Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI ABNORMAL

Galuh Anggita R. Andreas Bordes F. Nella Carina Estantina Shinta D. Rossaline Sofia Mahlevi Marcella A. Lumanto | 30111002 | 30111004 | 30111012 | 30111016 | 30111017 |

Anxiety Disorder: Obsessive-Compulsive Disorder


Anxiety Disorder adalah ketakutan atau kecemasan pada sesuatu secara berlebihan seperti phobia dan Obsessive-Cumpulsive Disorder. Obessesive-Cumpulsive Disorder (OCD) kondisi dimana individu tidak dapat mengontrol pikiran yang menjadi obsesinya yang sebenarnya tidak ingin mereka pikirkan dan melakukannya secara berulang-ulang untuk mengurangi perilaku obsesifnya. Penyebab OCD bisa dari : 1. Faktor Genetik: Jika salah satu keluarga mengalami OCD maka akan memiliki peluang dapat mengalami gangguan ini. 2. Organik: Kelainan saraf atau ada masalah dibagian otak tertentu. 3. Kepribadian: Memiliki perilaku obsesif (banyak bicara, susah bekerja sama, sangat bersih) 4. Pengalaman Masa Lalu 5. Depresi 6. Konflik Individu yang mengalami OCD memiliki karakteristik: Biasanya memikirkan hal-hal yang tidak ingin mereka pikirkan. Terobsesi sesuatu kemudian menanamkan hal ituberkali-kali sampai stress dan menggangu fungsi kehidupan sehari-hari. Tidak mau terkena penyakit, takut dengan kuman, washer-cleaner,dll sehingga menggangu aktifitas kehidupan sehari-hari Tidak mengatur suatu susunan dalam meja, dia punya takhayul ringan, dan percaya kalau aku tidak seperti itu, pekerjaanku tidak akan beres. Dia menjadi sangat cemas ketika menahan, dan sangat lega ketika melakukannya. Untuk kepuasan dirinya. Gejala penderita memiliki obsesi dan tingkah lakunya diulangi terus menerus seperti mencuci tangan berkali-kali atau secara signifikan sehingga menganggu fungsi kehidupan sehari-hari dan kegiatan sosial. Individu yang mengalami OCD terkadang memikirkan pikiran-pikiran ngeatif yang mucul secar berulang-ulang sehingga mempunyai rasa takut yang besar dan berlebihan. Treatment/penanggan OCD dapat dibantu dengan psikoterapi, Cognitivebehavioural theraphy dan Farmatologi.

Mood Disorder: Bipolar Disorder


Bipolar Disorder adalah Perubahan emosi secara drastis secara berlebihan dalam waktu yang singkat . Sedih secara berlebihan sehingga ingin bunuh diri (hopeless) kemudian secara tibatiba merasa gembira sehingga sanggup melakukan apapun. Penybab gangguan bipolar tidak
1

hanya dari faktor genitk namun faktor lingkungan dan psikologi eksternal dapat menjadi pemicu. Stres seperti peristiwa kehidupan, penyalahgunaan obat-obatn (kokain,ekstasi), dan kurang tidur. Gangguan bipolar membutuhkan pengobatan jangka panjang dan psikiaterAda empat jenis episode mood pada gangguan bipolar: 1. Mania Suatu tahap emosi dimana peningkatan mood secara ekstrim dimana individu merasa sangat optimis, kreativitas, perasaan energi yang tinggi. Adanya mood dimana individu udah marah atau tersinggung secara terus-menerus meningkat. Berikut beberapa karakteristiknya: Terjadi peningkatan aktifitas. Self-esteem meningkat-keyakinan memiliki kemampuan,kekuasaan atau bakat tertentu. Penurunan kebutuhan tidur. Banyak berbicara & bicaranya cepat. Idenya banyak bermunculan, perhatian mudah terpecah/terbagi-bagi. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktifitas yang berdampak negatif seperti berbelanja berlebihan 2. Hipomania adalah suatu tahap dimana terjadi peningkatan mood namun dalam taraf yang rendah. 3. Depresi bipolar memiliki suasan hati yang gampang berubah, lebih cepat marah, merasa bersalah dan gelisah. Gejala umum depresi bipolar adalah: Merasa sangat sedih Gangguan tidur (insomnia) Gangguan selera makan Merasa tidak berguna atau merasa bersalah yang berlebihan Keinginan untuk mati atau bunuh diri Konsentrasi dan masalah memori

