Anda di halaman 1dari 23

UJIAN AKHIR

Penguji I: dr. Tutik Nur Kasiani, Sp. KJ


Penguji II: dr. Nunis Nur Azizah

Disusun oleh:
Olifvia Indah Untari
NIM 22710073

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang
2024
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. P
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Malang, 8 Agustus 2002
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Marital : Belum menikah
Pendidikan Terakhir : SMK
Alamat saat ini : Malang
Waktu Pemeriksaan : Rabu, 6 Maret 2024 jam 23:40 WIB
Dokter Pemeriksa : dr. Yeni
DM Pemeriksa : Olifvia Indah Untari
II. Anamnesis (5W+1H)
a. Keluhan Utama
Membacok ibu
b. Autoanamnesis
Pasien laki-laki mengenakan pakaian hoodie hitam bersarung hitam,
tampak bersih, rapi, terawat, tak berbau, roman wajah sesuai usia, pasien
menjawab dengan artikulasi jelas dan suara besar, selama wawancara
berlangsung pasien tampak tenang, murung, enggan atau malas menjawab
pertanyaan, terdapat jeda sebelum menjawab dan memalingkan wajah dari
penanya. Pasien mengetahui jika saat ini malam hari, berada di RSJ Lawang
dan diantar ke RS dengan kakak ipar serta polisi. Saat ditanya penyebab pasien
dibawa ke sini, pasien menjawab karena sudah membacok ibu di jam 5 sore hari
ini (6/3/2024), pasien membacok ibunya di bagian punggung kanan, kepala dan
lengan kanan. Saat ditanya alasan mengapa melakukan hal tersebut pasien
menjawab refleks ingin membacok dan tidak ada yang menyuruh, namun saat
ditanya ulang dikarenakan pasien sedang “mangkel” atau kesal dengan
omongan orang tua di hari itu, tapi tidak tau omongan seperti apa yang
membuatnya kesal. Pasien menceritakan jika saat itu pasien sedang rebahan di
kamar, sang ibu sedang membuat lontong di dapur, lalu tiba-tiba pasien ada
keinginan membacok dan langsung ke dapur mengambil golok di dapur lalu
langsung membacok ibunya yang tak jauh darinya. Selesai membacok, pasien
melihat bapaknya pergi mengantar ibunya ke klinik namun pasien tidak ikut
membantu, saat ibu dirujuk ke rumah sakit pasien menyusul menggunakan
sepeda motor sendirian.
Saat ditanya apakah mendengar bisikan, pasien menjawab jika dirinya
mendengar bisikan yang tidak enak di telinganya dengan suara seorang
perempuan, tapi tidak mengetahui isi bisikan tersebut, saat ditanya apakah
sekarang masih mendengar suara bisikan pasien mengatakan tidak, saat ditanya
sejak kapan mendengar bisikan, pasien menjawab sejak 1 tahun terakhir. Pasien
tidak melihat bayangan yang hanya dapat dilihat oleh dirinya. Setelah
membacok ibu pasien merasa bersalah, dan pasien berkata tidak ada dendam
dengan ibu, keluarga maupun orang lain. Namun saat ditanya ulang bagaimana
perasaan saat ini pasien mengatakan biasa saja, saat ditanya apakah menyesal,
sedih, marah, atau senang pasien mengatakan tidak, biasa saja dan
menggelengkan kepalanya.
Pasien tinggal bertiga bersama kedua orang tuanya di rumah, mengaku
tidak suka marah-marah di rumah, hubungan dengan orang tua baik dan saudara
lain yang berbeda rumah juga baik, sebelumnya tidak pernah menyakiti orang
lain. Pasien pernah menyakiti dirinya sendiri kurang lebih 1 tahun lalu dengan
cara menyayat perutnya oleh karena disuruh bisikan serta pasien menunjukkan
bekas luka sayatan tersebut. Kegiatan pasien di rumah yakni bersih-bersih,
bermain hp dan terkadang membantu ibu di warung. Pasien mengatakan ada
keinginan bunuh diri sejak lama sekitar masih SMK tahun 2021, saat ditanya
alasannya pasien menjawab seperti ada sesuatu di badannya, seperti ada sesuatu
di hatinya yang menyakitkan dan tidak tau apa itu. Pasien mengatakan jika
dirinya merokok 1 pack sehari dan mendapat rokoknya dari mengambil di
warung ibunya, kadang bilang jika mengambil kadang tidak bilang. Pasien suka
pergi ngopi dengan temannya terkadang tidak pulang, tidak suka pergi ke luar
rumah tanpa tujuan jelas.
Pasien mengatakan pernah ke RSJ Lawang sebelumnya dan di rawat
inap di ruang Camar tapi tidak tau penyebabnya apa, kemudian kontrol rutin
tiap bulan, serta minum obat teratur. Namun dalam 1 bulan terakhir pasien tidak
minum obat teratur karena tidak ada yang mengingatkan, ayah yang biasanya
mengingatkan pasien untuk minum obat, belakangan tidak marah jika pasien
tidak minum obat, ibu juga tidak mengingatkan untuk minum obat. Riwayat
konsumsi alkohol disangkal, narkoba disangkal, riwayat perundungan di
sekolah di sangkal, tidak pernah mengalami kecelakaan hingga trauma kepala,
sebelumnya tidak pernah berurusan dengan hukum.
Pasien menyangkal menangis, bicara atau tertawa sendiri, menyangkal
mengancam atau merusak barang, menyangkal pernah dirasuki sesuatu,
menyangkal jika pikirannya dikendalikan, menyangkal punya kekuatan super,
tidak merasa ada orang yang mengawasi, mengikuti atau ingin menyakiti
dirinya namun pasien merasa dirinya dibicarakan orang lain di belakangnya tapi
tidak tau siapa itu, dan tidak tau apa yang dibicarakan. Dalam 4 hari ini pasien
tidak bisa tidur nyenyak, jika tidak bisa tidur pasien merokok, pasien tidak enak
makan dan dalam 3 hari ini pasien merasa sulit bernafas saat sedang merenung,
tapi tidak tau apa yang direnungkan saat ditanya apakah ada nyeri dada atau
riwayat asma pasien menyangkal. Selama ini jika pasien memiliki masalah ia
cenderung memendamnya dan tidak menceritakan ke siapapun, hanya dulu
pernah sedikit cerita ke teman SMP-nya. Hubungan dengan teman-temannya
baik, dulu memiliki pacar waktu SMK dan mempunyai 5 mantan tapi sekarang
pasien merasa tidak ada yang mau dengan orang seperti dirinya, hobi pasien
bermain sepak bola dan bermain game di hp, saat kalah bermain game pasien
marah hanya berkata kasar, tidak sampai merusak hpnya.

