Anda di halaman 1dari 21

Presentasi Kasus

April 2021

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun oleh :
Silvia Ardila (112017162)

Pembimbing :
dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen KridaWacana
RSUD Tarakan Jakarta Pusat
Periode 15 Maret 2021 - 17 April 2021
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari / Tanggal Presentasi Kasus : 13 April 2021
SMF ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT: RSUD TARAKAN JAKARTA

Nama : Silvia Ardila Tanda Tangan


NIM : 112017162
………………
Dr Pembimbing : dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ
………………

Nomor Rekam Medis : 0146XXX


Nama Pasien : Nn. AA
Nama Dokter yang Merawat : dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ
Datang ke RS pada Tanggal : 06 April 2021, pukul 10:30 WIB
Rujukan/Datang Sendiri/Keluarga : Datang sendiri
Ruang : Poliklinik Psikiatri

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. AA
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 23 Tahun
Tanggal lahir : 04 Agustus 1997
Suku bangsa : Jawa
Bahasa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Penata Anastesi
Status Perkawinan : Belum menikah
Alamat : Koja, Jakarta Utara

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis : Selasa, 06 April 2021 pukul 10:30 WIB
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke poliklinik psikiatri dengan keluhan nyeri dada

B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG


Pada tahun 2018 saat pasien masih kuliah, pasien pernah merasakan sedih yang
dirasakan sepanjang hari dikarenakan ada keterlambatan penyusunan tugas akhir.
Pasien juga merasakan gagal dan merasa ingin menyendiri saja. Namun nafsu makan
masih baik dan tidak ada pikiran ingin mengakhiri hidupnya. Keluhan perasaan sedih
tersebut dirasakan lebih dari 6 bulan, setelah itu berangsur membaik.
Pada bulan desember 2019 pasien merasakan keluhan pertama kali berupa nyeri
dada sampai sesak dan terasa seperti tercekik dan demam. Keluhan tersebut muncul
setelah pasien mendapatkan kabar buruk, namun pasien tidak mau menjelaskan kabar
buruk tersebut. Pasien memutuskan berobat ke poliklinik jantung karena keluhan nyeri
dadanya. Keluhan tersebut di diagnosa dokter adanya kelainan katup jantung, lalu
pasien rutin minum obat Bisoprolol. Setelah minum obat rutin pasien merasakan
terdapat perbaikan sedikit namun keluhannya masih dirasakan dan hal tersebut
membuat pasien merasa cemas.
Pada bulan januari 2021 pasien terkonfirmasi Covid-19 dan dirawat di wisma
atlet Jakarta. Pada saat itu pasien cemas dengan kondisinya dan merasakan nyeri dada
makin berat, mual hingga muntah. Lalu pasien berobat lagi ke poliklinik jantung,
namun diagnosanya masih sama yaitu adanya kelainan katup jantung, dan masih diberi
obat yang sama yaitu bisoprolol namun dosisnya diturunkan dari yang pertama.
Pada bulan maret 2021 pasien merasakan sedih lalu nyeri dada seperti tercekik,
badan gemetaran, dan jantung berdebar sebanyak 2 kali. Keluhan nyeri dada dirasakan
sekitar 5 menitan dan munculnya tidak menentu. Hal tersebut dirasakan pasien setelah
bertengkar dengan pacarnya dan membuat mood pasien turun cenderung murung dan
sedih sampai ingin menangis.
Pada saat ini pasien mengeluhkan keluhannya pada tanggal 29 maret 2021
pasien mengalami nyeri dadanya hingga membuat panik, tangan terasa linu, kepala
sakit, dada berdebar, pasien susah tidur karena gelisah, bila terbangun terasa badan
capek, dan pasien sangat cemas setiap hari pada kondisinya.
Situasi lain yang membuat pasien cemas yaitu pasien takut sendirian, takut tidak
punya teman, dan takut ditinggal. Namun keluhan cemas ini tidak mengganggu
pekerjaannya sebagai penata anastesi, pasien masih bisa bekerja seperti biasa.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
Pasein tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
2. Kondisi medis umum
Pasien memiliki kelainan katup jantung
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif dan alkohol
Pasien tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif, namun pasien pernah minum
minuman beralkohol 2 kali di tahun 2011.
4. Riwayat gangguan sebelumnya

