Gangguan jiwa adalah sekelompok gejala yang ditandai dengan perubahan pikiran,
perasaan dan perilaku seseorang yang menimbulkan hendaya/disfungsi dalam menjalankan
aktivitas sehari-hari. Beberapa gangguan jiwa yang cukup sering terjadi di masyarakat antara
lain adalah depresi, ansietas/cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan kepribadian, dll.
kondisi ini bisa membuat pengidapnya sengsara dan menimbulkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari, seperti di sekolah, tempat kerja, atau dalam hubungan. Dalam
kebanyakan kasus, gejala gangguan jiwa dapat dikelola dengan kombinasi obat-obatan dan
terapi bicara (psikoterapi).
Gangguan jiwa dapat mengenai siapa saja dengan tingkatan ringan sampai sangat
berat. Dikatakan 1 dari 4 orang memiliki risiko untuk terkena gangguan jiwa untuk semua
tingkatan
Mereka yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami perubahan dalam pikiran,
perasaan dan perilakunya, sehingga dapat mengganggu pekerjaan, aktivitas sehari-hari dan
pola relasi dengan orang lain. Gangguan jiwa dapat mengganggu fungsi dan produktivitas
dalam kehidupan sehari-hari. usia dari berbagai latar belakang kehidupan.
Gangguan jiwa dapat dipicu oleh banyak faktor, terutama faktor genetik dan lingkungan.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Sifat-sifat yang diwariskan. Gangguan jiwa lebih rentan dialami oleh individu dengan
riwayat keluarga yang mengidap gangguan jiwa. Melansir dari Mayo Clinic, gen
tertentu nyatanya dapat meningkatkan risiko gangguan jiwa dan gejalanya bisa dipicu
dari situasi tertentu.
2. Paparan lingkungan sebelum lahir. Paparan lingkungan, peradangan, racun, alkohol,
atau obat-obatan saat berada di dalam rahim juga sering dikaitkan dengan penyakit
mental.
3. Kimia otak. Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang membawa sinyal ke
bagian lain dari otak dan tubuh. Ketika jaringan saraf ini terganggu, fungsi reseptor
saraf dan sistem saraf berubah dapat berubah yang menyebabkan depresi maupun
gangguan emosional lainnya.
1. Punya riwayat keluarga yang mengidap gangguan jiwa, seperti orang tua atau saudara
kandung.
2. Situasi kehidupan yang penuh tekanan, seperti masalah keuangan, kematian orang
yang dicintai, atau perceraian.
3. Kondisi medis (kronis) yang sedang berlangsung, seperti diabetes, kanker, penyakit
autoimun, dan lain-lain.
4. Kerusakan otak akibat cedera serius (cedera otak traumatis), seperti pukulan keras di
kepala.
5. Pengalaman traumatis, seperti pertempuran militer, pelecehan seksual, atau
penelantaran masa kecil.
6. Penggunaan alkohol atau obat-obatan.
7. Tidak memiliki teman atau hubungan yang sehat.
8. Pernah mengidap gangguan jiwa sebelumnya.
9. Efek dari penyakit mental bisa bersifat sementara atau tahan lama. Seseorang juga
dapat memiliki lebih dari satu gangguan jiwa pada saat yang bersamaan.
Tanda dan gejala gangguan jiwa dapat bervariasi yang tergantung pada gangguan, keadaan,
dan faktor lainnya. Gejala gangguan jiwa biasanya mempengaruhi emosi, pikiran, dan
perilaku. Namun, umumnya gangguan jiwa menyebabkan gejala berikut ini:
Untuk mendiagnosis gangguan jiwa, dokter perlu melakukan serangkaian tes berikut ini:
Pemeriksaan fisik. Melalui pemeriksaan fisik, dokter dapat mengesampingkan masalah fisik
yang dapat menyebabkan gejala.
Tes laboratorium. Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk mengidentifikasi fungsi tiroid atau
skrining penggunaan alkohol dan obat-obatan.
Evaluasi psikologis. Dokter juga perlu berbicara kepada pasien tentang gejala, pikiran,
perasaan, dan pola perilaku yang dialami. Salah satu tes yang resmi dan dapat digunakan
untuk mendiagnosis gangguan jiwa adalah dengan MMPI-2 (Minnesota Multiphasic
Personality Inventory). Tes MMPI-2 adalah sebuah alat tes inventori yang berisi banyak
pertanyaan dengan option ya dan tidak, tujuannya adalah untuk mengetahui kepribadian
seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri seseorang, seperti
gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kebohongan, dan sebagainya.