Eating Disorder: Anorexia Nervosa


Gangguan ini ditandai oleh gangguan berat dalam perilaku makan dan termasuk Anoreksia Nervosa, Bulimia, Piki, gangguan regurgitasi masa bayi, dan gangguan makan tidak khas. Anoreksia Nervosa adalah kelainan di mana penderitanya berusaha menurunkan berat badan secara drastis dengan cara yang tidak sehat seperti dengan memuntahkan makanan atau mengkonsumsi obat pengurus badan secara berlebihan. Intinya mereka sengaja membuat diri mereka kelaparan. Salah satu ciri penderitanya adalah mereka selalu merasa terlalu gemuk, padahal tubuhnya sudah sangat kurus. Aneroxia sangat berbahaya dan bisa berakibat kematian. Anoreksia dapat menyebabkan berhentinya menstruasi, tulang keropos, kehilangan integritas kulit, dan sangat menekankan jantung sehingga meningkatkan risiko serangan jantung. Salah satu penyebab Anoreksia yaitu kadar protein BDNF di otak yang rendah. Protein BDNF (Brain Derived Neurotropic Factor) ini sendiri sangat bermanfaat terhadap fungsi otak. Kadar potein BDNF ditemukan lebih tinggi pada perempuan yang sudah pulih dari
2

penyakit Anoreksia. Perempuan yang mengalami anoreksia memiliki kadar protein BDNF yang rendah dalam darahnya dibandingkan dengan perempuan sehat atau yang telah pulih dari anoreksia. Perempuan dengan kadar BDNF rendah juga memiliki kepercayaan atau citra diri yang rendah, menderita akibat rasa cemas dan depresi serta memiliki kemampuan kognitif seperti berpikir, mengingat atau belajar yang tidak terlalu bagus. Pengobatan yang dianggap sangat efektif adalah terapi perilaku kognitif. Jenis pengobatan ini mencoba untuk mengajari pasien pora perilaku sehat dan memberikan mereka kemampuan diet normal yang sehat. Terapi keluarga juga efektif untuk merajut kedekatan keluarga kena penderita dapat membangun relasi yang baik karena adanya dukungan dari keluarga.

Dissociative Disorder: Dissociative Identity Disorder (Multiple Personality)


Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan sebagai adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (di bawah kendali sadar) yang meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-nderaanan segera (awareness of identity and immediate sensations), serta control terhadap gerak tubuh. Dalam penegakan diagnosis Gangguan Disosiatif harus ada gangguan yang menyebabkan kegagalan mengoordinasikan identitas, memori persepsi ataupun kesadaran, dan menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang. Gejala utama gangguan ini adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara lain; ingatan masa lalu kesadaran identitas dan penginderaan (awareness of identity and immediate sensations) kontrol terhadap gerakan tubuh

Gangguan identitas disosiatif adalah suatu kondisi dimana seseorang memiliki minimal dua atau lebih kondisi ego yang berganti-ganti, yang satu sama lain bertindak bebas. Menurut DSM-IV-TR, diagnosis gangguan disosiatif (GID) dapat ditegakkan bila seseorang memiliki sekurang-kurangnya dua kondisi ego yang terpisah, atau berubah-ubah, kondisi yang berbeda dalam keberadaan, perasaan dan tindakan yang satu sama lain tidak saling mempengaruhi dan yang muncul serta memegang kendali pada waktu yang berbeda. Kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan identitas disosiatif ialah: Keberadaan dua atau lebih kepribadian atau identitas Sekurang-kurangnya dua kepribadian mengendalikan perilaku secara berulang Ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi yang penting.