Maret 2021
Tahun 2018 - Sedih
Desember 2019 Januari 2021
- Merasakan - Nyeri dada
gagal dan ingin - Kaget nyeri dada - Covid-19 (+)
sampai sesak, lalu ke - Panik sampai
menyendiri saja - Nyeri dada muntah
dokter jantung di
- Merasakan EKG, Echo à makin berat, - Tangan terasa linu
sedih sepanjang Kelainan katup mual dan
hari dirasakan muntah - Kepala sakit
jantung
sampai 6 bulan - Dada berdebar
- Susah tidur

Nyeri dada terjadi

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat perkembangan fisik
Pasien adalah anak ke-2 dari 3 orang bersaudara. Saat ibu pasien mengandung
pasien tidak ada masalah. Pasien lahir dengan persalinan normal di rumah sakit
dan dibantu oleh dokter.
2. Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa kanak-kanak
Pasien diasuh oleh orang tua kandungnya. Perkembangan sesuai usia. Pasien
memiliki banyak teman dan tidak ada masalah dalam pertemanannya.
b. Masa remaja
Pasien memiliki banyak teman semasa remajanya.
c. Masa dewasa
Pasien memiliki banyak teman, dan mudah bergaul.
3. Riwayat pendidikan
Pendidikan pasien dari SD, SMP, SMA selalu naik tingkat dan mendapatkan
ranking, pendidikan terakhir pasien D3, namun pada saat mengambil D3 pasien
mengalami keterlambatan.
4. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai penata anastesi di salah satu rumah sakit besar di Jakarta.
Pekerjaannya dilakukan pasien secara shift.
5. Kehidupan beragama
Pasien taat beribadah, mengerjakan solat setiap harinya.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Berdasarkan autoanamnesis pasien belum menikah. Interaksi sosial pasien baik
tidak memiliki masalah dengan keluarga, teman dan lingkungannya, namun pada
saat ini pasien sedang bertengkar dengan pacarnya.

E. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan:

: Laki-laki sehat
: Perempuan sehat
: Pasien

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien tinggal di kost bersama 1 orang temannya. Dikarenakan pasien bekerja
dijakarta sendiri. Keluarga pasien semuanya tinggal di bandung. Situasi pasien saat ini
tidak mengganggu pekerjaannya sebagai penata anastesi, pasien masih bisa bekerja.
III. STATUS MENTAL
Berdasarkan pemeriksaan pada tanggal 06 April 2021
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang perempuan berusia 23 tahun, penampilan sesuai usia, berpakaian rapi,
perawatan diri baik, kontak visual dan verbalnya baik.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium / neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tidak tampak terganggu.
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a. Sebelum wawancara : Pasien duduk dengan tenang di depan ruangan
pemeriksaan sambil menunggu dipanggil masuk ruang pemeriksaan.
b. Selama wawancara : Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan,
pasien tampak cemas, dan berbicara dengan volume suara yang cukup.
c. Setelah wawancara : Pasien mengucapkan terima kasih.
4. Sikap terhadap pemeriksa: Pasien kooperatif, mau diajak bekerja sama untuk
menjawab pertanyaan.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Spontan, reaksi terhadap pertanyaan baik, artikulasi
jelas, volume cukup.
b. Gangguan berbicara : Tidak ada.

B. ALAM PERASAAN (EMOSI)


1. Suasana perasaan (mood) : Cemas
2. Afek
a. Arus : Koheren
b. Stabilisasi : Stabil
c. Kedalaman : Dalam
d. Skala diferensiasi : Terbatas
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian impuls : Kuat
g. Ekspresi : Cemas
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Tidak dapat dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)


1. Taraf pendidikan : lulusan D3
2. Pengetahuan umum : Baik
3. Kecerdasan : Baik
4. Konsentrasi : Baik
5. Orientasi
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
6. Daya ingat
a. Tingkat
• Jangka panjang : Baik
• Jangka pendek : Baik
• Segera : Baik
b. Gangguan : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif : Baik
8. Visuospatial : Tidak dinilai
9. Bakat kreatif : Tidak dinilai
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik, karena pasien mau mengikuti terapi
yang diberikan oleh dokter dan mempunyai semangat untuk sembuh.

