Anda di halaman 1dari 18

Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Incarcerata

Jufenthia Ardelia Wairata

102013367

Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Fenthia30@gmail.com

___________________________________________________________________________

Abstract

Obstructive ileus et causa Inguinal Hernia Incarcerata is intestine obstruction caused by a


hernia. Hernia is an abnormal protrusion of defined organ or tissue through a weak area
covered by the wall are usually lumps often occur in the inguinal area. Ileus obstruction of the
intestine can be defined as a failure of the intestine to perform propulsion contents of the
gastrointestinal tract. Symptoms of the disease usually occurs distention, and fluid and
electrolyte abnormalities that are colic pain, and usually found a lump in the groin area.

Keywords: Obstructive, intestine, hernia

Abstrak

Ileus Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Incarcerata merupakan obstruksi intestine yang
disebabkan oleh hernia. Hernia didefinisikan adalah suatu  penonjolan abnormal organ atau
jaringan melalui daerah yang lemah yang diliputi oleh dinding biasanya benjolan sering terjadi
pada daerah inguinal. Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan
propulsi isi dari saluran cerna. Gejala dari penyakit ini biasanya terjadi distensi, gangguan
elektrolit dan cairan serta nyeri yang bersifat kolik serta biasanya terdapat benjolan di area lipat
paha.
Kata Kunci: Obstruksi, usus, hernia

Pendahuluan
Obstruksi usus termasuk dalam salah satu penyebab tersering dari akut abdomen selain
appendicitis, kolik bilier, kolesistitis, divertikulitis, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai
gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Skenario kasus 9
adalah sebagai berikut: Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan
nyeri perut hebat yang disertai mual muntah sejak 12 jam yang lalu. Selain itu, pasien tersebut
juga mengeluh adanya benjolan pada lipat pahanya yang bersifat hilang timbul sejak 1 tahun
yang lalu. Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92 x/menit, frekuensi nafas 24 x/menit, suhu 36,50 C. Pada pemeriksaan fisik abdomen, tampak
distensi abdomen, nyeri tekan positif dan bising usu meningkat. Tampak massa pada regio
inguinal sinistra dengan ukuran 2 cm x 2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada jaringan
sekitar.

Anamnesis
Anamnesis merupakan tahap awal dalam pemeriksaan untuk mengetahui riwayat
penyakit dan menegakkan diagnosis. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, teratur dan
lengkap karena sebagian besar data yang diperlukan dari anamnesis untuk menegakkan
diagnosis. Anamnesis dapat langsung dilakukan pada pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarga atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai, misalnya dalam keadaan gawat-darurat, afasia akibat stroke dan lain sebagainya.
Anamnesis yang baik terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit
dalam keluarga, anamnesis susunan system dan anamnesis pribadi (meliputi keadaan sosial
ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan).1
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, nama orang tua atau
suami atau istri atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, dan agama.
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus disertai dengan
indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terperinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.
Dalam melakukan anamnesis, harus diusahakan mendapatkan data-data, yaitu waktu dan
lamanya keluhan berlangsung; sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan,
terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah atau berkurang, dan sebagainya; lokalisasi
dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah; hubungannya dengan waktu,
misalnya pagi lebih sakit daripada siang dan sore, atau sebaliknya, atau terus menerus tidak
mengenal waktu; hubungannya dengan aktivitas, misalnya bertambah berat jika melakukan
aktivitas atau bertambah ringan bila beristirahat; keluhan-keluhan yang menyertai serangan,
misalnya keluhan yang mendahului serangan, atau keluhan yang bersamaan dengan serangan;
apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali; faktor risiko dan pencetus serangan,
termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan; apakah ada saudara
sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama; riwayat perjalanan ke daerah
endemis untuk penyakit tertentu; perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi
atau gejala sisa; upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah
diminum oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang sedang
diderita.
Riwayat penyakit dahulu bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan
adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang. Tanyakan
pula apakah pasien pernah menderita kecelakaan, menderita penyakit berat dan menjalani operasi
tertentu, memiliki riwayat alergi pada obat-obatan dan makanan tertentu, dan lain-lain.
Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter,
familial atau penyakit infeksi.
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan. Perlu
ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan dalam sehari-hari seperti masalah keuangan,
pekerjaan, dan sebagainya. Kebiasaan pasien juga harus ditanyakan, seperti merokok, memakai
sandal saat bepergian, minum alcohol, dan sebagainya. Selain itu juga pada pasien yang sering
bepergian, perlu ditanyakan apakah baru saja pergi dari tempat endemik penyakit infeksi
menular. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah lingkungan tempat tinggal pasien, termasuk
keadaan rumahnya, sanitasi, sumber air minum, tempat pembuangan sampah, ventilasi, dan
sebagainya.1

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dimulai dengan melihat pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan
mencapai labium majus atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis.
Kalau tidak ada pembengkakan yang dapat kita lihat, penderita disuruh batuk. Kalau
pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal dan  berjalan
miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan tersebut adalah hernia
inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu kelihatannya langsung muncul ke depan,
maka kita berhadapan dengan hernia inguinalis medialis.
Palpasi dapat menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri digunakan
tangan kiri , pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya:
o Zieman’s Test
Jari ke 2 diletakkan di atas annulus internus (terletak diatas ligamentum inguinale pada
pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum). Jari ke 3 diletakkan di atas annulus
eksternus (terletak diatas ligamentum inguinale sebelah lateral tuberkulum  pubikum).
Jari ke 4 diletakkan di atas fossaovalis (terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah
medial dari a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat
hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik ini
dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas.
o Thumb Test
Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang di antara ibu  jari dan jari
lain, kemudian cari batas atas dari benjolan tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan,
berarti benjolan berdiri sendiri dan tidak ada hubungan dengan canalis inguinalis (jadi
bukan merupakan suatu kantong hernia). Bila  batas atas tidak dapat ditentukan berarti
benjolan itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan canalis inguinalis),
selanjutnya pegang leher  benjolan ini dan suruh penderita batuk untuk merasakan
impulse pada tangan yang memegang benjolan itu.
o Finger Test
Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan kiri untuk hernia sisi kiri.
Dengan jari kelingking kulit scrotum diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku
berada di atas spermatic cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral
scrotum. Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat dipastikan selanjutnya
akan berada dalam canalis inguinalis. Bila terdapat hernia inguinalis lateralis, terasa
impulse pada ujung jari, bila hernia inguinalis medialis maka teraba dorongan pada
bagian samping jari.
Auskultasi akan terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi
hernia berupa omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus
dan perkusi berbunyi timpani jika isi kantung hernia adalah gas.2-3

Auskultasi
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat
mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar.Bising usus yang meningkat dapat
ditemukan pada, setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan peristaltik, seperti, obstruksi
usus, diare, jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas.Bising
usus dapat menurun atau menghilang pada keadaan, paralisis usus (ileus), perforasi, peritonitis
generalisata.4

Berdasarkan skenario di dapat pasien kesakitan, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi
92x/menit, frekuensi nafas 24x/menit, suhu 36,5C. Pada pemeriksaan fisik abdomen tampak
distensi abdomen, nyeri tekan (+), bising usus meningkat. Pada perjalanan awal obstruksi
usus, auskultasi abdomen terdengar bising usus yang hiperaktif berupa suara gemuruh akibat
gerakan peristaltik yang terlampau kuat (borborigmus). Kemudian pada perjalanan lanjut
obstruksi usus, bising usus menjadi sangat minimal atau tidak dapat ditemukan. Pada region
inguinal sinistra tampak massa dengan ukuran 2x2 cm, konsistensi kenyal, tidak melekat pada
jaringan sekitar, berbatas tegas, nyeri tekan (+), bising usus (+). 4

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium, pada tahap awal hasil laboratorium bisa saja normal. Lebih
lanjut akan terjadi hemokonsentrasi dan leukosistosis. Elektrolit biasanya normal pada obstrusi
usus halus bagian distal, namun hipokalemia dan hipokloremia dapat terjadi pada obstruksi usus
yang lebih proksimal. Amilase serum dan angka leukosit akan meningat pada kasus strangulasi.
Pada analisa gas darah didapati asidosis metabolik. Ureum dan creatinin akan meningkat yang
yang mengindikasikan suatu hipovolemia dengan azotemia prerenal.5
Foto polos abdomen. Dilatasi usus halus disertai dengan air-fluid level, dapat negatif pada
obstruksi usus bagian proksimal. Pada foto supine kita dapat memastikan obstruksi usus halus
jika didapati gambaran dilatasi usus berada dibagian central foto, adanya plica sirkularis, tidak
terdapat udara pada kolon, dan adanya multiple air fluid level pada foto upright/LLD. Adanya
gambaran udara bebas pada foto upright menandakan suatu perforasi.5

Gambar 1. Foto Polos Abdomen 3 Posisi.

USG abdomen dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan obstruksi usus halus. USG
dapat mendeteksi adannya air-fluid level, dilatasi usus proksimal sampai kolapsnya usus bagian
distal. Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa USG lebih superior dibandingkan plain foto
abdomen dalam mendeteksi obstruksi usus halus. Namun USG amatlah operator dependent,
sehingga keahlian dan pengalaman amat menentukan dalam diagnostik.5

Diagnosis
Obstruksi ileus
Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan propulsi
(pendorongan) isi dari saluran cerna (intestinal content). Kondisi tersebut dapat terjadi dalam
berbagai bentuk baik yang terjadi pada usus halus maupun usus besar (kolon), baik yang
diakibatkan oleh obstruksi mekanik maupun akibat gangguan motilitas karena gangguan
neuromuscular atau proses iskemik.6

Terdapat 2 jenis obstruksi ileus, (1) Non-mekanis (misalnya, ileus paralitik atau ileus
adinamik), peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang memengaruhi
pengendalian otonom motilitas usus. (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau
obstruksi mural yang disebabkan oleh tekanan ekstrinsik. Obstruksi mekanis selanjutnya
digolongkan sebagai obstruksi mekanis simpleks (hanya terdapat satu tempat obstruksi) dan
obstruksi lengkung tertutup (sedikitnya terdapat 2 tempat obstruksi).Obstruksi lengkung tertutup
tidak dapat didekompresi, sehingga tekanan intralumen meningkat cepat dan mengakibatkan
terjadinya penekanan pembuluh darah, iskemia, dan infark (strangulasi).6

Obstruksi ileus termasuk dalam salah satu penyebab tersering dari akut abdomen selain
appendicitis, kolik bilier, kolesistitis, divertikulitis, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal. Dari sudut nyeri abdomen, dapat terjadi karena
rangsangan visceral, rangsangan somatik, dan akibat peristaltik. Pada anamnesis perlu dievaluasi
mengenai nyeri yang disampaikan pasien tersebut apakah nyeri yang disampaikan terlokalisir,
atau sukar ditentukan lokasinya. Adanya nyeri tekan pada pemeriksaan fisik seseorang, juga
menunjukkan bentuk nyeri tersebut. Nyeri tekan biasanya berasal dari nyeri yang melibatkan
serosa. Nyeri ini dapat terjadi akibat infeksi yang kontinyu (terus menerus) serta ulkus lanjut.
Nyeri somatik biasanya nyerinya terlokalisasi.6

Hernia
Hernia, dalam pengelompokannya terdiri dari, hernia reduksibel, jika isi hernia dalam
struktur muskulatur sekitarnya masih dapat digerakkan. Dikatakan ireduksibel atau inkarserata
jika isi hernia tidak dapat direduksi lagi. Jenis hernia yang lainnya adalah, hernia strangulata,
jika hernia tersebut menyebabkan tahanan pada pembuluh darah daerah di sekitarnya. Hernia
eksternal menonjol melewati semua lapisan dinding abdomen, sedangkan hernia internal
merupakan tonjolan usus melalui suatu defek di dalam kavum peritoneal. Selain yang telah
disebutkan diatas, hernia dapat ditentukan berdasarkan letak anatomisnya, salah satunya adalah
hernia pada lipat paha atau hernia inguinal.7

