Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

“ PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA AKIBAT


MENTAL ”

Disusun Oleh :
Putri Febianti 21120088
KELAS : 4 B

DOSEN PEMBIMBING: Dr. SUZANNA, S. Kep., Ns., M.Kep

PRODI STUDI ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA

A. Pengertian Gangguan Jiwa 


Gangguan jiwa yaitu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi,
pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada
obatnya.
Di Indonesia, penderita gangguan mental diidentikkan dengan sebutan ‘orang gila’ atau ‘sakit
jiwa’, dan sering mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan, bahkan hingga dipasung. Padahal,
penderita gangguan mental bisa dibawa ke rumah sakit untuk diberikan pengobatan.
B. Gejala Gangguan Mental
Gejala dan tanda gangguan mental tergantung pada jenis gangguan jiwa yang dialami.
Penderita bisa mengalami gangguan pada emosi, pola pikir, dan perilaku. Beberapa contoh gejala
dan ciri-ciri gangguan mental adalah:
 Waham atau delusi, yaitu meyakini sesuatu yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan fakta
yang sebenarnya.
 Halusinasi, yaitu sensasi ketika seseorang melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak nyata.
 Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu.
 Perasaan sedih yang berlangsung hingga berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
 Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terus menerus, sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari.
 Gangguan makan misalnya merasa takut berat badan bertambah, cenderung memuntahkan
makanan, atau makan dalam jumlah banyak.
 Perubahan pada pola tidur, seperti mudah mengantuk dan tertidur, sulit tidur, serta gangguan
pernapasan dan kaki gelisah saat tidur.
 Kecanduan nikotin dan alkohol, serta penyalahgunaan NAPZA.
 Marah berlebihan sampai mengamuk dan melakukan tindak kekerasan.
 Perilaku yang tidak wajar, seperti teriak-teriak tidak jelas, berbicara dan tertawa sendiri, serta
keluar rumah dalam kondisi telanjang.
C. Tanda Gangguan Jiwa
Terdapat beberapa tanda fungsi fisiologi jiwa yang tidak sehat, yaitu :

 Perasaan tidak nyaman (inadequacy);


 Perasaan tidak aman (insecurity);
 Kurang percaya diri;
 Kurang memahami diri;
 Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial;
 Ketidakmatangan emosi;
 Kepribadiannya terganggu; 
 Mengalami patologi dalam struktur sistem saraf (thorpe)

D. Kapan harus ke dokter


Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater) bila Anda
mengalami gejala di atas, terutama jika beberapa gejala tersebut muncul secara bersamaan dan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Bila orang di sekitar Anda menunjukkan gejala gangguan mental,
ajak dia berbagi dan bicara baik-baik mengenai gejala yang dialaminya. Jika memungkinkan, ajak dia
menemui psikiater. Lekas ke IGD rumah sakit jiwa jika muncul gelagat untuk melukai diri sendiri dan
orang lain, terutama jika muncul keinginan untuk bunuh diri.

E. Penyebab Gangguan Mental


1. Faktor biologis atau disebut gangguan mental organik
 Gangguan pada fungsi sel saraf di otak.
 Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus.
 Kelainan bawaan atau cedera pada otak.

 Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan.


 Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan.
 Memiliki orang tua atau keluarga penderita gangguan mental.
 Penyalahgunaan NAPZA dalam jangka panjang, misalnya heroin dan kokain.
 Kekurangan nutrisi.
2. Faktor psikologis
 Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual.
 Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil.
 Kurang mampu bergaul dengan orang lain.
 Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan.
 Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian.
Selain faktor psikologis yang telah disebutkan di atas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyatakan bahwa berada pada situasi pandemi, seperti pandemi COVID-19, juga bisa menjadi
faktor pemicu stres yang kemudian membuat orang lebih rentan mengalami gangguan mental. Stres
tersebut dapat berasal dari rasa takut dan khawatir tentang kesehatan, keuangan, atau pekerjaan, yang
banyak terpengaruh akibat pandemi.
F. Diagnosis Gangguan Mental
Untuk menentukan jenis gangguan mental yang diderita pasien, psikiater akan
melakukan pemeriksaan medis kejiwaan dengan mewawancarai pasien atau keluarganya. Pertanyaan
yang akan diajukan meliputi:
 Gejala yang dialami, termasuk sejak kapan gejala muncul dan dampaknya pada aktivitas
sehari-hari.
 Riwayat penyakit mental pada pasien dan keluarganya.
 Peristiwa yang dialami pasien di masa lalu yang memicu trauma.
 Obat-obatan dan suplemen yang pernah atau sedang dikonsumsi.
Guna menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain, dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan
adalah tes darah. Melalui tes darah, dokter dapat mengetahui apakah gejala pada pasien disebabkan
oleh gangguan tiroid, kecanduan alkohol, atau penyalahgunaan NAPZA.

G. Contoh Gangguan Mental


Setelah melakukan sejumlah pemeriksaan, dokter dapat menentukan jenis gangguan mental
yang dialami pasien. Dari sekian banyak jenis gangguan mental, beberapa yang paling sering terjadi
adalah:
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya terus-menerus
merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung selama beberapa hari, perasaan
sedih pada depresi bisa berlangsung hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi, delusi, serta
kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat penderitanya tidak bisa membedakan antara
kenyataan dengan pikirannya sendiri.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya merasa
cemas dan takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penderita
gangguan kecemasan dapat mengalami serangan panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana
hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih dan putus asa dalam periode tertentu,
kemudian menjadi sangat senang dalam periode yang lain.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai mengganggu kesehatan
dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi
buruk (parasomnia), atau sangat mudah tertidur (narkolepsi).

H. Pengobatan Gangguan Mental


Pengobatan gangguan mental tergantung pada jenis gangguan yang dialami dan tingkat
keparahannya. Selain terapi perilaku kognitif dan pemberian obat, dokter juga akan menyarankan
pasien menjalani gaya hidup yang sehat.
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang bertujuan mengubah pola pikir dan
respons pasien, dari negatif menjadi positif. Terapi ini menjadi pilihan utama untuk mengatasi
gangguan mental, seperti depresi, skizofrenia, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, dan gangguan
tidur. Pada banyak kasus, dokter akan mengombinasikan terapi perilaku kognitif dan obat-obatan,
agar pengobatan menjadi lebih efektif.
2. Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita dan meningkatkan efektifitas psikoterapi,
dokter dapat meresepkan sejumlah obat berikut:
 Antidepresan, misalnya fluoxetine
 Antipsikotik, seperti aripiprazole.
 Pereda cemas, misalnya alprazolam.
 Mood stabilizer, seperti lithium.
I. Pengobatan Gangguan Jiwa
Pengobatan untuk masalah gangguan mental harus tepat dan sesuai. Terdapat 2 golongan obat
yang biasanya digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu: 

1. Obat anti psikotik


 Generasi 2 : risperidone, olanzapine, quetiapine, clozapine
 Generasi 1 : haloperidol, chlorpromazine. trifluoperazine
2. Obat anti ansietas
 Lorazepam, diazepam, alprazolam, clobazam

J. Perubahan gaya hidup


Menjalani gaya hidup sehat dapat memperbaiki kualitas tidur penderita gangguan mental yang
juga mengalami gangguan tidur, terutama bila dikombinasikan dengan metode pengobatan di atas.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:
 Mengurangi asupan gula dalam makanan.
 Memperbanyak makan buah dan sayur.
 Membatasi konsumsi minuman berkafein.
 Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
 Mengelola stres dengan baik.
 Melakukan olahraga secara rutin.
 Makan cemilan dengan sedikit karbohidrat sebelum tidur.
 Tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari.

K. Komplikasi Gangguan Mental


Gangguan mental dapat menyebabkan komplikasi serius, baik pada fisik, emosi, maupun
perilaku. Bahkan, satu gangguan mental yang tidak diatasi bisa memicu gangguan mental lainnya.
Beberapa komplikasi yang bisa muncul adalah:
 Perasaan tidak bahagia dalam hidup.
 Konflik dengan anggota keluarga.
 Kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain.
 Terasing dari kehidupan sosial.
 Kecanduan rokok, alkohol, atau NAPZA.
 Keinginan untuk bunuh diri dan mencelakai orang lain.
 Terjerat masalah hukum dan keuangan.
 Rentan sakit akibat sistem kekebalan tubuh menurun.

L. Pencegahan Gangguan Mental


Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:
 Tetap berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi.
 Berbagilah dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah.
 Lakukan olahraga rutin, makan teratur, dan kelola stres dengan baik.
 Tidur dan bangun tidur teratur pada waktu yang sama setiap harinya.
 Coba latihan untuk menenangkan pikiran dan relaksasi, misalnya dengan meditasi dan yoga
 Jangan merokok dan menggunakan NAPZA.
 Batasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein.
 Konsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, sesuai dosis dan aturan pakai.
 Segera ke dokter atau psikolog untuk menjalani skrining awal kesehatan mental, atau bila
muncul gejala gangguan mental. 
M. Diagnosis Gangguan Jiwa
Salah satu tes yang resmi dan dapat digunakan untuk mendiagnosis gangguan jiwa adalah
dengan MMPI-2 (Minnesota Multifase Personality Inventory). Tes MMPI-2 adalah sebuah alat tes
inventori yang berisi banyak pertanyaan dengan option ya dan tidak, tujuannya adalah untuk
mengetahui kepribadian seseorang, terutama gangguan-gangguan psikologis yang ada di dalam diri
seseorang, seperti gangguan anti sosial, gangguan seksual, gangguan depresi, kebohongan, dsb.

Anda mungkin juga menyukai