HOME CARE
Oleh :
Kelompok 5
Nailul Aizza R.
NIM 132310101032
Insiyah Noriza
NIM 132310101037
Dema Novita H.
NIM 132310101033
NIM 132310101035
Windi Noviani
NIM 132310101036
Yulince Atanay
NIM 132310101040
Rizka Agustien W.
NIM 132310101041
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Data Riset
Kesehatan Dasar 2013 mencatat Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia
mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia
mengalami gangguan jiwa berat. Hal ini diperburuk dengan minimnya
pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia sehingga
banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan
baik.
Semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi
di sebuah negara mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, maka
banyak muncul masalah-masalah sosial dan gangguan atau disorder mental di
kota-kota besar. Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu
melakukan penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan
sosial. Mereka itu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik terbuka atau
eksternal dan internal,ketegangan batin dan menderita gangguan mental.
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak
dari kecemasan dan perasaan bersalah. Mereka tetap mengalami kecemasan
dan perasan berasalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan
bersalah itu. Mereka sanggup menghadapi masalah masalah biasa dengan
penuh keyakinan diri dan dapat memecahkan masalah masalah tersebut tanpa
adanya gangguan yang hebat pada struktur dirinya. Dengan kata lain,
meskipun ia tidak bebas dari konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun
ia dapat mempertahankan harga dirinya. Keadaan yang demikian justru
berkebalikan dengan apa yang terjadi pada orang yang mengalami kesehatan
mental yang buruk.
1.1 Tujuan
1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.2 Manfaat
Mahasiswa mengetahui bagaimana seseorang dengan gangguan mental serta
penanganan dan pencegahan dari gangguan mental.
BAB 2. Pembahasan
2.1 Pengertian
Gangguan
mental
dimaknakan
sebagai
tidak
adanya
atau
2.2 Epidemiologi
4. Sejarah hidup yang getir. Misalnya kehilangan orang tua semasa kecil,
terlalu banyak ejekan dari teman-teman, dibully secara keterlaluan, dll.
5. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: Faktor kemiskinan, dll.
2.5 Klasifikasi
DSM,
pada
tahun
1994
telah
diterbitkan
edisi
keempat,
sebagai
2.6 Penanganan
1.
Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan.
Terapi obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan
bertahun.
2.
Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan
terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi
suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi
agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu,
psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh
seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku
yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri,
Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri
tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga.
Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka( Hawari, 2007).
4.
Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti
sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan,
kajian
kitab
suci.
Menurut
Ramachandran
dalam
Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan
kembali kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di
lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam
program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi
kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat
membantu agar dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu
terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima
oleh keluarga dan masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama,
kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya
program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan.
2.7 Pencegahan
1. Jaga kesehatan fisik
Olahraga serta kebiasaan makan yang sehat bukan hanya berguna untuk
kesehatan jasmani semata, tapi juga untuk kesehatan mental Anda.
Jika segala sesuatunya terasa begitu berat, dan Anda menemukan diri Anda
sendiri berada pada kondisi yang tidak menguntungkan, carilah bantuan.
KASUS
Sdr. A berusia 25 tahun datang ke RSJ bersama ibunya. Ibu Sdr. A
mengatakan ingin anaknya cepat sembuh. Klien adalah seorang mahasiswa yang
senang sekali dengan karate. Namun semenjak dia sering kalah dalam lomba besar
sekitar 5 tahun yang lalu saat masih kuliah, klien begitu frustasi, selalu murung
dan tidak berinteraksi dengan teman-temannya hingga keadaannya memburuk
sampai saat ini. Klien sudah 3x keluar masuk RSJ dan yang sekarang adalah yang
keempat kalinya. Klien datang dalam keadaan marah-marah, mengamuk dan
selalu ingin melempar barang-barang yang ada disekitarnya, namun klien tampak
malu-malu saat bercerita, frekuensi bicaranya cepat seraya menggerak-gerakkan
tangannya. Ibu klien mengatakan kadang-kadang klien kembali normal seperti
biasa namun kadang-kadang suka berbicara, tertawa sendiri dan menggerakgerakkan tangannya sendiri sambil mengoceh yang tidak jelas. Pengobatan
sebelumnya tidak berhasil karena klien tidak mau meminum setiap obat yang
diberikan. Klien didiagnosa Skizofrenia oleh dokter nya yang pertama dahulu.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, hasilnya TD 110/80mmHg, Suhu 36 oC, nadi
3.1 Pengkajian
1 . Identitas
Nama
: Sdr. A
Umur
: 25 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
: S1
Pekerjaan
: Tidak ada
2 . Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat MRS
Saat dikaji
Identitas
Klien dapat menyebutkan identitas dirinya, klien mengatakan bahwa
Peran
Sebelum sakit dirumah klien mempunyai tanggung jawab sebagai anak
Ideal diri
Klien berharap dapat segera pulang dirumah,membantu org tua dan
latihan karate
-
Harga diri
Klien mengatakan jika sudah pulang ke rumah klien ingin bergaul
dengan teman-temannya.
d . Hubungan social
- Orang terdekat : ibu kandung klien
- Peran serta dalam masyarakat : Sebelum sakit klien sering mengikuti
kegiatan masyarakat seperti kerja bakti dan kegiatan pemuda. Setelah
di rumah sakit, klien jarang mengikuti kegitan dalam masyarakat.klien
hanya mengikuti kegiatan dalam rumah sakit dan itu pun jika klien
suka.
e . Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Setelah sakit klien banyak bicara, frekuensi bicara cepat.saat dirumah
sakit. Klien suka menyendiri dan tidak mau berbicara dengan teman-teman
diruangan.
4 . Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Tingkat kesadaran
: compos mentis
GCS
: 15 ( E4 M6 V5)
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi Rate
: 21 x/menit
Suhu
o
: 36 C
BB
: 60 kg
TB
: 166 cm
a. Kepala
Warna kulit sawo matang, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan.
b. Mata-Telinga-Hidung
Penglihatan
: Baik
Pendengaran
: Baik
Hidung, pembau : Baik
Leher
Simetris, normal, tidak ada jejas, tidak ada benjolan
c. Dada
Dada dan punggung
: Normal
Paru-paru
: Normal
Data
Ds :
Klien
suara
mengatakan
atau
mendengar
bisikan
Penyebab
Masalah
Halusinasi
Gangguan persepsi
pendengaran
yang
terkadang
suara
itu
mengejeknya.
Do :
2.
Ds :
Sikap
menggerak-gerakkan tangan
Ekspresi wajah serius saat
bercerita
suka
orang lain
Resiko mencederai
orang lain
3.
Ds :
Menarik diri
Keluarga
mengatakan
klien
dalam kamar
Klien tidak suka berbicara
dengan
teman-temannya
dalam ruangan
Klien tampak malu-malu
saat
bercerita
dengan
perawat
Isolasi social
3.4 Intervensi
No.
1.
Diagnosa
Keperawatan
hasil
Gangguan
proses
Setelah diberikan
Intervensi Keperawatan
mendukung
klien
dan
hubungan
berhubungan
diharapkan
dengan
mampu
gangguan otak
perubahan dalam
Hasil:
kemampuan
mengenali
Mampu
berpikir.
memperlihatkan
kemampuan
kognitifuntuk
menjalani
konsekuensi
kejadian
yang
5.
menegangkan
ketika berbicara
6.
Mampu
strategi
untuk
mengembangkan
mengatasi anggapan
Mampu mengenali 8.
perubahan
dalam
Interpretasikan
laku
dan
factor
penyebab
benar
Mampu
memperlihatkan
penurunan tingkah
laku
pertanyaan,
yang tidak
kejadian
yang
saat
klien
diinginkan,
sebenarnya
ancaman, dan
kebingungan
Mengurangi
emosional,
kecemasan
seperti
meningkatkan
evaluasi
dan
kemarahan,
pengembangan
diri
yang
positif
dan
mengurangi konflik
psikologis
14. Memberikan dasar perbandingan
yang akan datang dan memengaruhi
rencan intervensi. Catatan: evaluasi
orientasi
secara
meningkatkan
berulang
dapat
respon
yang
negative/tingkat frustasi
a.
b.
Pendekatan
menyebabkan
kesalahan
terburu-buru
klien
bingung,
persepsi/perasaan,
terancam
c.