Hernia inguinal adalah tonjolan pada lipat paha yang timbul dengan maneuver valsalva,
diklasifikasikan sebagai direk atau indirek. Periksa pada posisi telentang, ulang langkah-langkah
di atas. Gejala dan manifestasi klinisnya termasuk pembesaran inguinal yang asimptomatik.
Pasien mungkin akan mengeluh dari perasaan penuh atau mengganjal. Batuk dan mengejan akan
memicu timbulnya hernia berukuran kecil. 7

Limfadenopati
Limfadenopati adalah pembesaran getah bening seperti tumor yang biasa terdapat pada
daerah kepala, servikal, supraklavicula, axilla, dan inguinal. Limfadenopati pada kebanyakan
pasien biasa disertai nyeri, tetapi ada juga yang tidak disertai nyeri. Secara umum terdapat
pembesaran lebih dari 1cm, dan merupakan gambaran klinis yang jinak. Konsistensi tumor pada
limfodenopati lunak.7

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:


 Hernia bawaan atau congenital
Pada hernia congenital, sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai akibat
dari perintah atau gangguan proses perkembangan intrauterine. Paten  prosesus vaginalis
adalah salah satu contohnya.
 Hernia dapatan atau akuisita. Terdapat dua tipe hernia akuisita :
a. Hernia primer : terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :
 Struktur yang menembus dinding abdomen. Contoh: seperti pembuluh darah
femoralis yang melalui kanalis femoralis.
 Otot dan aponeurosis yang gagal untuk saling menutup secara normal, seperti
pada regio lumbal.
 Jaringan fibrosa yang secara normal berkembang untuk menutup defek, seperti
pada umbilicus.
b. Hernia Sekunder : terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding, seperti
pada laparatomi dan trauma tusuk.
 Hernia diberi nama menurut letaknya, umumanya diafragma, inguinal, umbilical,
femoral, dan lain-lain.
 Hernia menurut riwayat alamiah dan komplikasi yang terjadi : Riwayat alamiah
perkembangan hernia yaitu pembesaran progresif, regresi yang tidak spontan. Pengecualian
untuk hernia umbilikalis kongenital pada neonatus, dimana orifisium dapat menutup
beberapa tahun setelah lahir.8
Diferensial Diagnosis

1. Hernia Femoralis
Pada hernia inguinalis, leher hernia terletak diatas dan medial terhadap ujung ligamentum.
Pada hernia femoralis, leher hernia terletak di bawah dan lateral terhadap ujung medial
ligamentum inguinale dan tuberkulum pubikum.
2. Hernia Inguinalis Sinistra Stanggulata8
a. Suplai darah untuk isi hernia terputus. Terdapat oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan
jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut; dan sebagai konsekuensinya
peningkatan tekanan vena.
b. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Mukosa usus terlibat dan dinding usus
menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam kantong dan
dari sana menuju pembuluh darah.
c. Usus yang infark dan rentan, mengalami perforasi (biasanya pada leher pada kantong
hernia) dan cairan lumen yang mengandung bakteri keluar menuju rongga peritonial
menyebabkan peritonitis.
3. Ileus Paralitik atau Adinamik8
a. Pada pemeriksaan fisik, peristaltik dihambat dari permulaan dan menyebabkan  bising usus
negatif.
b. Foto rontgen memberikan hasil herring bone (gambaran seperti duri ikan).
4. Limfadenopati
a. Demam
b. Terdapat pembengkakan kalenjar limfe menandakan adanya infeksi bakteri.

Gejala
Gejala utamanya berupa distensi abdomen dan nyeri kolik.
1. Distensi. Cairan dan udara akan mengumpul pada bagian proksimal dari area yang
tersumbat (obstruksi), dan memicu terjadinya distensi usus pada bagian proksimal dan
kolapsnya usus bagian distal obstruksi. Jika obstruksi terjadi pada bagian duodenum atau
proksimal yeyunum maka gejala distensi hampir tidak terjadi, dan isi usus lebih banyak
dimuntahkan. Sementara jika obstruksi letaknya lebih distal maka foto polos abdomen
akan menampilkan gambaran air-fluid level dan akan menyerupai gambaran seperti anak
tangga.6
2. Nyeri. Nyeri pada simple obstruksi bersifat kolik dan umumnya berlokasi di regio
periumbilical. Gejala ini dapat disertai dengan meningkatnya suara peristaltik usus.6

