Anda di halaman 1dari 4

GANGGUAN DISOSIATIF DAN SOMATOFORM

Jika ada kata normal maka ada kata abnormal. Abnormal itu bukan nama
penyakit, tetapi abnormal merupakan istilah medis yang artinya tidak normal.
Perilaku abnormal merupakan sebuah keadaan dimana emosional seperti
kecemasan serta depresi yang tak sesuai dengan situasinya. Abnormalitas ini pada
umumnya ditentukan berdasarkan munculnya beberapa karakteristik sekaligus dan
definisi terbaik menggunakan beberapa karakteristik, pelanggaran norma, distress
pribadi, ketidakmampuan atau disfungsi, serta respon yang tidak diharapkan atau
biasa dikenal dengan istilah unexpectedness. Berbagai perilaku tidak normal itu
banyak sekali macamnya, salah satunya adalah gangguan disosiatif atau
berkepribadian ganda dan juga gangguan somatoform.

Gangguan disosiatif atau berkepribadian ganda merupakan salah satu dari


banyaknya penyakit mental yang menunjukan adanya disosiasi atau
ketidaksesuaian hubungan antara pikiran, tindakan, ingatan, lingkungan, serta
identitas diri. Ketidaksesuaian tersebut merupakan sebuah cara yang kurang dan
bahkan tidak sehat untuk melarikan diri dari trauma masa lalu, sehingga tindakan
ini akan menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Segala identitas
yang ada pada penderita gangguan disosiatif memiliki nama, tempramen, serta -
self-image yang berbeda. Sedangkan gangguan somatoform adalah sebuah
kelainan psikologis pada seseorang yang ditandai dengan gejala adanya keluhan
fisik yang tidak menentu, namun ketika diperiksa tidak nampak adanya sebuah
gangguan atau kelainan serta tidak dapat dijelaskan secara medis.

Pada gangguan disosiatif ditandai dengan gejala fisik berupa gangguan pada
gerakan si penderita, penderita akan mengalami periode kejang dan periode
kehilangan ingatan (amnesia) dan juga sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya.
Gejala psikis dari gangguan ini yaitu perasaan dari si penderita akan terlepas dari
dirinya sehingga identitas asli menjadi kabur. Penderita juga akan mengalami
perubahan persepsi pada segala hal disekitarnya dengan anggapan yang tidak
nyata serta adanya ketidakmampuan untuk mengatasi stress emosional dan
masalah kesehatan emosional dengan baik. Lalu pada gangguan somatoform, akan
muncul gejala fisik berupa sakit dada, sakit punggung, lelah dan pusing, serta
tidak enak badan dibagian tubuh tertentu. Namun gejala-gejala tersebut ketika
diperiksakan ke dokter, tidak ditemukan kelainan secara fisik. Penderita gangguan
somatoform akan memiliki pikiran, perasaan, dan perilaku berlebihan yang
meliputi:

1. Memiliki kecemasan berlebih terhadap kemungkinan penyakit


2. Menganggap respon tubuh normal sebagai tanda penyakit fisik yang serius
3. Takut terhadap keparahan gejala medis, walau tidak ada bukti yang
mendukung
4. Takut bahwa aktivitas dapat merusak tubuh
5. Sering melakukan kunjungan medis namun tidak meredakan kekhawatiran
atau bahkan memperburuknya
Mengalami pelecehan fisik, seksual atau emosional jangka panjang, stres akibat
peperangan atau bencana alam, memiliki lingkungan rumah yang tidak
menyenangkan, serta memiliki kejadian traumatis yang dialami semasa kecil serta
adanya kesalahan pola asuh oleh orang tua, merupakan sebagian faktor penyebab
dari gangguan disosiatif atau berkepribadian ganda. Sedangkan beberapa faktor
yang menyebabkan gangguan somatoform yaitu diantaranya adalah faktor genetik,
adanya kecenderungan berpikir negatif, penyalahgunaan NAPZA, korban
kekerasan fisik dan seksual, serta adanya riwayat keluarga yang memiliki
gangguan mental ini.

Dampak dari berkepribadian ganda sudah pasti akan buruk jika tidak ditangani
dengan benar. Penderitanya akan sangat kesulitan untuk mengatasi emosi lalu
akan sering mengalami depresi dan gangguan kecemasan sampai percobaan bunuh
diri serta bisa saja menjadi pecandu alkohol dan narkoba. Begitu pula dengan
gangguan somatoform, gangguan ini akan menyebabkan penderitanya
mengeluhkan satu atau lebih gejala penyakit, termasuk rasa nyeri, sakit perut,
gangguan pernapasan, masalah seksual serta masalah neurologis yaitu penyakit
yang menyerang system saraf contohnya pada otak, otot, saraf tulang belakang,
dan saraf tepi. Penanganan untuk masalah gangguan disosiatif pada umumnya
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Pengobatannya dapat berupa psikoterapi,
terapi keluarga serta pemberian obat-obatan. Lalu pada gangguan somatoform
pengobatan dapat dilakukan mengubah pola hidup atau gaya hidup rumahan
seperti menghindari meminum alkohol dan obat-obatan terlarang, bergabung ke
dalam komunitas yang positif, aktif secara fisik, serta berlatih mengangani stress
dan teknik relaksasi.

Menurut saya selain dengan beberapa usaha yang sudah dipaparkan diatas,
metode do’a mempunyai peranan penting dalam penciptaan kesehatan mental dan
semangat hidup. Mengapa? Karena bagi saya do’a memiliki makna penyembuhan
bagi gangguan kejiwaan termasuk gangguan disosiatif dan somatoform. Dengan
kata lain do’a mempunyai fungsi preventif, kuartif dan konstruktif bagi kesehatan
mental. Karena kehidupan manusia tidak pernah lepas dari masalah-masalah yang
membutuhkan solusi dalam menyelesaikannya, sikap pasrah menerima keadaan
mental yang sudah sakit adalah suatu pilihan terburuk yang pernah ada. Untuk itu
gangguan mental apa pun itu baik gangguan disosiatif maupun somatoform,
tanganilah dengan kerja keras, fokus dan tekun.
REFERENSI

Pengobatan Gangguan Disosiatif Diakses pada 6 Oktober 2021 WIB pukul 19.56
dari https://www.alodokter.com

Pengobatan gangguan somatoform Diakses pada 6 Oktober 2021 WIB pukul


19.56 dari https://www.alodokter.com

Gangguan Disosiatif dan Somatoform Diakses pada 6 Oktober 2021 WIB pukul
18.38 dari https://www.wikipedia.com

Arif, I. S. (2006). Berkepribadisn Ganda. Bandung: PT. Refika Aditama

Badan Penelitian dan Perkembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik


Indonesia (2007). Riset kesehatan dasar 2007. Diunduh dari
www.dinkesjatengprov.go.id/download/mi/riskesdas_jateng2007.pdf
(diakses tanggal 6 Oktober 2021 pukul 19.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai