REFLEKSI KASUS
Oleh :
H1A320014
Pembimbing:
2021
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. DRAS
Tanggal lahir : 25 Januari 2005
Usia : 16 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMP (saat ini kelas 2 SMA)
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Jl. Adisucipto, Ampenan
Tanggal pemeriksaan : 26 Agustus 2021
II. ANAMNESIS
2.1 Keluhan Utama
Perasaan mudah sedih, mendengar suara-suara aneh
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli jiwa RSJ MS dengan keluhan perasaan mudah sedih.
Menurut pasien, perasaan mudah sedih sudah dirasakan sejak lama, namun tidak
diketahui hal yang memicu perasaan sedihnya. Perasaan sedih dirasakan hilang
timbul. Menurut pasien, pasien dapat merasakan sedih sekitar 1 minggu lebih,
namun akhir-akhir ini perasaan sedih yang dirasakan paling lama 4 hari. Pasien
merasa jika sedang sedih minat pasien untuk melakukan sesuatu menurun. Pasien
mengaku pernah bolos sekolah 1 minggu karena perasaan sedih tersebut. Pasien
juga merasa mudah lelah, dan tidak bisa tidur selama 2 hari. Selain itu saat sedih,
pasien juga tidak makan selama 2 hari dan hanya minum air putih. Pasien pernah
merasa semangat hidupnya menurun dan bercerita kepada ayah pasien bahwa
hidupnya hanya beban untuk orang tuanya.
Pasien mengaku sejak kelas 7 SMP sering melakukan tindakan menyakiti
diri sendiri dan berniat bunuh diri. Pasien pernah menyakiti diri sendiri
menggunakan jarum dan pecahan kaca. Pasien akan berhenti dan merasa puas jika
tangan terlihat terluka dan mengeluarkan darah.
Selain itu, pasien mengaku pernah merasakan sangat gembira yang
menurut pasien sangat berlebihan. Jika sedang sangat gembira pasien akan
semangat untuk keluar rumah. Pasien juga merasa semangat belajar meningkat
hingga membuat jadwal yang terperinci untuk belajar dan merasa sangat keren.
Menurut pasien, tindakan pasien ini menyebabkan orang sekitar merasa heran.
Pasien juga merasa semakin boros dengan menghabiskan uang bulanan hanya
dalam waktu hitungan hari. Pasien mengaku perasaan gembira ini bisa dirasakan
sekitar 4-5 hari. Pasien mengaku fase sedih dan fase sangat gembira sering
berulang, namun diantara fase tersebut pasien sempat merasa biasa saja.
Pasien juga mengaku mendengar suara-suara aneh. Pasien mengaku sudah
sering mendengarkan suara-suara seperti suara orang berbicara, langkah kaki dan
suara piano namun tidak ada sumber suara. Pasien merasa sudah lama
mendengarkan suara-suara tersebut, namun 2 bulan terakhir semakin jelas. Selain
itu, pasien juga mengaku melihat bayangan hitam dan bayangan tersebut seperti
melihat kearah pasien.
Pasien mengaku sebelumnya sudah ke salah satu psikiater pada bulan
November 2020 karena masalah dengan ibu pasien dan perasaan sedih yang
mengganggu aktivitas pasien. Namun, pasien berhenti kontrol sejak bulan Mei
2021 karena dirasakan gejala yang tidak berkurang.
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Psikiatri
Pasien mengaku pernah ke salah satu psikiater pada bulan November 2020
karena merasa terganggu mengenai masalah dengan ibu pasien dan perasaan yang
sedih. Pasien kemudian didiagnosis dengan gangguan afektif bipolar. Sejak saat
itu pasien mulai meminum1jenis obat (pasien tidak ingat nama obat). Namun,
pasien jarang kontrol dan meminum obat hanya ketika gejala muncul. Pasien
kemudian berhenti mengkonsumsi obat pada bulan Mei 2021 karena dirasa gejala
tidak berkurang walaupun meminum obat.
