Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI SUPARTO BRATA:

MENJADI SAKSI MATA MAHLIGAI KEHDUPAN SEORANG


LEGENDA
Ditulis Oleh Shinta Devi Rossaline
-2009-

Terlahir sebagai seorang priyayi sama sekali tidak terlihat dalam sosok Suparto Brata. Anak
dari pasangan Suratman Bratatanaya dan Bandara Raden Ajeng Jembawati ini hidup
sederhana di sebuah rumah di Jl. Rungkut Asri III/12. Dalam pikiran manusia selaknya
berpendapat bahwa seorang kehidupan seorang priayi penuh dengan gemerlap kemewahan
namun tidak bagi Suparto Brata. Bagi beliau hal yang paling berharga dalam kehidupan
bukanlah kekayaan yang berlimpah namun setiap karya yang ia buat dapat mengubah hidup
orang lain menjadi lebih baik. Hal ini lebih berharga dibanding yang lainnya dalam kamus
kehidupan Suparto Brata.

Suparto Brata adalah lelaki berperawakan kecil, berkacamata, namun selalu gesit ini dikenal
sebagai pengarang asli Surabaya yang luar biasa produktif. Bapak yang 27 Februari lalu
merayakan ulang tahunnya yang ke-77 tidak berhenti berkarya di usianya yang memang
sudah uzur. SMAK St Louis Surabaya tahun 1956 pernah menjadi saksi lahirnya seorang
sastrawan yang melegenda dan tanpa tanggung-tanggung telah mengharumkan nama bangsa.
Sebelum dikenal masyarakat sebagai penulis, Suparto Brata pernah bekerja di kantor
telegram PTT, perusahaan Dagang Negara Dyaya Bakti, dan terakhir menjabat staf humas
Kotamadya Surabaya hingga pensiun pada tahun 1988. Semenjak itulah dia selalu menyebut
pekerjaannya adalah Pengarang Merdeka. Selain itu beliau juga pernah bekerja sebagai
wartawan free lance di berbagai media. Ratusan tulisannya yang berbau fiksi baik dalam
bahasa Indonesia yang dibuat sejak tahun 1951 maupun dalam bahasa jawa yang dibuat sejak
tahun 1958, sudah dimuat di berbagai media di seluruh pelosok negeri.

Suparto juga terlibat dalam penulisan buku riset antara lain: Hari Jadi Kota Surabaya (1975),
Master Plan Surabaya 2000 (terbit 1976), Pertempuran 10 November 1945 (1986), Sejarah
Pers Jawa Timur (1987) dan Sejarah-sejarah Panglima Brawijaya (1988). Tidak sedikit
penghargaan yang berhasil diunduh sebagai buah kerja kerasnya. Namanya telah tercatat
dalam buku Five Thousand Personalities of the World, sixth edition, 1998, terbitan The
American Biographical Institute. Bapak empat anak ini juga mencatatkan prestasinya sebagai
pemenang Hadiah Rancage 2000 sebagai jasanya mengembangkan sastra dan bahasa Jawa,
kemudian tahun 2001 kembali mendapat Hadiah Rancage karena telah membuktikan
kreativitasnya dalam karya berjudul Trem. Karyanya yang berjudul Saksi Mata masuk
nominasi lima besar Khatulistiwa Literary Award Indonesia’s Best Fiction Award.

Tahun 2007 yang lalu, bertepatan di Bangkok, Thailand karir kepengarangan Suparto Brata
kini semakin lengkap. Penulis sastra Jawa yang ini dinobatkan Kerajaan Thailand sebagai
salah seorang penulis Asia Tenggara Terbaik 2007. Bersama delapan sastrawan terbaik
ASEAN lainnya, Suparto menerima penghargaan Southeast Asia Writer Awards di Ballroom
Hotel Oriental, Bangkok, Jumat (12/10). Penghargaan itu diserahkan langsung oleh Putri
Sirivannavari Nariratama yang mewakili ayahnya, Putra Mahkota Maha Vajiralongkorn. Atas
keberhasilan tersebut, selain menerima piala penghargaan dari Kerajaan Thailand, pria
kelahiran Surabaya itu menerima uang 70 ribu baht (sekitar Rp 17,5 juta). Bedasarkan hasil
wawancara dengan Jawa Pos, uang itu akan digunakan sebagai modal untuk menerbitkan
buku-buku sastra Jawa karena saat ini banyak penerbit yang enggan menerbitkan buku sastra
Jawa karena takut rugi.

Menurut penulis novel trilogy Gadis Tangsi, Kerajaan Raminem, dan Mahligai di Ufuk
Timur ini, penghargaan tersebut diraih lewat salah satu karya klasiknya, Saksi Mata. Kendati
berbadan kurus, cita-cita Suparto tidaklah kecil. Dalam pidato kemenangannya, Suparto
berkata bahwa lewat tulisan-tulisannya, dirinya berharap akan tercipta perdamaian dunia.
Untuk kedepannya, ia berharap agar dapat mengembangkan sastra Jawa terutama pada
generasi-generi penerus bangsa saat ini.

Sampai dengan tengah November 2002, telah tercatat 116 karya tulis berupa buku, novel,
naskah drama, skenario sinetron, cerita bersambung, dan beberapa diantaranya dinyatakan
menang dalam lomba penulisan cerita fiksi dan nonfiksi. Karyanya berjudul Kunanti di Selat
Bali, menang sayembara novel majalah Putri, dibukukan Kartini Group dan disadur dalam
bahasa mandarin dan diterbitkan di RRC oleh Prof. Madya Ju San Yuan. Sedangkan karya
berupa cerpen sekitar 60 buah yang berhasil diselamatkan klipingnya dari berbagai media
massa.

Anda mungkin juga menyukai