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
• Produktivitas : Pasien berbicara spontan, tanpa hambatan.
• Kontinuitas : Koheren
• Hendaya bahasa : Tidak ada
2. Isi pikir
• Preokupasi dalam pikiran : Pasien takut sendiri, ketakutan ditinggalkan oleh
orang yang dekat dengannya
• Waham : Tidak ada
• Obsesi : Tidak ada
• Fobia : Tidak ada
• Gagasan rujukan : Tidak ada
• Gagasan pengaruh : Tidak ada
• Idea of suicide : Tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik, Terkendali

G. DAYA NILAI
• Daya nilai sosial : Baik
• Uji daya nilai : Baik
• Daya nilai realitas : Baik

H. TILIKAN : Derajat 4 (pasien sadar bahwa penyakitnya


disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri sendiri)

I. RELIABILITAS : Baik.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
• Keadaan umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
• Tekanan darah : 101/72 mmHg.
• Nadi : 77 x/ menit.
• Suhu badan : 36,5° C.
• Frekuensi napas : 20 x/menit.
• Bentuk tubuh : Normal
• Sistem kardiovaskular : Tidak dilakukan
• Sistem repiratorius : Tidak dilakukan
• Sistem gastro-intestinal : Tidak dilakukan
• Sistem musculo-skeletal : Tidak dilakukan

B. STATUS NEUROLOGIK
• Saraf cranial (I-XII) : Tidak dilakukan
• Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
• Mata : Tidak dilakukan
• Pupil : Tidak dilakukan
• Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
• Motorik : Tidak dilakukan
• Sensibilitas : Tidak dilakukan
• Sistem saraf vegetatif : Tidak dilakukan
• Fungsi luhur : Baik
• Gangguan khusus : Tidak ada

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Seorang perempuan berusia 23 tahun, berpakaian rapi, perawatan diri baik dan
penampilan sesuai dengan usia. Kesadaran compos mentis. Pada tahun 2018 os merasakan
kegagalan yang membuat pasien sedih sepanjang hari lebih dari 6 bulan dan membuat os
ingin menyendiri. Namun nafsu makan masih baik dan pasien tidak ada pikiran untuk
mengakhiri hidupnya. Pada desember 2019 keluhan nyeri dada sampai sesak dan seperti
tercekik dan demam muncul setelah os mendapatkan kabar buruk. Keluhan ini membuat
os cemas oleh karena itu os memeriksakan dirinya ke dokter jantung dan didiagnosa
kelainan katup jantung, maka os diberi obat bisoprolol dan diminum rutin sampai saat ini.
Pada Januari 2021 os terkonfirmasi (+) Covid-19, pada saat itu os merasakan kembali
cemas dengan kondisinya, merasakan nyeri dada yang memberat dan terdapat mual hingga
muntah, lalu badan os menjadi gemetar. Pada bulan maret 2021 os sedih sampai ingin
menangis dan membuat mood os turun cenderung murung, lalu os mengalami nyeri dada
hingga panik, tangan terasa ngilu, kepala sakit, dada berdebar, os susah tidur karena
gelisah, sehingga os sangat cemas yang dirasakan sepanjang waktu karena kondisinya. Hal
tersebut terjadi setelah os bertengkar dengan pacarnya. Situasi lain yang membuat os
cemas yaitu os takut sendirian, takut tidak punya teman, dan takut ditinggal. Namun
keluhan cemas ini tidak mengganggu pekerjaannya sebagai penata anastesi, os masih bisa
bekerja.
Pada status mental didapatkan mood os cemas, karena pasien merasakan perasaan
takut pada kondisinya. Afek terbatas, karena ekspresi wajah dan bahasa tubuh os kurang
bervariasi. Serasi, os dapat memberikan gambaran ekspresi cemas dan suasana yang
dihayatinya dengan serasi. Isi pikir terdapat adanya preokupasi terhadap ketakutan sendiri,
ketakutan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya. Tilikan pasien derajat 4.

