Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN JIWA

REFLEKSI KASUS

Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala


Psikotik (F31.5)

Oleh :

Mitha Yunda Pertiwi

H1A320014

Pembimbing:

dr. H. I Putu Diatmika, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

NUSA TENGGARA BARAT

2021
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. DRAS
Tanggal lahir : 25 Januari 2005
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMP (saat ini kelas 2 SMA)
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Jl. Adisucipto, Ampenan
Tanggal pemeriksaan : 26 Agustus 2021

II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Perasaan mudah sedih, mendengar suara-suara aneh
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli jiwa RSJ MS dengan keluhan perasaan mudah sedih.
Menurut pasien, perasaan mudah sedih sudah dirasakan sejak lama, namun tidak
diketahui hal yang memicu perasaan sedihnya. Perasaan sedih dirasakan hilang
timbul. Menurut pasien, pasien dapat merasakan sedih sekitar 1 minggu lebih,
namun akhir-akhir ini perasaan sedih yang dirasakan paling lama 4 hari. Pasien
merasa jika sedang sedih minat pasien untuk melakukan sesuatu menurun. Pasien
mengaku pernah bolos sekolah 1 minggu karena perasaan sedih tersebut. Pasien
juga merasa mudah lelah, dan tidak bisa tidur selama 2 hari. Selain itu saat sedih,
pasien juga tidak makan selama 2 hari dan hanya minum air putih. Pasien pernah
merasa semangat hidupnya menurun dan bercerita kepada ayah pasien bahwa
hidupnya hanya beban untuk orang tuanya.
Pasien mengaku sejak kelas 7 SMP sering melakukan tindakan menyakiti
diri sendiri dan berniat bunuh diri. Pasien pernah menyakiti diri sendiri
menggunakan jarum dan pecahan kaca. Pasien akan berhenti dan merasa puas jika
tangan terlihat terluka dan mengeluarkan darah.
Selain itu, pasien mengaku pernah merasakan sangat gembira yang
menurut pasien sangat berlebihan. Jika sedang sangat gembira pasien akan
semangat untuk keluar rumah. Pasien juga merasa semangat belajar meningkat
hingga membuat jadwal yang terperinci untuk belajar dan merasa sangat keren.
Menurut pasien, tindakan pasien ini menyebabkan orang sekitar merasa heran.
Pasien juga merasa semakin boros dengan menghabiskan uang bulanan hanya
dalam waktu hitungan hari. Pasien mengaku perasaan gembira ini bisa dirasakan
sekitar 4-5 hari. Pasien mengaku fase sedih dan fase sangat gembira sering
berulang, namun diantara fase tersebut pasien sempat merasa biasa saja.
Pasien juga mengaku mendengar suara-suara aneh. Pasien mengaku sudah
sering mendengarkan suara-suara seperti suara orang berbicara, langkah kaki dan
suara piano namun tidak ada sumber suara. Pasien merasa sudah lama
mendengarkan suara-suara tersebut, namun 2 bulan terakhir semakin jelas. Selain
itu, pasien juga mengaku melihat bayangan hitam dan bayangan tersebut seperti
melihat kearah pasien.
Pasien mengaku sebelumnya sudah ke salah satu psikiater pada bulan
November 2020 karena masalah dengan ibu pasien dan perasaan sedih yang
mengganggu aktivitas pasien. Namun, pasien berhenti kontrol sejak bulan Mei
2021 karena dirasakan gejala yang tidak berkurang.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Psikiatri
Pasien mengaku pernah ke salah satu psikiater pada bulan November 2020
karena merasa terganggu mengenai masalah dengan ibu pasien dan perasaan yang
sedih. Pasien kemudian didiagnosis dengan gangguan afektif bipolar. Sejak saat
itu pasien mulai meminum1jenis obat (pasien tidak ingat nama obat). Namun,
pasien jarang kontrol dan meminum obat hanya ketika gejala muncul. Pasien
kemudian berhenti mengkonsumsi obat pada bulan Mei 2021 karena dirasa gejala
