KELOMPOK-4
Mohamad A. Sjainal 711331121017
Albertho Yosua Tabuni 711331121059
Laura Agnes Palit 711331121035
Regina N. Majampoh 711331121020
Nurbani S. Pudjiomo 711331121042
Serafina Jesika Ruwe 711331121022
Andi Ivana Panggalo 711331121026
Priskila Ester Pangau 711331121018
Tracy Iffadah Daun 711331121024
Puja Aulia Muais 711331121019
Lavenia Wilar 711331121036
1.Gangguan Mental
Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi
emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit
fisik, penyakit mental juga ada obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’ atau
‘sakit jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga
dipasung. Padahal, penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk
diberikan pengobatan.
Ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental, mulai dari menderita
penyakit tertentu sampai mengalami stres akibat peristiwa traumatis, seperti ditinggal
mati orang yang disayang, kehilangan pekerjaan, atau terisolasi untuk waktu yang
lama.
Mengingat peristiwa-peristiwa traumatis tersebut kerap dialami banyak orang akhir-akhir
ini, maka tak heran adanya pandemi COVID-19 juga sering dikaitkan dengan gejala
gangguan mental
Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa
contoh gejala gangguan mental adalah:
Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai
dengan fakta yang sebenarnya.
Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak nyata.
Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-
bulan.
Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur,
serta gangguan pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa
sendiri, serta keluar rumah dalam kondisi telanjang.
Selain gejala yang terkait dengan psikologis, penderita gangguan mental juga dapat
mengalami gejala pada fisik, misalnya sakit kepala, sakit punggung, dan sakit maag.
Kapan harus ke dokter
Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) bila Anda
mengalami gejala di atas, terutama jika beberapa gejala tersebut muncul secara
bersamaan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Bila orang di sekitar Anda menunjukkan gejala gangguan mental, ajak dia berbagi dan
bicara baik-baik mengenai gejala yang dialaminya. Jika memungkinkan, ajak dia
menemui psikiater.
Lekas ke IGD rumah sakit jiwa jika muncul gelagat untuk melukai diri sendiri dan orang
lain, terutama jika muncul keinginan untuk bunuh diri. Bila hal tersebut terjadi pada
orang di sekitar Anda, tetaplah bersamanya dan hubungi nomor darurat.
Penyebab Gangguan Mental
Menurut undang undang No 3 Tahun 1996 yang dimaksud dengan “Kesahatn Jiwa”
adlah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan,
yang dalam penjelasannya disebutkan sebgaia berikut:
“Kesahatn jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
Intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
Berjalan selaras dengan keadaan orang lain”.
Faktor psikologis
Selain faktor psikologis yang telah disebutkan di atas, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa berada pada situasi pandemi, seperti pandemi COVID-19,
juga bisa menjadi faktor pemicu stres yang kemudian membuat orang lebih rentan
mengalami gangguan mental.
Stres tersebut dapat berasal dari rasa takut dan khawatir tentang kesehatan, keuangan,
atau pekerjaan, yang banyak terpengaruh akibat pandemi.
Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini, antara
lain:
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi,
serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak bisa
membedakan antara kenyataan dengan pikirannya sendiri.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya
merasa cemas dan takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan panik
yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan
suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa
dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai mengganggu
kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh gangguan tidur adalah
sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia), atau sangat mudah tertidur
(narkolepsi).
Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita dan meningkatkan efektifitas
psikoterapi, dokter dapat meresepkan sejumlah obat berikut:
Antidepresan, misalnya fluoxetine
Antipsikotik, seperti aripiprazole.
Pereda cemas, misalnya alprazolam.
Mood stabilizer, seperti lithium.
Jika mengalami gangguan mental yang cukup parah, penderita perlu menjalani
perawatan di rumah sakit jiwa. Demikian juga jika penderita tidak bisa menjalani
perawatan mandiri atau sampai melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri
dan orang lain.
Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai.
7. Segera ke dokter atau psikolog untuk menjalani skrining awal kesehatan mental, atau
bila muncul gejala gangguan mental.
Meski psikiatri dan psikologi sama-sama cabang ilmu yang mempelajari masalah
psikologis atau kejiwaan, tapi keduanya memiliki perbedaan. Salah satu
perbedaan psikiatri dan psikologi adalah dalam batas penanganan yang bisa
diberikan.
Perbedaan yang paling mendasar antara seorang psikiater (orang yang menggeluti ilmu
psikiatri) dan psikolog (orang yang menggeluti ilmu psikologi) adalah latar belakang
pendidikan dan ruang lingkup kerjanya. Secara garis besar, psikiater adalah dokter,
sedangkan psikolog bukan dokter.
Psikiatri adalah ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan jiwa, sedangkan psikologi
adalah ilmu non-kedokteran yang mempelajari perilaku dan perasaan seseorang. Meski
berbeda latar belakang, keduanya saling melengkapi.
Daftar Pustaka
https://www.merdeka.com
https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
https://www.alodokter.com/kesehatanmental
https://www.alodokter.com/psikiatri-dan-psikolog-ini-bedanya