeri, perhatian, emosi, dan kontrol motorik. Penurunan rasa sakit
setelah terapi CBT dikaitkan dengan peningkatan grey matter yang terdapat pada
medulla spinalis dengan korteks prefrontal dorsolateral kiri dan prefrontal
ventrolateral yang dimana bagian ini berkaitan dengan kewaspadaan dan
kognitif seseorang. Juga terdapat korteks parietal posterior kanan, korteks
somatosensori, dan korteks cingulate anterior pregenual atau bagian yang
berkaitan dengan perhatian dan pemrosesan nosiseptif (peringatan awal terhadap
adanya stimulus yang membahayakan dan dapat merusak sistem saraf) pada
seseorang yang mengalami nyeri kronis. Demikian pula, peningkatan aktivasi
ditemukan di korteks prefrontal/lateral orbitofrontal ventrolateral selama tugas
perangsang nyeri pada pasien dengan gangguan psikologis saat menjalani CBT.
Terlepas dari berbagai pendekatan metodologis, ketika dipertimbangkan
bersama-sama, temuan ini menunjukkan bahwa perubahan di otak setelah
pengobatan penderita gangguan emosional yang berhubungan dengan rasa sakit
fisik, akan melibatkan peningkatan aktivitas daerah otak prefrontal dan
subkortikal dan penurunan aktivitas DMN yang berlebihan.

6
Dasar saraf dari terapi psikologis untuk kecemasan menemukan bahwa
pengobatan dapat bekerja untuk meningkatkan kontrol prefrontal terhadap
struktur seperti jaringan rasa takut yaitu, amigdala dan hipokampus, yang
dikaitkan dengan peningkatan penilaian kognitif terhadap respons
emosional. Meskipun penelitian tambahan diperlukan dalam mengatasi nyeri,
ada kemungkinan bahwa sirkuit saraf yang mendasari pemrosesan emosi dan
regulasi emosi seperti korteks prefrontal dan amigdala mungkin paling sensitif
terhadap perubahan setelah perawatan psikologis untuk kecemasan. Adanya
penurunan kecemasan dan aktivasi korteks prefrontal ventrolateral menandakan
adanya peningkatan kontrol kognitif akibat psikoterapi.

D. KESIMPULAN
Psikoterapi bertujuan memberikan bantuan kepada klien terutama pada
penderita gangguan psikologis untuk suatu perubahan tingkah laku, kesehatan
mental positif, pemecahan masalah, keefektifan pribadi, dan pembuatan
keputusan. Metode psikoterapi merupakan salah pilihan yang tepat untuk
penyembuhan karena pada salah satu metode psikoterapi yakni terapi perilaku
kognitif (CBT) sangat berpengaruh pada sistem saraf pusat penderita. Terapi
psikologis yang meningkatkan hasil klinis dapat mengakibatkan perubahan pada
sirkuit saraf yang berbeda tergantung pada jenis pengobatan. Dengan
menentukan apakah memang terdapat mekanisme otak berbeda yang digunakan
untuk melakukan terapi psikologis, maka terapi dapat disesuaikan secara optimal
berdasarkan pengetahuan mekanistik. Misalnya, pada individu dengan nyeri
kronis dan tingkat kecemasan yang tinggi, penggunaan strategi terapi nyeri
tradisional dilakukan bersamaan dengan strategi mengelola kecemasan secara
khusus dapat melibatkan mekanisme otak yang berbeda seperti pada amigdala
dan korteks prefrontal sehingga dapat memberikan pengobatan yang efektif.
Psikoterapi mempunyai peran dalam mencapai tujuan yang diinginkan,
walaupun dalam permasalahan yang terjadi dalam otak tidak identik tetapi
berasosiasi, dan mengingat bahwa fungsi utama terapi adalah meredam perilaku
patologis akibat gangguan emosional dan psikoterapi memberikan kompensasi
fungsi mental untuk aktif kembali mengisi kekosongan fungsi mental yang
terganggu atau tidak bekerja secara optimal dan normatif.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bahrien, B., & Ardianty, S. (2017). Pengaruh Efektivitas Terapi Self Healing
Menggunakan Energi Reiki terhadap Kecemasan Menghadapi Ujian
Skripsi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 141-148.

Karni, A. (2014). Konseling dan Psikoterapi Profesional. Jurnal Ilmiah


Syi'ar, 14(1), 39-52.

Cunningham, N. R., Zuck, S. K., & Coghill, R. C. (2019, August 7). Brain
mechanisms impacted by psychological therapies for pain: identifying targets
for optimization of treatment effects. NCBI. From
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6727993/

Bhatia, R. (n.d.). Psychiatry.org - What is Psychotherapy? American Psychiatric


Association. from https://www.psychiatry.org/patients-families/psychotherapy

Pinel, J. P. J., and S. J. Barnes. "Biopsikologi Edisi: 10." Yogyakarta: Pustaka


Utama (2019).

Kalat, James W. "Biopsikologi." Jakarta: Salemba Humanika (2010).

Anda mungkin juga menyukai