VII.FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada Aksis I, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan
adanya gejala berupa perasaan sedih, nyeri dada, sesak nafas seperti tercekik, badan
gemetar. Hal ini membuat pasien merasa cemas yang dirasakan sepanjang waktu selama 1
tahun ini, rasa takut akan kondisinya, susah tidur karena gelisah, terasa badan lemas
sepanjang hari. Maka berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis gangguan cemas menyeluruh
(F41.1). Dapat didiagnosis banding dengan gangguan panik (F41.0), episode depresif
ringan (F32.0), dan gangguan depresif berulang episode kini ringan (F33.0).
Pada Aksis II, ciri kepribadian pada pasien ini adalah kepribadian dependen. dengan
ciri perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian, dan adanya preokupasi
dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya.
Pada Aksis III, pasien memiliki kelainan katup jantung yang didiagnosa dokter
jantung pada desember 2019.
Pada Aksis IV, pasien tinggal di kost bersama 1 orang temannya dan hubungannya
baik tidak pernah ada masalah. Pasien mudah bergaul dan mudah beradaptasi. Namun saat
ini hubungan pasien dengan pacarnya kurang baik.
Pada Aksis V, GAF current 75 : keluhan yang di rasakan masih mampu untuk
menjalani aktifitas sehari-hari. Pada GAF HLPY 85 : gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
VIII. DIAGNOSTIK MULTIAKSIAL
Aksis I F41.1 Gangguan cemas menyeluruh

Aksis II Ciri kepribadian dependen

Aksis III Kelainan katup jantung

Aksis IV Masalah dengan pacar

Aksis V GAF current 75, dan GAF HLPY 85

IX. DAFTAR MASALAH


• Biologi : Kelainan katup jantung.
• Psikologi : Terdapat rasa sedih dan cemas, takut tidak bisa sembuh, dan
takut sendiri.
• Sosial : Saat ini pasien sedang bertengkar dengan pacarnya.

X. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
R/ Fluoxetin 1 x 10 mg
R/ Clobazam 2 x 2,5 mg
2. Non Farmakologi
- Psikoterapi suportif
Ventilasi : Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.
Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang
penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara
menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur
Sosioterapi : Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang terdekat pasein
tentang keadaan pasien agar tercipta dukungan sosial sehingga membantu proses
penyembuhan pasien sendiri.
3. Edukasi
Minum obat secara teratur dan evaluasi kembali selama 2 minggu mengenai diagnosis
dan rencana terapi lanjutan.
XI. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Bonam, karena perasaan pasien tidak ada pikiran untuk bunuh
diri.
• Quo ad functionam : Dubia ad bonam, karena secara fungsi masih baik, pekerjaannya
masih bisa dilakukan.
• Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam, karena pasien menyadari dia sakit dan
berusaha untuk mengatasinya.
XII. DISKUSI

A. Definisi Gangguan cemas menyeluruh


Gangguan cemas menyeluruh (GCM) merupakan kondisi gangguan yang ditandai
dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang
tidak realistis terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kecemasan yang
dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik
(misalnya ketegangan otot, iritabilitas, sulit tidur, gelisah) sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.1

B. Epidemiologi
Prevalensi gangguan cemas menyeluruh dalam satu tahun diperkirakan 3-8%. Studi
lainnya National Comorbidity Study melaporkan 1 dari 4 orang memenuhi setidaknya
salah satu kriteria gangguan cemas. Studi ini juga melaporkan prevalensi gangguan cemas
cukup tinggi yakni 17,7%.2,3

Gangguan cemas menyeluruh lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria
dengan perbandingan 2:1. Onset usia pertama kali gangguan cemas menyeluruh
terdiagnosis sulit untuk ditentukan, namun biasanya pasien datang mencari pengobatan
dan membutuhkan perawatan pada usia 20 tahun walaupun gangguan cemas menyeluruh
dapat terjadi pada usia berapapun.3