Riwayat Medis
Pasien memiliki riwayat gastritis. Pasien kambuh 1 minggu yang lalu.
Riwayat NAPZA
Tidak ada riwayat penggunaan narkoba dan alkohol. Pasien mengaku
memakai rokok elektrik (vape) sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku hampir
tiap hari mengkonsumsi rokok elektrik terutama jika sedang episode depresif.
2.4 Riwayat Keluarga
Tidak ada riwayat gangguan jiwa serupa dan keluhan medis pada keluarga
pasien. Pandangan ibu pasien terhadap keadaan pasien saat ini tidak peduli, karena
ibu pasien tidak percaya terhadap gangguan jiwa yang dialami anak pasien.
Sedangkan ayah pasien, mendukung pasien untuk berobat dan selalu mengawasi
keadaan pasien.
2.5 Riwayat Pribadi
Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan secara SC karena ibu pasien mengalami ketuban pecah dini
Pasien tidak memiliki masalah ketika lahir
Riwayat kanak-kanak awal (1-3 tahun)
Pasien dirawat oleh kedua orang tua pasien
Selain oleh orang tua, pasien juga dirawat oleh nenek dari pihak ayah karena
kedua orang tua pasien sibuk bekerja sebagai PNS
Sejak kecil, pasien dekat dan sering bercerita dengan ayah pasien
Riwayat kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara
Pasien mengaku jarang bermain dengan adik pasien jika sedang merasa sangat
sedih, namun jika sedang bahagia pasien akan bermain dengan adik pasien
Pasien terkadang suka menyendiri namun selanjutnya ceria dan bermain dengan
teman-teman pasien
Pasien mengaku tidak memiliki sahabat saat SD dan bermain dengan siapa saja
Pasien tidak dekat dengan ibu pasien
Pasien sering bertengkar dengan ibu pasien. Menurut pengakuan pasien karena
masalah kecil ibu pasien akan menyalahkan pasien walaupun menurut pasien
hal tersebut bukan kesalahannya sehingga mereka akan bertengkar.
Pasien mengaku ibu pasien pernah mengatakan “anak sial” kepada pasien, dan
pasien selalu mengingat hal tersebut
Perlakuan ibu pasien terhadap pasien dan saudara-saudara pasien berbeda.
Menurut pengakuan pasien, ibu pasien lebih baik terhadap adik-adik pasien.
Perlakuan ayah pasien terhadap pasien dan saudara-saudara pasien sama.
Riwayat kanak akhir (11-19 tahun)
Saat SMP, pasien memiliki 7 teman dekat dan salah satu dari mereka
merupakan sahabat yang sangat dekat.
Pasien selalu menceritakan hal yang terjadi pada pasien terhadap sahabatnya.
Pasien semakin sering bertengkar dengan ibu pasien.
Saat awal SMA pasien sempat tidak masuk sekolah selama 1 minggu karena
suatu kesalahan teman pasien yang membuat pasien marah.
Hubungan pasien dengan teman-teman di sekolah baik.
2.6 Riwayat Pengobatan
Sejak bulan November 2020 pasien mulai meminum1 jenis obat (pasien
tidak ingat nama obat). Namun, pasien jarang kontrol dan meminum obat hanya
ketika gejala muncul. Pasien kemudian berhenti mengkonsumsi obat pada bulan
Mei 2021 karena dirasa gejala tidak berkurang walaupun meminum obat.
Sejak Juli 2021 pasien mendapatkan 3 jenis obat dari RSJ yaitu Seroquel,
kalxetin, dan renaquel. Pasien saat ini rutin mengkonsumsi obat terutama kalxetin.
Menurut pasien, setelah mengkonsumsi obat tersebut keluhan pasien mulai
berkurang.
2.7 Situasi Kehidupan Saat Ini
Saat ini pasien tidak merasakan keluhan depresif. Pasien tenang, dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari, dan melakukan interaksi sosial dengan teman
sekolahnya.
