Anda di halaman 1dari 12

Gangguan Mental pada Lansia

 Definisi gangguan mental pada lansia


 Tanda & gejala gangguan mental pada lansia
 Penyebab gangguan mental pada lansia
 Faktor risiko gangguan mental pada lansia
 Komplikasi gangguan mental pada lansia
 Diagnosis & pengobatan gangguan mental pada lansia
 Pengobatan gangguan mental pada lansia di rumah
 Pencegahan gangguan mental pada lansia

Definisi gangguan mental pada lansia


Apa itu gangguan mental pada lansia?
Gangguan mental pada lansia adalah masalah kesehatan yang
menyebabkan perubahan emosi, pikiran, dan perilaku pada orang lanjut
usia.
Kondisi ini dapat menyebabkan lansia kesulitan untuk berfungsi
sebagaimana mestinya dalam keluarga, urusan pekerjaan, dan kegiatan
sosial.

Gangguan mental terdiri dari banyak jenis. Akan tetapi, ada beberapa jenis
gangguan kejiwaan yang lebih umum menyerang lansia, di antaranya
adalah:
 Depresi yaitu gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus
merasa sedih dan kehilangan minat.
 Gangguan kecemasan adalah cemas berlebihan dan sangat mudah
khawatir pada hal-hal yang dianggap normal oleh orang lain.
 Bipolar disorder yaitu perubahan suasana hati ekstrem yang
membuat orang merasa sangat bahagia dan merasa sedih serta
depresi.
 Skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang menyebabkan seseorang
tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Hasil riskesdas tahun 2018 menunjukan prevalensi penyakit depresi
tertinggi ada pada lansia. Tercatat prevalensi depresi pada usia 55-64
tahun sebesar 6,5 persen, usia 65-74 tahun sebesar 8 persen, dan usia di
atas 75 tahun sebesar 8,9 persen.

Berdasarkan peringkat, penyakit depresi pada lansia menduduki


peringkat pertama sebagai penyakit mental yang paling umum
menyerang. Kemudian, disusul dengan gangguan kecemasan, skizofrenia,
dan bipolar disorder.

Tanda & gejala gangguan mental pada lansia


Setiap jenis gangguan kejiwaan pada lansia menimbulkan gejala yang
berbeda. Berikut ini penjelasan tanda dan gejala sesuai dengan jenis
gangguan kejiwaan yang dimiliki lansia.

Tanda dan gejala depresi pada lansia


Pada lansia, rasa sedih bukanlah gejala utama dari depresi yang mereka
idap. Terlebih, orang yang lebih tua juga enggan untuk meminta bantuan
pada dokter. Itulah sebabnya, depresi pada usia ini lebih sulit dikenali
ketimbang pada orang yang usianya lebih muda.
Meski begitu, ada beberapa gangguan mental depresi yang umumnya
ditunjukkan lansia, seperti dilansir dari laman Mayo Clinic, di antaranya:
 Perubahan kepribadian dan daya ingat juga memburuk.

 Sering kali mengalami nyeri otot.


 Kelelahan disertai kehilangan nafsu makan dan minat pada seks
menurun, yang tidak disebabkan oleh masalah kesehatan lain
maupun pengobatan.
 Sulit untuk tidur dan menarik diri dari lingkungan.
 Terbesit pikiran untuk bunuh diri, terutama pada pria.
Tanda dan gejala gangguan kecemasan
Gejala gangguan kecemasan yang menyerang lansia tidak berbeda jauh
dengan orang dewasa maupun remaja, meliputi:
 Merasa gugup, gelisah, dan tegang karena berasumsi dirinya sedang
dalam bahaya.
 Tubuh berkeringat dan gemetar, detak jantung meningkat, serta
napas juga menjadi lebih cepat.
 Berusaha keras menghindari hal-hal memicu kecemasan hingga
mengalami kesulitan tidur.
 Sering kali mengalami masalah pencernaan.

Tanda dan gejala skizofrenia


Sama seperti gangguan kecemasan, skizofrenia juga menimbulkan gejala
yang umumnya sama pada lansia maupun orang dewasa yang usianya
lebih muda. Namun, gejala yang berbeda pada tiap pasien sangat
mungkin terjadi. Berikut adalah gejala dari gangguan mental skizofenia
pada lansia.

 Delusi yaitu berupa keyakinan yang tidak sesuai pada kenyataan,


contoh merasa orang lain membenci atau mencintai Anda padahal
tidak demikian).
 Halusinasi, misalnya mengaku melihat atau mendengar sesuatu
yang sebenarnya tidak ada.
 Sering berbicara ngawur dengan kalimat yang acak.
 Gerakan tubuh menjadi lebih lambat atau melakukan suatu gerakan
tanpa tujuan secara berlebihan.
 Kehilangan minat pada aktivitas sehari-sehari, sehingga
mengabaikan kebersihan diri.