3. Gangguan cairan dan elektrolit. Obstruksi usus halus pada bagian yang lebih proksimal
akan menimbulkan gejala awal berupa muntah yang berat, dan gangguan elektrolit.
Gangguan elektrolit ini akan memicu hipokalemia, hikloremia, dan alkalosis metabolik.
Dapat pula terjadi asidosis metabolik yang disertai dengan dehidrasi berat. Pada kasus
obstruksi usus halus yang lebih distal, cairan yang hilang dan masuk ke dalam lumen usus
serta rongga peritoneum merupakan cairan iso-osmotik, sehingga tidak langsung
menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit. Gangguan elektrolit biasanya muncul
kemudian.6

Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini
ada tiga penyebab, yaitu: peninggian tekanan intra abdomen yang berulang seperti kelebihan
berat badan, sering mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran  badan,
sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencing, adanya
tumor yang mengakibatkan sumbatan usus, batuk yang kronis dikarenakan infeksi,  bronchitis,
asthma, emphysema, alergi, kehamilan dan terjadinya ascites. Selain itu, adanya kelemahan
jaringan/otot dan tersedianya kantong sejak dari bayi turut menyebabkan hernia inguinalis.8
Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya obstruksi ileus:
1. Perlengketan : Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau
pada jaringan parut setelah pembedahanab domen.

2. Intususepsi : Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen
berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling
sering terjadi pada anaka-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam
dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar
(colon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus : Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gelungan usus yang terjadi amat
distensi. Keadaan ini dapat juga terjadi pada usus halus yang terputar pada mesentriumnya.

4. Hernia : Protrusi usus atau penonjolan melalui area yang lemah dalam usus atau dinding
dan otot abdomen.

5. Tumor : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus.

Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab


timbulnya hernia inguinalis. Disepakati adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia
inguinalis yaitu meliputi:
a. Processus vaginalis persistent
Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru terdiagnosis sebelum
pasien mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik menunjukkan bahwa 20% laki-laki
yang masih mempunyai processus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi
hernia inguinalis6

b. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang


Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa terbahak-
bahak, partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma kolon, sirosis dengan asites,
splenomegali massif merupakan factor resiko terjadinya hernia inguinalis. Pada asites,
keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang menjalani peritoneal dialisa
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga membuka kembali processus
vaginalis sehingga terjadi hernia indirect.

c. Lemahnya otot-otot dinding abdomen

Epidemiologi
Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan 58% kasus
obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia strangulata adalah salah satu keadaan
darurat yang sering dijumpai oleh dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus
terbanyak. Mc Iver mencatat 44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna
yang mengalami strangulasi..

Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan, sebagai
akibat dari operasi yang dilakukan. Dari laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya
sekali operasi intra abdomen, terjadi adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus
merupakan salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di negara maju, adhesi intraabdomen
merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi. Untuk
obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.6

Patofisiologi
Karena terdapat obstruksi pada usus, maka usus di bagian distal menjadi kolaps,
sementara bagian proksimalnya berdilatasi. Usus yang berdilatasi ini menyebabkan
penumpukan cairan dan gas. Distensi usus ini juga bisa membahayakan karena bisa menekan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemik.7

Distensi usus juga menyebabkan perubahan ekologi di susu itu sendiri, seperti kuman
yang ada di susu bisa tumbuh berlebihan sehingga bisa terjadi translokasi kuman itu sendiri.
Obstruksi yang terjadi ini juga bisa menyebabkan muntah yang menyebabkan air dan elektrolit
lolos dari tubuh, sehingga bisa terjadi syok. Bukan hanya elektrolit saja yang bisa lolos, namun
juga zat bersifat toksik yang ada di usus dapat lolos ke sirkulasi sistemik, sehingga bisa
berkembang juga menjadi peritonitis.7