2.8 Persepsi dan Harapan Pasien tentang Penyakitnya
Pasien merasa penyakitnya mengganggu aktivitas sehari-hari pasien.
Pasien ingin sembuh sehingga bisa beraktivitas dengan normal.
Genogram
Keterangan
Laki-Laki Pasien
4.2 Bicara
Pasien mampu menjawab saat ditanya, intonasi baik, volume normal,artikulasi jelas,
dan kecepatan normal.
4.3 Kognisi dan Sensorium
- Kesadaran : Jernih
- Konsentrasi dan perhatian : kurang baik
- Orientasi
Waktu : baik
Tempat : baik
Orang : baik
- Memori
Segera :
baik
Sedang : baik
Panjang : baik
- Mood : eutimia
- Afek : luas
- Keserasian : serasi antara mood dan afek
Kondisi saat ini, pasien masih memiliki halusinasi auditorik dan visual namun sudah
mulai berkurang
4.7 Intelegensi
4.8 Judgement
Pasien mengatakan bahwa jika menemukan dompet orang lain yang berisi uang di
jalan maka pasien akan mengembalikan dompet tersebut.
4.9 Tilikan
Tilikan derajat 6
Pasien mengetahui dirinya sakit dan harus minum obat agar membaik
IX. DIAGNOSIS
Evaluasi Diagnosis Multiksial
Aksis I : Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat
dengan gejala psikotik (F31.5)
Aksis II : gangguan kepribadian borderline personality disorder
Aksis III : gastritis
Aksis IV : masalah primary support group terutama dengan ibunya
Aksis V : GAF scale saat pemeriksaan 70-61
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik
Ketidakseimbangan neurotransmitter pada otak
Psikologi
Perasaan sedih, afek depresi, penurunan minat dan energi, penurunan konsentrasi
dan perhatian, perasan ingin menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, insomnia,
halusinasi auditorik dan visual.
Lingkungan dan Sosio-ekonomi
Masalah keluarga
XI. TATALAKSANA
1. Terapi Farmakologis
- Quetiapine (Seroquel) 1 x 300 mg
- Fluoxetine 1 x 10 mg
- Lorazepam 1 x 0,5 mg
2. Terapi Psikososial
- Cognitive-behavioral therapy
- Interpersonal and social rhythm therapy
- Family-focused therapy
- Psikoedukasi
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
gangguan yang dialami, mulai dari gejala, dampak, pemicu serta
pengobatannya
Menjelaskan tentang efek samping obat yang diberikan serta
memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih
besar dibandingkan dengan efek samping obat.
Memberikan edukasi keluarga pentingnya pengawasan agar
pasien mengkonsumsi obat secara teratur dan rutin melakukan
kontrol
Menjelaskan kepada keluarga bahwa sakit yang diderita pasien
membutuhkan dukunngan serta peran aktif keluarga.
XII. PROGNOSIS
Hal yang memperbaiki prognosis
- Durasi episode manik singkat
- Tidak ada masalah psikiatri atau medis lainnya.
- Pasien rutin mengkonsumsi obat
Hal yang memperburuk prognosis
- Fase depresif
- Masalah dengan ibu pasien
Berdasarkan hal tersebut, maka disimpulkan prognosis pasien :
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
XIII. PEMBAHASAN KASUS & CLINICAL REASONING
Terapi farmakologi bipolar dapat dibagi menjadi 2 yaitu fase akut
dan maintenance. Pendekatan utama untuk terapi bipolar adalah lithium
dengan antidepresan, antipsikotik, dan benzodiazepine. Selain itu mood
stabilizers (carbamazepine), valproate, dan lamotrigin juga sering
digunakan.
1. Saddock B.J., Saddock V.A. In: Kaplan & Saddock‟s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/ Clinical Psychiatry. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins
Publishers, 2007.
2. Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-5. Cetakan Kedua. Jakarta.
3. Maslim, R. Panduan Praktik Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi keempat.
Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.
4. Menkes RI. Kep Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. 2015