C. Etiologi
Empat teori yang menyatakan etiologi terjadinya gangguan cemas menyeluruh :4
1. Teori biologi : area otak yang diduga terlibat pada timbulnya gangguan cemas
menyeluruh adalah lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi
di otak. Basal ganglia, system limbik dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat
pada timbulnya gangguan cemas menyeluruh. Pada pasien gangguan cemas
menyeluruh ditemukan system seretonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang
berkaitan adalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamate, kolesistokinin.4
2. Teori genetik : Pada sebuah studi didapakan terdapat hubungan genetik pasien
gangguan cemas menyeluruh dengan depresi mayor pada pasien wanita. Sekitar 25%
dari tingkat pertama keluarga gangguan cemas menyeluruh mengalami keluhan yang
sama. Sedangkan pada kembar monozigotik didapatkan 50 persen dan pada kembar
zigotik sebesar 15 persen.4
3. Teori psikoanalitik : menghipotesakan bahwa anxietas terjadi akibat konflik bawah
sadar yang tidak terselesaikan. Pada umumnya terjadi akibat perpisahan dengan objek
yang dicintai dan juga ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan
pandangannua sendiri.4
4. Teori kognitif-perilaku : Penderita gangguan cemas menyeluruh berespons salah dan
tidak tepat terhadap ancaman dikarenakan pasien lebih memusatkan masalah terhadap
hal negative akan masalah tersebut, hal ini dikarenakan adanua distorsi pada saat
pemprosesan informasi.4

D. Manifestasi klinis
Gambaran klinis bervariasi, diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh ditegakkan
apabila dijumpai gejala utama anxietas yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
pasien. Gejala ketegangan motorik, misalnya bergetar, kelelahan, sakit kepala. Gejala
hiperaktivitas onotom timbul seperti napas pendek, berkeringat, palpitasi, gejala saluran
pencernaan. Terdapat juga gejala kewaspadaan secara kognitif dalam bentuk iritabilitas.4
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:
Tabel 1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:1
Ketegangan Motorik - Kedutan otot/ rasa gemetar
- Otot tegang/kaku/pegal
- Tidak bisa diam
- Mudah menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik - Nafas pendek/terasa berat
- Jantung berdebar-debar
- Telapak tangan basah/dingin
- Mulut kering
- Kepala pusing/rasa melayang
- Mual, mencret, perut tak enak
- Muka panas/ badan menggigil
- Buang air kecil lebih sering
Kewaspadaan berlebihan dan - Perasaan jadi peka/mudah ngilu
Penangkapan berkurang - Mudah terkejut/kaget
- Sulit konsentrasi pikiran
- Sukar tidur
- Mudah tersinggung

E. Diagnosis
1. Diagnosis GCM menurut PPDGJ-III ditegakkan berdasarkan :1,3
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”).
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
berkonsentrasi, dsb)
b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
• Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatic berulang yang menonjol.
• Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F.32.-), gangguan anxietas fobik (F.40.-), gangguan panik (F42.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F.42.-) 1,3

2. Kriteria Diagnostik GCM menurut DSM-V sebagai berikut :5


• Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjang hari, terjadi sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah).
• Individu sulit untuk mengendalikan kecemasan dan kekhawatiran.
• Kecemasan diasosiasikan dengan 6 gejala berikut ini (dengan sekurang-
kurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak selama 6 bulan
terakhir), yaitu kegelisahan, mudah lelah, sulit berkonsentrasi atau pikiran kosong,
iritabilitas, ketegangan otot, dan gangguan tidur (sulit tidur, tidur gelisah atau
tidak memuaskan).
• Kecemasan, kekhwatiran, atau gejala fisik menyebabkan distress atau
terganggunya fungsi sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya.
• Gangguan tidak berasal dari zat yang memberikan efek pada fisiologis (memakai
obat-obatan) atau kondisi medis lainnya (seperti hipertiroid).
• Gangguan tidak dapat dijelaskan lebih baik oleh gangguan mental lainnya (seperti
kecemasan dalam gangguan panik atau evaluasi negatif pada gangguan
kecemasan sosial atau sosial fobia, kontaminasi atau obsesi lainnya pada
gangguan obsesif-kompulsif, mengingat kejadian traumatik pada gangguan stress
pasca traumatik, pertambahan berat badan pada anorexia nervosa, komplin fisik
pada gangguan gejala somatik atau delusi pada gangguan schizophreniaor).1,3