tidak berkurang walaupun meminum obat.
Riwayat Medis
Pasien memiliki riwayat gastritis. Pasien kambuh 1 minggu yang lalu.
Riwayat NAPZA
Tidak ada riwayat penggunaan narkoba dan alkohol. Pasien mengaku
memakai rokok elektrik (vape) sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku hampir
tiap hari mengkonsumsi rokok elektrik terutama jika sedang episode depresif.
2.4 Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat gangguan jiwa serupa dan keluhan medis pada keluarga
pasien. Pandangan ibu pasien terhadap keadaan pasien saat ini tidak peduli, karena
ibu pasien tidak percaya terhadap gangguan jiwa yang dialami anak pasien.
Sedangkan ayah pasien, mendukung pasien untuk berobat dan selalu mengawasi
keadaan pasien.
2.5 Riwayat Pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
 Pasien dilahirkan secara SC karena ibu pasien mengalami ketuban pecah dini
 Pasien tidak memiliki masalah ketika lahir
Riwayat kanak-kanak awal (1-3 tahun)
 Pasien dirawat oleh kedua orang tua pasien
 Selain oleh orang tua, pasien juga dirawat oleh nenek dari pihak ayah karena
kedua orang tua pasien sibuk bekerja sebagai PNS
 Sejak kecil, pasien dekat dan sering bercerita dengan ayah pasien
Riwayat kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
 Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara
 Pasien mengaku jarang bermain dengan adik pasien jika sedang merasa sangat
sedih, namun jika sedang bahagia pasien akan bermain dengan adik pasien
 Pasien terkadang suka menyendiri namun selanjutnya ceria dan bermain dengan
teman-teman pasien
 Pasien mengaku tidak memiliki sahabat saat SD dan bermain dengan siapa saja
 Pasien tidak dekat dengan ibu pasien
 Pasien sering bertengkar dengan ibu pasien. Menurut pengakuan pasien karena
masalah kecil ibu pasien akan menyalahkan pasien walaupun menurut pasien
hal tersebut bukan kesalahannya sehingga mereka akan bertengkar.
 Pasien mengaku ibu pasien pernah mengatakan “anak sial” kepada pasien, dan
pasien selalu mengingat hal tersebut
 Perlakuan ibu pasien terhadap pasien dan saudara-saudara pasien berbeda.
Menurut pengakuan pasien, ibu pasien lebih baik terhadap adik-adik pasien.
 Perlakuan ayah pasien terhadap pasien dan saudara-saudara pasien sama.
Riwayat kanak akhir (11-19 tahun)
 Saat SMP, pasien memiliki 7 teman dekat dan salah satu dari mereka
merupakan sahabat yang sangat dekat.
 Pasien selalu menceritakan hal yang terjadi pada pasien terhadap sahabatnya.
 Pasien semakin sering bertengkar dengan ibu pasien.
 Saat awal SMA pasien sempat tidak masuk sekolah selama 1 minggu karena
suatu kesalahan teman pasien yang membuat pasien marah.
 Hubungan pasien dengan teman-teman di sekolah baik.
2.6 Riwayat Pengobatan
Sejak bulan November 2020 pasien mulai meminum1 jenis obat (pasien
tidak ingat nama obat). Namun, pasien jarang kontrol dan meminum obat hanya
ketika gejala muncul. Pasien kemudian berhenti mengkonsumsi obat pada bulan
Mei 2021 karena dirasa gejala tidak berkurang walaupun meminum obat.
Sejak Juli 2021 pasien mendapatkan 3 jenis obat dari RSJ yaitu Seroquel,
kalxetin, dan renaquel. Pasien saat ini rutin mengkonsumsi obat terutama kalxetin.
Menurut pasien, setelah mengkonsumsi obat tersebut keluhan pasien mulai
berkurang.
2.7 Situasi Kehidupan Saat Ini
Saat ini pasien tidak merasakan keluhan depresif. Pasien tenang, dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari, dan melakukan interaksi sosial dengan teman
sekolahnya.
2.8 Persepsi dan Harapan Pasien tentang Penyakitnya
Pasien merasa penyakitnya mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Pasien ingin sembuh sehingga bisa beraktivitas dengan normal.
Genogram