Gangguan jiwa yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan emosional,
perilaku, dan fisik yang parah. Jika terus dibiarkan, gangguan jiwa bisa menyebabkan kondisi
berikut:
Konflik keluarga.
Mengisolasi diri.
Pelanggaran hukum.
Masalah keuangan.
Menyakiti diri sendiri dan menyakiti orang lain, termasuk bunuh diri atau pembunuhan.
Perawatan gangguan tergantung pada jenis penyakit yang dimiliki, tingkat keparahannya, dan
perawatan yang paling cocok. Dalam banyak kasus, kombinasi perawatan adalah pilihan yang
paling tepat. Berikut opsi perawatan yang bisa diberikan dokter:
1. Obat-obatan
Meskipun obat-obatan psikiatris tidak menyembuhkan penyakit mental, ini dibutuhkan untuk
mengurangi gejala yang signifikan. Obat psikiatri juga dapat membantu perawatan lain lebih
efektif. Jenis obat yang diberikan juga tergantung pada situasi dan bagaimana tubuh
merespons obat tersebut. Sejumlah obat psikiatri yang paling sering digunakan meliputi:
Antidepresan. Obat ini digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, dan terkadang
kondisi lainnya. Antidepresan dapat membantu memperbaiki gejala, seperti kesedihan,
keputusasaan, kekurangan energi, kesulitan berkonsentrasi, dan kurangnya minat dalam
aktivitas.
Anti kecemasan. Obat ini digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan, seperti
gangguan kecemasan umum atau gangguan panik. Anti kecemasan juga sering digunakan
untuk mengurangi agitasi dan insomnia.
Penstabil suasana hati. Jenis obat yang satu ini sering digunakan untuk mengobati gangguan
bipolar yang melibatkan episode mania dan depresi secara bergantian. Kadang-kadang
penstabil suasana hati digunakan bersama antidepresan untuk mengobati depresi.
2. Psikoterapi
Selama sesi terapi bicara atau psikoterapi, pengidap gangguan jiwa akan belajar tentang
kondisinya dan suasana hati, perasaan, pikiran, serta perilakunya. Dengan wawasan dan
pengetahuan yang sudah peroleh, pengidap diharapkan dapat mempelajari keterampilan untuk
mengatasi gejala dan mengelola stres.
Stimulasi otak kadang-kadang digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan kesehatan
mental lainnya. Namun, stimulasi otak akan digunakan apabila obat-obatan dan psikoterapi
tidak berhasil. Contoh perawatan stimulasi otak termasuk terapi electroconvulsive, stimulasi
magnetik transkranial, stimulasi otak dalam, dan stimulasi saraf vagus.
Pilihannya mencakup perawatan rawat inap 24 jam, rawat inap sebagian atau sehari, atau
perawatan residensial, yang menawarkan tempat tinggal sementara. Pilihan lainnya mungkin
perawatan rawat jalan intensif.
Masalah penggunaan zat biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan jiwa. Jika terus
dibiarkan, penyalahgunaan zat bisa mengganggu pengobatan dan memperburuk gangguan
jiwa.
Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan jiwa. Bagi seseorang yang berisiko
mengalami kondisi ini, penting bagi mereka untuk mampu mengendalikan stres. Adapun
sejumlah tips yang bisa dilakukan, seperti:
Perhatikan tanda-tanda peringatan. Tanyakan dengan dokter atau terapis terkait hal apa saja
yang bisa memicu timbulnya gejala. Buat rencana sehingga kamu mengetahui apa yang perlu
dilakukan jika gejala kembali. Hubungi dokter atau terapis apabila kamu merasa adanya
perubahan gejala atau perasaan. Pertimbangkan untuk melibatkan anggota keluarga atau
teman untuk melihat tanda-tanda peringatan.
Dapatkan bantuan saat membutuhkannya. Kondisi gangguan jiwa bisa lebih sulit diobati jika
kamu menunggu sampai gejalanya memburuk. Perawatan lebih lanjut dalam jangka panjang
dapat membantu mencegah kekambuhan gejala.
Terapkan gaya hidup sehat. Tidur yang cukup, makan sehat dan aktivitas fisik yang teratur
amat penting dilakukan. Cobalah untuk mempertahankan jadwal yang teratur tersebut. Segera
hubungi dokter jika mengalami kesulitan tidur atau jika memiliki pertanyaan tentang diet dan
aktivitas fisik.