Schizophrenia Disorder: Scihzophrenia-Paranoid Type


Skizofrenia merupakan suatu gangguan yang menyerang jiwa manusia namun faktor neurologis juga turut berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Penyebab Skizofrenia antara lain; 1. Sebab organis, yaitu adanya perubahan-perubahan pada struktur sistem syaraf sentral. 2. Tipe pribadi yang schizothyme (pikiran yang kacau balau) atau jasmaniah yang asthenis, dan mempunyai kecenderungan menjadi skizofrenia. 3. Gangguan kelenjar-kelenjar 4. Adanya degenerasi pada energy mental. 5. Sebab-sebab psikologis; kebiasaan-kebiasaan perilaku yang buruk dan salah. Orang yang mengalami Skizofrenia paranoid selalu merasa terancam, ditipu, diamati, dan merasa ingin di bunuh. Dia akan selalu merasa sangat superior merasa dirinya paling hebat dan berbakat. Penderita sering merasa mencintai dan terobsesi kepada sesuatu secara berlebihan. Biasanya penderita sering merasa mual (seperti psikosomatic) apabila sedang panik. Penderita sering merasa cemburu yang berlebihan tanpa alasan yang logis. Apabila schizophrenia dialami oleh remaja biasanya remaja tersebut akan mengalami kedangkalan emosi, gangguan proses berfikir, penarikan diri dari lingkungan sosial dan tidak adanya tujuan hidup. Dalam menangani penderita Skizofrenia, yang dibutuhkan adalah terapi obat-obatan anti psikotik tradisional bernama khlorpromazin dan fenothiazin. Efek samping yang akan timbul adalah pusing, penglihatan kabur, tidak bisa tenang, dan disfungsi seksual. Ada pula obat modern yang bernama klozapin yang dapat memberikan manfaat terapeutik pada penderita Skizofrenia. Akan tetapi, efek yang dihasilkan berupa melemahkan keberfungsian sistem imun, serta menurunkan jumlah sel darah putih sehingga pasien rentan terhadap penyakit dan kematian. Karena efek yang keras terhadap pasien maka penggunaan obat olanzapin dan risperidon digunakan dengan tingkat efek samping yang lebih rendah dari obat anti psikotik tradisional. Selain penggunaan obat, terdapat cara penanganan lain yaitu melalui pelatihan keterampilan sosial, terapi keluarga dan mengurangi ekspresi emosi, terapi kognitif-behavioral, terapi personal, serta terapi reatribusi.

Somatoform Disorder: Hypochondriasis


Gangguan Somatoform adalah keluhan atau gejala fisik yang memberikan kesan terdapatnya gangguan fisik, tanpa dapat ditemukan gangguan secara fisiologis atau penjelasan medis. Keadaan tersebut disertai bukti yang cukup positif, atau dugaan kuat bahwa gejala-gejala fisik itu berkaitan dengan faktor atau konflis psikologis. Berbeda dengan gangguan buatan atau factiotious disorder adalah terjadinya gejala pada gangguan Somatoform tidak di bawah kehendak sendiri. Gangguan dalam kelompok Somatoform antara lain; gangguan Konversi, Hipokondriasis, somatisasi, nyeri Psikogenik, dan gangguan Somatoform tidak khas.

Preokupasi pada Hipokondriasis dapat berkaitan dengan fungsi tubuh, misalnya debaran jantung, berkeringat, atau kelainan fisik yang kecil seperti luka kecil atau batuk-batuk. Individu menginterpretasi tanda-tanda tersebut sebagai bukti terdapatnya penyakit yang parah. Gangguan ini sering terjadi dalam masa remaja, sering pula pada pria usia 30-an maupun wanita di usia 40-an. Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi hipokondriasis.

Daftar Pustaka: Ardani, T (2011). Psikologi Abnormal. Bandung: Lubuk Agung Butcher, J (2010). Abnormal Psychology. Boston: Pearson Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia II (1985)

Anda mungkin juga menyukai