Keterangan
Laki-Laki Pasien

Perempuan Tinggal serumah

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalis
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 76 kali/menit, kuat angkat, regular
- Pernapasan : 20 kali/menit
- Suhu aksila : 36.6˚C
b. Status Lokalis
1. Kepala : bentuk dan ukuran normal, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-
), sinaosis (-)
2. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
3. Thoraks :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran normal, gerakan dinding dada simetris
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), krepitasi (-)
- Perkusi : paru-paru sonor di seluruh lapang paru, batas jantung dalam
batas normal
- Auskultasi : paru-paru vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-);
jantung : S1S2 tunggal dan regular, murmur (-), gallop (-)
4. Abdomen
- Inspeksi : bentuk normal, jejas (-), scar (-), distensi (-)
- Auskultasi : bising usus (+) dalam batas normal
- Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)
5. Ekstremitas : akral hangat (+/+), edema (-/-), deformitas (-/-)
c. Status Neurologis
1. Tanda rangsang meningeal (-)
2. Refleks patologis (-)
3. Refleks fisiologis
normal 4. Motoric
+5/+5/+5/+5
5. Sensorik baik
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

4.1 Kesan Umum

- Penampilan : Pasien perempuan, wajah sesuai usia, berkulit putih, berpenampilan


rapi dan sangat tertutup.
- Psikomotor : Normoaktif
- Sikap terhadap pemeriksa : Pasien kooperatif

4.2 Bicara

Pasien mampu menjawab saat ditanya, intonasi baik, volume normal,artikulasi jelas,
dan kecepatan normal.
4.3 Kognisi dan Sensorium

- Kesadaran : Jernih
- Konsentrasi dan perhatian : kurang baik
- Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
- Memori
Segera :
baik
Sedang : baik
Panjang : baik

4.4 Mood dan Afek

- Mood : eutimia
- Afek : luas
- Keserasian : serasi antara mood dan afek

4.5 Proses Pikir

- Bentuk pikir : realistik


- Arus pikir : koheren
- Isi pikir : waham (-)

4.6 Gangguan Persepsi

Kondisi saat ini, pasien masih memiliki halusinasi auditorik dan visual namun sudah
mulai berkurang

4.7 Intelegensi

- Konsentrasi : pasien kurang baik dalam berhitung mndur selama 5x berturut-turut


- Kemampuan abstrak : pasien mampu menyebutkan persamaan benda
- Kemampuan visuospasial : pasien dapat menggambarkan segienam
- Dorongan instingtual : insomnia (+)

4.8 Judgement

Pasien mengatakan bahwa jika menemukan dompet orang lain yang berisi uang di
jalan maka pasien akan mengembalikan dompet tersebut.

4.9 Tilikan

Tilikan derajat 6

Pasien mengetahui dirinya sakit dan harus minum obat agar membaik

4.10 Informasi yang disampaikan oleh pasien dapat dipercaya sepenuhnya

V. MOOD DISORDER QUESTIONNAIRE (MDQ)


No Pernyataan Ya/Tidak
Apakah kamu pernah berada pada periode ketika kamu bukan
1
dirimu yang seperti biasa dan….
Kamu merasa sangat baik atau hyper dimana orang lain berpikir
bahwa kamu tidak normal atau ketika kamu merasa sangat hyper Ya
hingga menyebabkan terjadi masalah?
Kamu sangat iritabel sehingga kamu berteriak atau memulai
Tidak
perkelahian atau perdebatan dengan orang lain ?
Kamu merasa lebih percaya diri dibandingkan biasanya? Ya
Kamu merasa kurang tidur daripada biasanya ? Ya
Apakah kamu lebih banyak dan lebih cepat berbicara
Ya
dibandingkan sebelumnya?
Pikiran berkeliaran di kepalamu atau kamu tidak bisa berpikir
Ya
lebih lambat?
Kamu sangat mudah didistraksi oleh sesuatu yang berada
Ya
disekitarmu dan kamu memiliki masalah dalam berkonsentrasi?
Kamu memiliki energy berlebihan jika dibandingkan dengan
Ya
sebelumnya?
Kamu lebih aktif dan melakukan banyak hal dibandingkan
Ya
sebelumnya?
Kamu lebih sering berkomunikasi social dibandingkan
Ya
sebelumnya?
Kamu lebih tertarik dengan hubungan seksual dibandingkan
Tidak
sebelumnya?
Kamu melakukan sesuatu yang tidak biasanya atau orang lain
Ya
berpikir bahwa tindakanmu berlebihan, konyol, atau berbahaya?
Kamu menghabiskan uang yang menyebabkan kamu atau
Ya
keluargamu dalam masalah?
Jika kamu memilih “Ya” lebih dari 1, apakah semuanya
2 Ya
berlangsung dalam 1 periode waktu?
Seberapa serius maslaah menyebabkan kamu tidak dapat
melakukan pekerjaan, memiliki keluarga, uang, atau
menyebabkan masalah atau menyebabkan perdebatan atau
3
pertengkaran?
No Problem, Minor Problem, Moderate Problem, Serious
problem

Berdasarkan MDQ didapatkan:


1. Pada pertanyaan 1 pasien menjawab „Ya” pada 11 pertanyaan
2. Pasien menjawab “Ya”pada pertanyaan kedua
3. Pasien memilih “Moderate problem” pada pertanyaan ketiga
Berdasarkan hasil skrining menggunakan MDQ pasien positif mengalami
gangguan afektif bipolar.
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
 Pasien merasa mudah sedih sejak lama, namun tidak diketahui penyebabnya.
Perasaan sedih bisa muncul selama 1 minggu lebih atau hanya beberapa hari.
Saat sedih, pasien merasa penurunan minat dalam melakukan sesuatu dan
merasa kekurangan energi.
 Pasien merasa bahwa hidupnya hanya beban untuk orang tuanya.
 Pasien sering melakukan tindakan menyakiti diri sendiri dan ingin bunuh diri
 Dilain waktu, pasien merasa sangat bersemangat dalam melakukan sesuatu
hingga orang sekitar merasa pasien sangat aneh. Pasien mengaku menjadi lebih
boros.
 Pasien mendengarkan suara-suara orang, langkah kaki dan suara piano. Pasien
merasa melihat bayangan hitam.
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Gangguan afektif bipolar, kini episode depresif gejala berat dengan gejala
psikotik (F31.5)
2. Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik (F32.3)
3. Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
VIII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pertimbangan Formulasi Diagnosis
Berdasarkan anamnesis psikiatri dan Pasien dapat dikatakan mengalami suatu
pemeriksaan status mental ditemukan gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ III
adanya suatu gejala klinis yang bermakna
dan menimbulkan suatu penderitaan
(distress) dan hendaya (disability) pada
aktivitas sehari-hari.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Gangguan mental organik dapat
berat, kejang, maupun kecelakaan disingkirkan.
sebelumnya
Pasien mengalami halusinasi auditorik Skizofrenia dapat disingkirkan
dan visual, tidak ada waham, dan tidak
ada gejala lainnya yang dapat
mengarahkan diagnosis skizofrenia
 Pasien memiliki afek depresif, Menurut PPDGJ III, pasien memenuhi
penurunat minat dan energy. Selain itu diagnosis gangguan afektif bipolar,
pasien memiliki gejala penurunan episode kini depresif berat dengan gejala
konsentrasi dan perhatian, pandangan psikotik (F31.5)
masa depan yang suram, perbuatan
menyakiti diri sendiri dan bunuh diri,
tidur terganggu serta nafsu makan
berkurang.
 Pasien pernah mengalami perasaan
yang sangat gembira, perasaan
semangat meningkat dan boros.
 Pasien mengaku mengalami halusinasi
auditorik dan visual
 Terdapat perilaku impulsive seperti Aksis II pasien menurut DSM-V
pengeluaran yang meningkat, dan memenuhi kriteria borderline personality
penggunaan rokok elektrik disorder
 Perilaku menyakiti diri sendiri dan
berniat bunuh diri
 Afek instabil karena perubahan mood
(iritabel)
 Kesulitan mengendalikan amarah
sehingga bertengkar dengan ibunya
 Terdapat gejala disosiatif

Berdasarkan hasil anamnesis dan Aksis III pasien memiliki


pemeriksaan fisik pasien memiliki diagnosis gastritis
gastritis
Pasien memiliki masalah dengan ibu Aksis IV terdapat masalah dengan
pasien dan sering bertengkar dengan ibu primary support group
pasien.
GAF scale sesuai pengamatan pemeriksa Aksis V GAF scale 70-61
adalah 70-61 yaitu beberapa gejala ringan
& menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik

IX. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis Multiksial
 Aksis I : Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat
dengan gejala psikotik (F31.5)
 Aksis II : gangguan kepribadian borderline personality disorder
 Aksis III : gastritis
 Aksis IV : masalah primary support group terutama dengan ibunya
 Aksis V : GAF scale saat pemeriksaan 70-61
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Ketidakseimbangan neurotransmitter pada otak
Psikologi
Perasaan sedih, afek depresi, penurunan minat dan energi, penurunan konsentrasi
dan perhatian, perasan ingin menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, insomnia,
halusinasi auditorik dan visual.
Lingkungan dan Sosio-ekonomi
Masalah keluarga
XI. TATALAKSANA
1. Terapi Farmakologis
- Quetiapine (Seroquel) 1 x 300 mg
- Fluoxetine 1 x 10 mg
- Lorazepam 1 x 0,5 mg
2. Terapi Psikososial
- Cognitive-behavioral therapy
- Interpersonal and social rhythm therapy
- Family-focused therapy
- Psikoedukasi
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
gangguan yang dialami, mulai dari gejala, dampak, pemicu serta
pengobatannya
 Menjelaskan tentang efek samping obat yang diberikan serta
memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih
besar dibandingkan dengan efek samping obat.
 Memberikan edukasi keluarga pentingnya pengawasan agar
pasien mengkonsumsi obat secara teratur dan rutin melakukan
kontrol
 Menjelaskan kepada keluarga bahwa sakit yang diderita pasien
membutuhkan dukunngan serta peran aktif keluarga.
XII. PROGNOSIS
Hal yang memperbaiki prognosis
- Durasi episode manik singkat
- Tidak ada masalah psikiatri atau medis lainnya.
- Pasien rutin mengkonsumsi obat
Hal yang memperburuk prognosis
- Fase depresif
- Masalah dengan ibu pasien
Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan prognosis pasien :
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
XIII. PEMBAHASAN KASUS & CLINICAL REASONING
Terapi farmakologi bipolar dapat dibagi menjadi 2 yaitu fase akut
dan maintenance. Pendekatan utama untuk terapi bipolar adalah lithium
dengan antidepresan, antipsikotik, dan benzodiazepine. Selain itu mood
stabilizers (carbamazepine), valproate, dan lamotrigin juga sering
digunakan.

