POST TRAUMATIC
STRESS DISORDER
(PTSD) Disusun Oleh :
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Psikiatri
Periode 2 Juni – 18 Juni
Mayalisna Prihatiningrum, S.Ked 04054822022091
See Jia Whei, S.Ked 04054822022209
Citra Eros Lestari, S.Ked 04054822022131
Pembimbing:
dr. RA. Latifah, Sp.KJ, M.Kes
OUTLINE
01 Pendahuluan
02 Tinjauan Pustaka
03 Kesimpulan
01
PENDAHULUA
N
PENDAHULUAN
Post-Traumatic Stress Disorder merupakan suatu kondisi yang menggangu dan diikuti
peristiwa traumatis. Termasuk didalamnya adalah shock shell, kelelahan perang,
kecelakaan dan sindrom pascaperkosaan, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) sering
disalahpahami dan salah didiagnosis. Namun, kondisi ini memiliki gejala yang sangat
spesifik yang merupakan bagian dari gangguan kejiwaan. Seseorang penderita PTSD
merasakan kesulitan dan gangguan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Seringkali, orang-orang
dengan PTSD terganggu oleh kenangan menakutkan yang terus-menerus datang dari
peristiwa traumatis yang pernah dialami atau disebut kilas balik. Penderita merasa terus-
menerus mengalami mati rasa secara emosional. Kilas balik mengembalikan emosi yang
terkait dengan peristiwa traumatis dan membuat sangat tidak nyaman terhadap penderita.
DEFINISI
PTSD atas Post Traumatic Stress Disorder merupakan gangguan
berupa kecemasan yang timbul setelah seseorang mengalami
peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa atau fisiknya
menurut definisi dari National Institute of Mental Health
(NIMH).
DEFINISI
PTSD dapat terjadi karena paparan peristiwa traumatis pada
seorang individu dan didefinisikan berdasarkan cluster gejala
yang berbeda antara lain flashback, menghindar, emosi
tumpul/numbing dan gejala tersebut tetap bertahan selama lebih
dari 1 bulan.
EPIDEMIOLOGI
Amerika Seluruh
Dunia
• serangan fisik dan • Cedera dan
seksual 52% Kecelakaan
• kecelakaan atau Prevalensi 36%
kebakaran 50% seumur hidup
ETIOLOGI
Stressor Aspek Psikodinamik
-Terlibat dalam kecelakaan mobil Konflik yang sudah ada sebelumnya mungkin
-Diserang dengan kejam secara simbolis dibangunkan kembali oleh
-Diperkosa atau mengalami pelecehan seksual peristiwa traumatis yang baru. Ego hidup
-Dilecehkan, dilecehkan atau diintimidasi kembali dan dengan demikian mencoba untuk
-Diculik atau disandera dll menguasai dan mengurangi kecemasan
Faktor Risiko
PATOFISIOLOGI
Neuroendocrine Features:
The hypotalamic-pituitary
Neuroanatomic Features:
adrenal (HPA) Axis, Cortisol.
Hippocampus, Amygdala,
Medial prefrontal cortex
(PFC)
Neurochemical Features:
Serotonin, noradrenaline,
dopamine, dll.
Sumber: Psych Scene Hub, 2017.
Sumber: Psych Scene Hub, 2017.
Sumber: Psych Scene Hub, 2017.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari gangguan stres pasca trauma seringkali berupa
adanya ingatan-ingatan kembali dari peristiwa traumatik yang pernah
dialami serta mendesak untuk timbul ke alam sadar dan disertai oleh mimpi
buruk. Individu tersebut dengan sengaja tampak menghindari berbagai
situasi atau kondisi yang dapat mengingatkan adanya peristiwa traumatik
tersebut.
Gejala PTSD bisa sulit dibedakan dari gangguan panik dan gangguan kecemasan
umum, karena ketiga sindrom dikaitkan dengan kecemasan yang menonjol dan
rangsangan otonom. Kunci untuk mendiagnosis PTSD dengan benar melibatkan
peninjauan secara hati-hati terhadap perjalanan waktu yang menghubungkan gejala
dengan peristiwa traumatis.
Gangguan kepribadian ambang dapat sulit dibedakan dari PTSD. Kedua gangguan
tersebut dapat hidup berdampingan atau bahkan terkait secara kausal. Dan harus dapat
membedakan antara PTSD dan gangguan disosiatif
TATALAKSANA
#2
#1 PSIKOTERAP
FARMAKOTER ● I membayangkan atau dalam paparan
teknik
in vivo
●API
selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) ● edukasi penderita mengenai metode
(sertraline,paroxetine,fluoxetine manajemen stres, termasuk teknik relaksasi
) dan pendekatan kognitif untuk mengatasi
stress
● Buspirone ● Terapi kelompok dan terapi keluarga
Banyak faktor yang bisa menyebabkan PTSD, yaitu adanya stressor dan faktor predisposisi seperti
terdapat riwayat trauma pada masa kecil, memiliki gangguan kepribadian dan lain-lain.
Penegakan diagnosis PTSD dapat ditegak berdasarkan PPDGJ III (F 43.1) dan juga dapat ditegak
berdasarkan DSM–5 PTSD digolongkan kedalam Trauma and Stressor Related Disorders.
Pendekatan utama yang seharusnya diberi oleh dokter kepada penderita yang mengalami PTSD adalah
dukungan, dorongan supaya penderita dapat menceritakan perisitiwa, dan memberi edukasi kepada
penderita tentang berbagai mekanisme koping seperti relaksasi. Dukungan tambahan juga sebaiknya
diberi kepada penderita dan keluarga melalui cara seperti kelompok dukungan.
2020
20
THAN
K YOU!