Penatalaksanaan
Dasar pengobatan obstruksi usus halus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan
(bersifat konservatif dan suportif), menghilangkan peregangan dan muntah dengan melakukan
intubasi dan dekompresi (pemasangan pipa nasogastrik), memperbaiki peritonitis dan syok (bila
ada), mengobati kausa atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat, dan
menghilangkan obstruksi untuk memulihkan kontinuitas dan fungsi usus kembali normal.8

Pada preoperasi pasien dipuasakan dan dilakukan pemasangan NGT, disertai dengan
resusistasi cairan dan elektrolit. Defisit cairan dapat dikoreksi dengan NaCl fisiologis atau ringer
laktat. Foley kateter dipasang untuk menilai kecukupan urin. Jika terjadi dehidrasi berat atau
pada pasien dengan problem cardiovaskular, dilakukan pemasangan CVP. Jika urin pasca
rehidrasi telah mencapai normal, maka segera lakukan pemberian KCl, karena rehidrasi dalam
jumlah banyak dapat menyebabkan hipokalemia. Jika keputusan operasi telah dibuat, maka
pemberian analgetik berupa morfin atau petidin dapat dilakukan. Antibiotik spektrum luas juga
harus diberikan.8

Indikasi operasi adalah pasien dengan ileus obstruksi usus total, atau obstruksi yang
disertai adanya tanda-tanda strangulasi, atau pasien dengan obstruksi simple yang tidak
mengalami resolusi setelah 24-48 jam pemasangan NGT dan rehidrasi. Semua sepakat bahwa
pasien ileus obstruksi yang disertai dengan gejala peritonitis harus dilakukan operasi emergensi.
Waktu optimal untuk operasi adalah segera setelah resusistasi cairan dan elektrolit selesai
dilakukan. Pada saat eksplorasi; cara mudah untuk menemukan area obstruksi adalah dengan
mengidentifikasi usus yang kolaps dan ditelusuri ke arah proksimal sampai pada area obstruksi
dan bagian proksimal yang mengalami distensi.8

Jika penyebab obstruksi hernia inguinal, maka insisi hernia standar dapat dilakukan.
Adalah hal yang penting untuk menilai viabilitas usus pada hernia inguinal atau femoral. Artinya
jika hernia mengalami reduksi spontan setelah dilakukan anastesi, maka laparotomi dengan insisi
midline mutlak harus dikerjakan. Jika memungkinkan, reseksi dapat dilakukan pada insisi
standar hernia. Sejak berkembangnya operasi minimal invasif, ahli bedah dapat melakukan
pendekatan laparoskopi pada pasien-pasien obstruksi usus halus. Band adhesive yang simple
dapat direlease dengan teknik laparoskopi. Harus diperhatikan pada saat insersi trokar mengingat
kondisi usus yang distensi.8