F. Diagnosis Banding5
1. Gangguan panik (F41.0)5
- Tidak ditemukan gangguan anxietas fobik
- pasien terdapat adanya serangan anxietas berat (nyeri dada sampai sesak serta
merasa tercekik) dalam masa 1 bulan
- Muncul pada keadaan tidak berbahaya
- Muncul pada keadaan tidak terduga
2. Episode depresif ringan (F32.0)5
- Terdapat minimal 2 dari 3 gejala utama (afek depresif, kehilangan kegembiraan,
dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah)
- Minimal 2 gejala lainnya (harga diri dan kepercayaan berkurang, gagasan tentang
rasa bersalah dan tidak berguna, dn tidur terganggu)
- Tidak ada gejala berat
- adanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan namun masih bisa dilakukannya
3. Gangguan depresif berulang episode kini ringan (F33.0)5
- pasien dikriteriakan dalam episode depresi ringan dengan rata- rata lamanya lebih
dari 6 bulan
- tidak ada riwayat episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas yang
memenuhi kriteria mania.
- Pemulihan sempurna diantara episode
- Perasaan sedih ini dirasakan pertama kali saat ada permasalahan
- Untuk saat ini keluhan memenuhi kriteria ringan namun untuk keluhan
sebelumnya perlu di evaluasi lebih lanjut
- Untuk kriteria sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing
selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tidak ditemukan
pada pasien ini.

G. Tatalaksana
v Farmakoterapi
Tabel 2. Rekomendasi pengobatan menurut Canadian Psychitatric association.6

Tabel 3. Obat Anti Anxietas (Minor Tranquillizers)7


Nama Generik Nama Dagang
Diazepam Valium, Valisanbe, Validex, Stezolid, Mentalium,
Lovium, Diazepin, Prozepam, Trankinon, Trazep,
Valdimex.
Clobazam Frisium, Clobazam Dexamedica, Asabium, Clobium,
Proclozam.
Bromazepam Lexotan
Lorazepam Ativan, Merlopam, Renaquil
Buspirone HCL Buspar, Tran-Q, Xiety
Meprobamate Medicar
Alprazolam Xanax, Alganax, Frixitas, Calmlet, Alviz, Atarax,
Feprax, Zypraz
Chlordiazepoxide HCL Arsitran, Cetabrium, Tensiyl
Oxazolam Serenal-10
Hydroxyzine HCL Iterax
Kava-kava rhizome Laikan

Jenis Obat Anti Cemas.8

1. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs)


SSRI biasanya diindikasikan untuk pengobatan depresi, dianggap sebagai terapi
lini pertama untuk gangguan anxietas. Kelompok obat ini diantaranya fluoxetine,
sertraline, citalopram, escitalopram, fluvoxamine, paroxetine dan vilazodone.
Mekanisme penting dari kelompok obat-obatan tersebut yaitu menghambat
transporter serotonin dan menyebabkan desensitisasi reseptor serotonin
postsinaptik, sehingga menormalkan aktivitas jalur serotonergik.8
2. Serotonin-Norepinephrine Reuptake Inhibitors (SNRIs)
SNRI yang menghambat transporter serotonin dan norepinefrin, termasuk
venlafaxine, desvenlafaxine, dan duloxetine. SNRI biasanya digunakan apabila
terjadi kegagalan atau respon yang tidak adekuat terhadap SSRI Tanggapan pasien
terhadap SNRI sangat bervariasi, beberapa pasien mungkin mengalami eksaserbasi
gejala fisiologis anxietas sebagai akibat dari peningkatan sinyal mediasi
norepinefrin yang disebabkan oleh penghambatan transporter norepinefrin. Untuk
pasien yang tidak mengalami efek ini, peningkatan tonus noradrenergik dapat
berkontribusi terhadap efikasi ansiolitik dari obat-obatan ini.8
3. Benzodiazepines
Meskipun benzodiazepin banyak digunakan pada zaman dahulu untuk mengobati
kondisi anxietas, tetapi tidak lagi dianggap sebagai terapi lini pertama karena
menimbulkan efek samping yang merugikan, jika digunakan dalam waktu yang
lama dan dosis yang tinggi. Oleh karena itu, penggunaan benzodiazepin hanya
terbatas untuk pengobatan jangka pendek anxietas akut.8
4. Tricyclic Antidepressants
Semua tricyclic antidepressants (TCAs) berfungsi sebagai inhibitor reuptake
norepinefrin, dan beberapa sebagai penghambat reuptake serotonin. Meskipun
beberapa golongan dari obat ini efikasinya sebanding dengan SSRI atau SNRI
untuk mengobati anxietas, TCA menimbulkan lebih banyak efek samping dan
berpotensi mematikan jika overdosis. Untuk alasan ini, TCA jarang digunakan
dalam pengobatan gangguan anxietas. Kecuali clomipramine yang mungkin lebih
berkhasiat daripada SSRI atau SNRI pada pasien dengan OCD.8