Menimbulkan
perhatian,
menimbulkan
pengenalan
Meningkatkan pemahaman.
Ucapan
tinggi
dank
eras
konfrontasi
dan
f. Seiring perkembangan
penyakit, pusat komunikasi dalam
otak
terganggu
sehingga
percakapan
secara
keseluruhan
g.
pemahaman.
membantu
meningkatkan
Orientasi
dalam
disorientasi.
pada
realita
meningkatkan perasaan
realita klien, penghargaan diri dan
kemuliaan
(kebahagiaan)
personal
k.
Keterpaksaan
menurunkan keikutsertaan
dan
meningkatkan
kecurigaan, delusi
l. Tertawa
komunikasi
membantu
dan
kestabilan emosi
dalam
meningkatkan
2.
Resiko tinggi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
kemampuan,tingkah
terhadap
diharapkan
impulsive
dan
cedera
persepsi
visual.
berhubungan
keluarga
mengidentifikasi
dengan
Risiko
Meningkatkan
Dapat beradaptasi
mengurangi
lingkungan
3. Alihkan perhatian saat
risiko trauma/cedera
Tidak mengalami
perilaku teragitasi
4. Gunakan pakaian sesuai
trauma/cedera
dengan
Keluarga mengenali
potensial
Bantu
dengan lingkungan
untuk
penurunan
mungkin timbul
tingkat aktivitas
disorientasi
laku
di
lingkungan
fisik/kebutuhan klien
5.
lingkungan dan
mengidentifikasi
ekstrapiramidal,hipotensi
tahap-tahap untuk
ortostatik,gangguan
memperbaikinya
penglihatan, gangguan
gastrointestinal)
6.
Berikan
3.
Isolasi
berhubungan
diri
terhadap perawat :
Wajah
Perkenalkan
cerah,panggilan
perawat,
nama,
nama
dan
tujuan
tersenyum
perawat berkrnalan
Mau berkenalan
kesukaan klien
mengungkapkan
masalahnya
Dengarkan
dengan
penuh
3.5 Implementasi
No.
Diagnosa
Implementasi
Keperawatan
1
Gangguan
proses
berhubungan
dengan gangguan
otak
orientasi,
rentang
seperti
perhatian,
tenang
5. Memanggil klien dengan namanya dan tatap
wajahnya ketika berbicara
6. Menggunakan suara yang agak rendah dan
berbicara dengan perlahan pada klien
7. Menggunakan kata-kata pendek, kalimat dan
Ulangi instruksi tersebut sesuai kebutuhan
8. Mendengarkan
dengan
penuh
perhatian
pembicaraan klien.
9. Menghindari kritikan, argumentasi, dan konfrontasi
negatif
10. Menggunakan distraksi. Membicarakan tentang
kejadian
yang
mengungkapkan
sebenarnya
ide
yang
saat
salah,
jika
klien
tidak
meningkatkan kecemasan
11. Menghindari klien dari aktivitas dan komunikasi
yang dipaksakan
12. Menggunakan hal yang humoris saat berinteraksi
2
Resiko
pada klien
tinggi 1. Mengkaji derajat gangguan kemampuan, tingkah
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
keluarga
mengidentifikasi
risiko
disorientasi
(tanda
3
Isolasi
diri
hipotensi
ortostatik,
gangguan gastrointestinal)
sosial Membina hubungan saling percaya dengan :
berhubungan
dengan
ekstrapiramidal,
menarik
klien
f) Membuat kontrak interaksi yang jelas
g) Mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien
3.6 Evaluasi
No.
1
Diagnosa
Keperawatan
Evaluasi
P: intervensi dilanjutkan
Resiko
terhadap
cedera
berhubungan
dengan
disorientasi
P: intervensi dilanjutkan
Isolasi
berhubungan
dengan
diri
menarik
BAB 4. Penutup
4.1 Kesimpulan
gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan dari
norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan.
Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku
yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak
dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. 26 juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas
adalah gejala paling ringan. Empat jenis penyakit langsung yang dapat
DAFTAR PUSTAKA
Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa.
Edisi 3. Jakarta: EGC. Buku Kedokteran.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT.
Refika Aditama.