Fase Akut Bipolar episode depresif

 Lithium : masih sedikit bukti yang menunjukkan efikasi penggunaan


lithium pada bipolar tipe depresif. Namun, lithium memiliki manfaat
yang sama dengan mood stabilizers lainnya untuk bipolar tipe depresif.
 Anticonvulsant : salah satu anticonvulsant yang sudah diteliti
menunjukkan efikasi untuk bipolar tipe depresif adalah lamotrigin.
Anticonvulsant lain seperti valproate masih belum memiliki bukti yang
cukup terkait efikasi.
 Antipsikotik : terdapat beberapa antipsikotik atipikal yang
menunjukkan efikasi yang baik untuk bipolar tipe depresif. Salah satu
yang memiliki bukti baik saat ini adalah quetiapine dengan dosis 300
mg/hari. Selain itu terdapat olanzapine, lurasidone, dan cariprazine.
 Antidepresan : penggunaan antidepresan untuk gangguan bipolar
episode depresif masih kontroversial, terutama pada pasien dengan
episode yang cepat berganti atau episode campuran. Selain itu,
penggunaan antidepresan sebagai terapi adjuvant juga masih
kontroversial. Tetapi terdapat beberapa antideprsan yang menunjukkan
efikasi sebagai terapi adjuvant seperti fluoxetine. Walau demikian,
penggunaan antidepresan tidak disarankan sebagai monoterapi pada
pasien gangguan bipolar.
 Electroconvulsive therapy : bermanfaat untuk gangguan bipolar yang
tidak berespon dengan lithium atau mood stabilizers lainnya.
Selain terapi farmakologis, terapi psikososial harus dilakukan. Tujuan
terapi psikososial adalah untuk membantu kepatuhan pengobatan, meningkatkan
stabilitas, dan menghindari faktor resiko untuk penyakitnya.

XIV. REFLEKSI KASUS


Gejala utama yang muncul pada pasien dengan episode depresif (pada
derajat ringan, sedang, dan berat) yaitu afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, serta berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah dan menurunya aktivitas. Selain gejala utama, terdapat gejala lainnya yang
dapat muncul yaitu :
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Dari ketiga tingkat keparahan episode depresif, untuk menegakkan diagnosis
diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu. Namun, pada periode yang lebih
pendek dapat ditegakkan diagnosis apabila gejala sangat berat dan berlangsung
cepat. Episode depresif dapat disertai dengan gejala psikotik seperti waham atau
halusinasi.
Dalam PPDGJ-III, pedoman diagnosis episode depresif berat dengan gejala
psikotik yaitu :
 Semua 3 gejala utama depresif harus ada
 Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya
harus berintensitas berat
 Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
 Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2
minggu
 Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan social,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas
 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab akan hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya
berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor dapat menuju pada stupor.
Menurut PPDGJ- III, gangguan afektif bipolar (GAB) adalah gangguan yang
digambarkan dengan episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana
afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri atas
peningkatan afek disertai penambahan energy dan aktivitas (mania atau nipomania),
dan pada waktu lain berupa penurunan afek dan aktivitas (depresi). Ciri khas dari
GAB adalah terdapat fase penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan,
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan). Kedua
macam episode seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau
trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
Dalam PPDGJ-III pedoman diagnosis gangguan afektif bipolar, episode kini
depresif berat dengan gejala psikotik yaitu :
 Untuk menegakkan diagnosis pasti :
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat
dengan gejala psikotik (F32.3) dan,
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau
campuran di masa lampau.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saddock B.J., Saddock V.A. In: Kaplan & Saddock‟s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers, 2007.
2. Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Cetakan Kedua. Jakarta.
3. Maslim, R. Panduan Praktik Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi keempat.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
4. Menkes RI. Kep Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. 2015

Anda mungkin juga menyukai