REFERAT
Post Trauma Stress Disorder
(PTSD)
disusun oleh :
Jufenthia Ardelia Wairata
112020018
Pembimbing :
dr.Hj Meutia Laksamininggrum, SpKJ
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menguraikan mengenai suatu gangguan
mental yang terjadi pasca trauma yang disebut dengan Post Traumatic Stress
Disorer (PTSD). Hal-hal yang akan diuraikan mencakup hal-hal yang
berhubungan dengan msalah tersebut sehingga diharapkan pembaca akan
memahami penanganan yang dapat dilakukan terhadap orang-orang dengan
PTSD.
3
BAB 2
ISI
2.1 Definisi
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan kecemasan yang
dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatik.
Peristiwa traumatik adalah peristiwa yang mengancam nyawa seperti pertempuran
militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan yang serius, atau penyerangan
fisik/seksual pada orang dewasa atau pada anak-anak.1,7
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
2.3.1 Stresor
beratnya stresor itu sendiri. Walaupun gejala gangguan stres pasca traumatik
pernah dianggap secara langsung sebanding dengan beratnya stressor, penelitian
empiris telah membuktikan sebliknya. Sebagai akibatnya, consensus yang tumbuh
adalah bahwa gangguan memiliki pengaruh pada arti subjektif stresor bagi
pasien.5
Bahkan jika dihadapkan dengan trauma yang berat, sebagian besar orang
tidak mengalami gejala gangguan stres pascatraumatik. Demikian juga peristiwa
yang tampaknya biasa atau kurang berbahaya bagi kebanyakan orang mungkin
menyebabkan gangguan stress pasca traumatik pada beberapa orang karena arti
subjektif dari peristiwa tersebut. Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi
yang tampaknya memainkan peranan penting dalam menentukan apakah
gangguan berkembang adalah:
gejala psikosomatik. Mereka juga tidak mampu menenangkan dirinya jika dalam
stres.5
Ada tiga kelompok dari gejala yang diperlukan untuk mendiagnosis suatu
PTSD, yaitu:
2.5 Diagnosis
A. Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari
berikut ini terdapat:
2) Respon orang tersebut berupa takut yang kuat, rasa tidak berdaya,
atau horror. Catatan: pada anak-anak hal ini dapat diekspresikan
dengan perilaku yang kacau atau teragitasi.
4) Hilangnya minat atau peran serta yang jelas dalam aktivitas yang
bermakna.
3) Sulit berkonsentrasi.
4) Kewaspadaan berlebihan.
4. Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar
biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan
dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama
setelah mengalami katastrofa).6
10
2.7 Tatalaksana
2.8 Prognosis
Prognosis yang baik diramalkan oleh onset gejala yang cepat, durasi gejala
yang singkat (kurang dari enam bulan), dukungan sosial yang kuat, dan tidak
adanya gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya.5
Pada umumnya, orang yang sangat muda atau sangat tua memiliki lebih
banyak kesulitan dengan peristiwa traumatik dibandingkan mereka yang dalam
usia paruh baya. Kemungkinan, anak-anak belum memiliki mekanisme mengatasi
kerugian fisik dan emosional akibat trauma. Demikian juga dengan orang lanjut
usia, jika dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda, kemungkinan
memiliki mekanisme mengatasi yang lebih kaku dan kurang mampu melakukan
pendekatan fleksibel untuk mengatasi efek trauma. Kecacatan psikiatrik yang ada
sebelumnya, apakah suatu gangguan kepribadian atau suatu kondisi yang lebih
12
serius, juga meningkatkan efek stresor tertentu. Tersedianya dukungan sosial juga
mempengaruhi perkembangan, keparahan, dan durasi gangguan stres
pascatraumatik. Pada umumnya, pasien yang memiliki jaringan dukungan sosial
yang baik, kemungkinan tidak menderita gangguan atau tidak mengalami
gangguan dalam bentuk yang parahnya.5
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Stresor*
2. Faktor psikodinamika*
3. Faktor biologis*
Kira-kira 30% pasien pulih secara lengkap, 40% pasien terus menderita
gejala ringan, 20% pasien terus menderita gejala sedang, dan 10% pasien tetap
tidak berubah atau menjadi memburuk. Prognosis yang baik diramalkan oleh
onset gejala yang cepat, durasi gejala yang singkat (kurang dari enam bulan),
fungsi pramorbid yang baik, dukungan social yang kuat, dan tidak adanya
gangguan psikiatrik, medis, atau berhubungan zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?
articlekey=12578&pf=3&page=1\
5. Kaplan, Sadock, Grebb, MD, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid ke-2, Binapura
Angkasa, Jakarta: 68-75.
11. Utama, Hendra, 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 254-264.
15