Penatalaksanaan

A. Konservatif7,8
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh lagi.
 Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan
pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai
kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher
hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang lainnya
memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia
inguinalis irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres
dingin, penderita diberi penenang valium 10 mL supaya pasien tidur, posisi tidur
trendelenburg. Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari  berikutnya.
 Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan sklerotik  berupa alkohol
atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei.
 Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Berikut merupakan indikasi operasi.
1. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek.
2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari 6 kg.
Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa  procain dengan dosis
rnaksimum 200cc. Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi  berbentuk belah
ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5% dengan epinefrin.
3 Tahap Operasi pada Hernia
1. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi ke
cavum abdominalis.
2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon.
3. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan lokus
minnoris resistentiae.
Operasi pada Hernia Inguinalis Lateralis
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar
ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus.
Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8cm. Pada
anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20cc. Setelah kulit dibuka,
subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus
yang merupakan dinding depan canalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentum inguinale.
Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus. Di dalam canalis inguinalis
terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus
spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa,
dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua
buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus)
tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak
jelas. Kemudian usus dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada
kantong ke proksimal sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum
pada hernia yang besar (karena  bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang
kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian
ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris
resistantiae masih ada, perlu dilakukan hernioplasty.
C. Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh lagi.
 Reposisi
Suatu usaha atau tindakan untuk memasukkan atau mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritoneum atau abdomen secara hati-hati dan dengan tekanan yang lembut dan
pasti. Reposisi ini dilakukan pada hernia inguinalis yang reponibel dengan cara memakai
kedua tangan. Tangan yang satu memegang lekuk yang sesuai dengan pintunya (leher
hernia diraba secara hati-hati, pintu dilebarkan), sedangkan tangan yang lainnya
memasukkan isi hernia melalui pintu tersebut. Reposisi ini kadang dilakukan pada hernia
inguinalis irreponibel pada pasien yang takut operasi. Caranya, bagian hernia dikompres
dingin, penderita diberi penenang valium 10 mL supaya pasien tidur, posisi tidur
trendelenburg. Hal ini rnemudahkan memasukkan isi hernianya. Jika gagal tidak boleh
dipaksakan, lebih baik dilakukan operasi pada hari  berikutnya.
 Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan sklerotik  berupa alkohol
atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia mengalami sklerosis atau
penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi dari cavum peritonei.
 Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
D. Operatif7,8
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Berikut merupakan indikasi operasi.
3. Hernia inguinalis yang mengalami inkarserata, meskipun keadaan umum jelek.
4. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih dari 6 kg.
Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa  procain dengan dosis
rnaksimum 200cc. Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi  berbentuk belah
ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5% dengan epinefrin.6
3 Tahap Operasi pada Hernia
4. Herniotomy yaitu membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi ke
cavum abdominalis.
5. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon.
6. Hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan lokus
minnoris resistentiae.
Operasi pada Hernia Inguinalis Lateralis
Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar
ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis internus.
Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8cm. Pada
anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20cc. Setelah kulit dibuka,
subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus obliqus eksternus
yang merupakan dinding depan canalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial ligamentum inguinale.
Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus. Di dalam canalis inguinalis
terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster. Otot ini disiangi sampai funikulus
spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa,
dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua
buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus)
tidak terpotong. Kantong yang terbuka lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak
jelas. Kemudian usus dikembalikan ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada
kantong ke proksimal sampai leher hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum
pada hernia yang besar (karena  bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang
kecil sisa kantong tersebut dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian
ditanamkan di bawah conjoint tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris
resistantiae masih ada, perlu dilakukan hernioplasty.

Komplikasi
Komplikasi yang bisa didapat dari obstruksi ileus bila tidak ditangani secara tepat dan
cepat yaitu syok hipovolemik dan terjadinya peritonitis.6

Prognosis
Prognosis dari penyakit ini biasanya baik, dan tingkat mortalitasnya kecil. Namun hal
tersebut tergantung juga dari etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat
muda ataupun tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas.6

Kesimpulan
Obstruktif et causa Hernia Inguinalis Inkarserata merupakan obstruksi intestine yang
disebabkan oleh hernia. Ileus obstruksi dapat diartikan sebagai kegagalan usus untuk melakukan
propulsi isi dari saluran cerna. Hernia sendiri merupakan suatu penonjolan yang abnormal organ
atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Penyakit ini ditandai
dengan distensi, nyeri, serta gangguan cairan dan elektrolit. Tatalaksananya ialah mengkoreksi
keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah, serta dioperasi jika
ada indikasi untuk operasi seperti terjadi obstruksi total dari usus
Daftar pustaka

1. Bickley LS. Anamnesis. Bates’ guide to physical examination and history taking.
International edition. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Wolters Kluwer Health;
2009.p.30-5.
2. C. Palanivelu. Operative manual of laparoscopic hernia surgery. Edisi I. PenerbitGEM
Foundation. 2004. Hal 39-58
3. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita selekta kedokteran. Edisi
iii, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta.2000. Hal313-317
4. Riwanto I, Ahmad HH, John P, Tadjuddin T, Ibrahim A. Usus halus, appendiks, kolon dan
anorektum. Dalam: Sjamsuhidajat-de Jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC;
2010.h. 738-59.
5. Patel PR. Radiologi. Jakarta: Erlangga;2006. h.121-3.
6. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan terapi.Jakarta: Buku Kedokteran EGC;2003.h
7. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah.1st ed. Jakarta: EGC; 1997.p.700-18.
8. Henry MM, Thompson JN. Principles of surgery. 2nd ed. Elsevier Saunders; 2005.p.431-45.

Anda mungkin juga menyukai