v Non Farmakoterapi
Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi dapat didefinisikan sebagai terapi pengobatan yang
dilakukan oleh seseorang yang terlatih secara khusus dan telah menjalin hubungan kerja
sama dengan pasien secara professional untuk membantu masalah pasien. Tujuan dari
psikoterapi sendiri untuk menghilangkan maupun menghambat gejala-gejala yang di
alami pasien guna memberikan peningkatan kualitas hidup dan semangat pasien.9,10
Pengobatan Psikoterapi sangat dianjurkan karena sifatnya yang tidak adiktif,
pemberian psikoterapi yang baik juga dapat meningkatkan tingkat kesembuhan pasien.
Pengobatan psikoterapi yang optimal didukung dengan pemberian obat anti cemas yang
tepat dapat memberikan perbaikan yang lebih cepat serta mengurangi efek dari
ketergantungan benzodiazepine.10

Jenis-Jenis Psikoterapi :9
1. Psikoterapi Suportif :
Bertujuan untuk mendukung fungsi ego atau memperkuat mekanisme defensif
yang ada, memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang lebih
baru atau baik.
2. Psikoterapi Reedukatif :
Bertujuan untuk mengubah pola perilaku sehari – hari yang telah menjadi
kebiasaan dengan kebiasaan baru yang lebih baik dan menguntungkan.
3. Psikoterapi rekonstruktif :
Bertujuan untuk mencapai tilikan akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha
untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang.
KESIMPULAN

Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan psikiatrik yang ditandai dengan


kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan, tidak rasional dan tidak realistis terhadap
peristiwa yang terjadi sehari-hari. Kecemasan dan kekhawatiran ini terjadi sepanjang hari
setidaknya dalam 6 bulan terakhir. Kecemasan yang terjadi sulit untuk dikendalikan dan
menyebabkan gangguan yang jelas pada penderita dan gangguan bermakna dalam fungsi sosial
dan pekerjaan. Gangguan cemas menyeluruh dapat di diagnosis banding dengan gangguan
panik, episode depresif ringan dan gangguan depresi berulang episode kini ringan. Diperlukan
anamnesis yang lebih mendalam untuk diagnosis cemas menyeluruh. Gangguan cemas
menyeluruh dapat diterapi dengan obat-obatan anti cemas. Dengan terapi obat yang tepat dan
psikoterapi yang tepat dapat memberikan prognosis yang baik bagi pasien yang menderita
gangguan cemas menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit FKUI.
2018.h.361-73.
2. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime
prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national comorbidity
survey replication. Arch Gen Psychiatry. 2005; 62 (6): 593-602.
3. American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients with
panic disorder second edition. New York: American Psychiatric Assosiation; 2010.
4. Redayani PL. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : FKUI. h. 230-34.
5. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ III dan DSM V. Jakarta :
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK Unika Atmajaya.2019.
6. Katzman, M.A., Bleau, P., Blier, P., et al. 2014. Canadian Clinical Practice Guideline for
the Management of Anxiety, Posttraumatic Stress and Obsessive-compulsive Disorders.
BMC Psychiatry, 14(1).
7. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Obat anti Anxietas
dan Depresi. Bagian FK UNIKA Atmajaya: Jakarta.2002.
8. Bystritsky, A., Sahib, S. K., Michael, E. C., et al. 2013. Current Diagnosis and Treatment
of Anxiety Disorders. Pharmacy and Therapeutics, 38(1): 41-44.
9. Maramis WF, Maramis AA. Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009.h.478-80.
10. Sudiyanto A. Keefktifan Psikoterapi Untuk Menurunkan Skor Kecemasan Pasien
Gangguan Anxietas.Bagian Psikiatri Kedokteran UNS. Surakarta:2005.Vol 7(2).h.158-70.

Anda mungkin juga menyukai