Tanda dan gejala bipolar disorder


 Mengalami gejala depresi, seperti terus merasa sedih, lelah, sulit
tidur, dan terbesit untuk bunuh diri.
 Menunjukkan episode mania dan hipomania, yakni kondisi yang
membuat seseorang menjadi sangat bersemangat hingga
melakukan tindakan tidak rasional, yang bisa merugikan diri sendiri
atau prang lain.
Kapan harus ke dokter?
Lansia yang menderita gangguan kejiwaan umumnya enggan untuk
memberi tahu kondisi yang dialaminya pada orang lain. Oleh karena itu,
Anda sebagai keluarga atau pengasuh harus lebih jeli dalam mengawasi
perubahan perilaku maupun suasana hati mereka.

Jika Anda sebagai keluarga atau pengasuh melihat tanda dan gejala yang
disebutkan di atas pada lansia, segera periksa ke dokter.

Penyebab gangguan mental pada lansia


Setiap jenis gangguan mental yang menyerang lansia memiliki penyebab
yang berbeda-beda. Penyebab depresi diketahui meliputi perubahan
biologis dan senyawa kimia di otak, ketidakseimbangan hormon tubuh,
serta kemungkinan diwariskan dalam keluarga.
Sementara gangguan mental pada lansia seperti bipolar disoder, tidak
diketahui penyebab pastinya. Begitu juga dengan gangguan kecemasan,
skizofrenia, dan bipolar disorder. Meski begitu, kondisi ini kemungkinan
besar dipengaruhi oleh adanya kelainan fungsi dan senyawa kimia di otak,
serta kombinasi genetik tertentu.

Pada beberapa kasus, gangguan kecemasan bisa disebabkan oleh efek


samping obat-obatan dan masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung,
diabetes, atau gangguan tiroid.
Faktor risiko gangguan mental pada lansia
Meskipun penyebab pasti dari gangguan mental pada lansia tidak
diketahui secara pasti, ilmuwan telah menemukan berbagai faktor yang
bisa meningkatkan risikonya.

Berikut ini adalah faktor risiko dari depresi, gangguan kecemasan,


skizofrenia, dan bipolar disorder.

 Korban pelecehan seksual atau kekerasan fisik di masa lalu


menimbulkan trauma yang memicu depresi dan gangguan
kecemasan.
 Stres karena memiliki penyakit kronis, ditinggalkan orang yang dicintai,
memiliki masalah keuangan, masalah pekerjaan, atau masalah
keluarga.
 Riwayat keturunan dengan depresi, gangguan kecemasan,
skizfrenia, atau bipolar disorder.
 {enyalahgunaan obat-obatan, seperti narkoba dan
memiliki kecanduan alkohol.
 Cenderung mudah cemas, pesimis, self estem yang rendah dan suka
mengkritik diri sendiri.
 Dilahirkan dari ibu yang mengalami komplikasi kehamilan, seperti
kekurangan zat gizi, terpapar racun, atau terinfeksi virus yang
mengganggu perkembangan otak.

Komplikasi gangguan mental pada lansia


Gangguan mental yang terjadi pada lansia harus diobati segera. Jika tidak,
bisa menimbulkan berbagai komplikasi, di antaranya:

 Kualitas hidup yang memburuk karena sulit untuk menjalin


hubungan dengan keluarga, dan orang di sekitar dengan baik.
 Kesehatan tubuh menjadi lebih buruk. Pada beberapa kasus,
kecemasan dan stres bisa menyebabkan penyakit jantung, obesitas, dan
gangguan pencernaan kronis.
 Dapat menyebabkan cacat tubuh atau kematian jika penderitanya
melakukan percobaan bunuh diri.
Diagnosis & pengobatan gangguan mental
pada lansia
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU
konsultasikan pada dokter Anda.

Agar komplikasi tidak terjadi dan kualitas hidup lansia dengan penyakit
mental bisa ditingkatkan, mereka perlu menjalani pengobatan. Sebelum
pengobatan dilakukan ahli kejiwaan akan meminta pasien untuk
menjalani serangkaian tes kesehatan dan kemudian menegakkan
diagnosis.

Berikut ini adalah beberapa tes kesehatan untuk mendiagnosis gangguan


mental pada lansia.
 Tes fisik. Pada tes ini dokter akan menanyakan gejala apa saja yang
dialami pada pasien dan anggota keluarga atau pengasuh. Selain itu,
dokter juga akan melihat riwayat kesehatan pasien dan keluarga.
 Tes laboratorium. Pada tes ini dokter mungkin akan memeriksa
fungsi tiroid, jantung, atau kondisi otak pasien lewat tes darah,
elektrokardiogram, ekokardiogram, dan tes pencitraan.
 Evaluasi psikiatri. Dokter akan bertanya tentang gejala, pikiran,
perasaan, dan pola perilaku pasien. Dokter juga akan meminta
pasien untuk mengisi kuesioner.
 Panduan DSM-5. Dokter dapat menggunakan kriteria depresi,
gangguan kecemasan, bipolar disorder, atau skizofrenia yang
tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental
(DSM-5).
Apa saja pilihan pengobatan untuk gangguan
mental pada lansia?
Setelah dokter melakukan tes kesehatan dan menegakkan diagnosis,
pasien akan diarahkan untuk menjalani pengobatan sesuai dengan
kebutuhan, di antaranya:

Minum obat-obatan
Ada berbagai obat yang biasanya diresepkan dokter maupun psikiater
pada pasien, seperti:

 Obat antidepresan. Obat ini diresepkan untuk menangani


depresi dan mengatasi bipolar disorder. Sebagai contoh obat
antidepresan yang umumnya digunakan
adalah citalopram (Celexa), escitalopram (Lexapro), fluoxetine (Prozac), p
aroxetine (Paxil, Pexeva), sertraline (Zoloft) dan vilazodone (Viibryd).
 Obat antipsikotik. Obat antipsikotik diresepkan untuk mengatasi
skizofrenia, yakni gejaladelusi dan halusinasi serta pengidap bipolar.
Sebagai contoh obat antipsikotik yang biasanya digunakan
adalah olanzapine (Zyprexa),
risperidone (Risperdal), quetiapine (Seroquel), aripiprazole (Abilify),
asenapine (Saphris), atau brexpiprazole (Rexulti).
 Obat antikecemasan. Obat ini diresepkan untuk pasien gangguan
kecemasan, dan yang paling umum digunakan adalah buspirone.
Pada jarang kasus, benzodiazepin mungkin juga diresepkan pada
pengidap gangguan kecemasan dan bipolar disorder.
 Obat penstabil suasana hati. Obat ini digunakan untuk
mengendalikan gejala mania dan hipomania pada pasien bipolar
disorder. Dokter dapat memberikan obat golongan ini,
seperti valproic acid (Depakene), divalproex
sodium (Depakote), carbamazepine (Tegretol, Equetro, others)
dan lamotrigine (Lamictal).
Psikoterapi
Selain minum obat, gangguan mental pada lansia juga bisa diobati dengan
psikoterapi, khususnya jenis terapi perilaku kognitif. Pada terapi ini, terapis
akan membantu pasien untuk mengelola gejala seperti stres atau
kecemasan dan mengalihkan hal tersebut pada cara yang lebih sehat.
Pada terapi ini, akan diberikan bimbingan agar lansia dapat hidup sehat, juga
membantu lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Rawat inap di rumah sakit
Pada kasus parah, gangguan mental pada lansia bisa mengancam jiwa,
baik pada penderitanya maupun orang di sekitarnya. Sebagai contoh,
berulang kali melukai diri sendiri atau melakukan percobaan bunuh diri.
Jika sudah pada tahap ini, biasanya pasien akan dianjurkan menjalani
rawat inap.

Selama di rumah sakit, dokter akan mengawasi gejala dan mencegah


kemungkinan tindakan buruk yang akan dilakukan pasien.

Pengobatan gangguan mental pada lansia di


rumah
Selain pengobatan di rumah sakit, perubahan gaya hidup juga diperlukan
untuk mendukung efektivitas pengobatan. Berikut ini perubahan gaya
hidup yang perlu diterapkan pada lansia dengan gangguan mental adalah:

 Cukup tidur karena kurang tidur bisa memicu kecemasan, stres, depresi,


maupun suasana hati yang buruk.
 Konsumsi makanan yang sehat bergizi untuk menjaga kesehatan
tubuh secara menyeluruh.
 Olahraga rutin untuk mengurangi stres dan kecemasan.
 Ikut serta dalam kegiatan di rumah atau lingkungan jika
memungkinkan.
Lansia dengan kondisi ini akan kesulitan untuk menerapkan hal ini sendiri.
Oleh karena itu, butuh bantuan dan dukungan dari keluarga, pengasuh,
amupun orang terdekat.

Pencegahan gangguan mental pada lansia


Gangguan mental pada lansia seperti skizofrenia tidak bisa dicegah.
Namun, jika seseorang sudah didiagnosis memiliki penyakit mental ini,
mengikuti pengobatan secara rutin sangat diwajibkan. Tujuannya, untuk
mencegah kekaambuhan gejala sekaligus keparahannya.

Selain skizofrenia, tidak ada cara pasti yang sepenuhnya dapat mencegah
gangguan mental seperti gangguan kecemasan, depresi, atau bipolar
pada lansia. Meski begitu, penderitanya masih bisa mungkin menurunkan
beberapa risikonya, seperti:

 Berhenti minum alkohol dan obat-obatan yang sifatnya


menimbulkan kecanduan dan euphoria (menimbulkan perasaan
gembira dan “high”).
 Belajar untuk mengurangi stres dengan cara yang sehat, seperti
olahraga, berkebun, atau melakukan konseling ke psikolog.
 Selalu terhubungan dengan keluarga, teman, dan orang-orang di
sekitar agar tidak merasa sendiri dan kesepian.

Anda mungkin juga menyukai