c. Heteroanamensis (didapat dari kakak ipar pasien)


1. Rincian keluhan utama
Pasien dibawa ke rumah sakit oleh kakak ipar dan polisi karena telah
membacok ibunya tanpa sebab hari ini (6/3/2024), padahal sebelumnya
tidak ada masalah yang terjadi, dan pasien tampak seperti tidak merasa
bersalah.
2. Gejala lain yang menyertai keluhan utama
- Pasien dalam 1 bulan terakhir suka diam lalu tiba-tiba marah sendiri,
kadang bergumam tidak jelas, dan tertawa sendiri.
- Saat diajak mengobrol kadang nyambung kadang tidak nyambung.
- Pasien berlaku tidak sopan kepada yang lebih tua darinya seperti saat
berada di warung kakaknya di desa sebelah, pasien berkata “opo ndelok-
ndelok” dengan nada curiga.
- Pada 2 minggu sebelum pembacokan pasien berkata pada ibunya “bu
seumpama sampean mati, aku yang ngurus siapa?”
- Usai membacok ibu, pasien pergi ke rumah kakaknya dan mengatakan
“mbak, iku loh deloken nek omah ono ibu mari tak cacah”
3. Gejala prodromal
Pasien sering diam, tiba-tiba marah dan senyum sendiri.
4. Peristiwa terkait dengan keluhan utama
Pasien tidak rutin meminum obatnya.
5. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah rawat inap di RSJ Lawang sekitar 2 tahun lalu karena
marah-marah, pasien tidak ada riwayat darah tinggi, diabetes, asma, kejang,
maupun trauma.
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak
Pasien lahir normal, Perkembangan sesuai dengan anak seusianya.
7. Riwayat sosial dan pekerjaan
Sosial : pasien tampak seperti curiga ke orang lain
Pekerjaan : tidak bekerja, hanya berada di rumah.
8. Faktor kepribadian premorbid
Pasien memiliki kepribadian pendiam dan tertutup.
9. Faktor keturunan
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa
10. Faktor organik
Tidak ditemukan
11. Riwayat penggunaan NAPZA
Pasien merokok dan minum kopi
12. Faktor Pencetus
Tidak rutin minum obat
III. Pemeriksaan Fisik
a. Status internistik
Tensi : 121/72 mmHg
Respirasi : 18x/menit
Nadi : 116x/menit
Suhu : 36,5°C
SpO2 : 98%
Keadaan Umum : Compos mentis
Kepala/Leher : Anemis (-)/Ikterus (-)/Cyanosis (-)/Dyspnea (-)
. pembesaran KGB (-)
Thorax : Simteris, rongga dada tampak normal
Cor: S1/S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: perkusi sonor, auskultasi vesikuler, ronki (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen : Flat, soefl, bising usus (+) dbn, timpani, nyeri tekan
abdomen (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Esktremitas : Akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, edema (-),
tremor (-)
b. Status neurologik
GCS : E4 V5 M6
Meningeal sign : Kaku kuduk (-) Brudzinki I (-) Brudzinki II (-) Kernig
(-)
Refleks Fisiologis : BPR +2/+2 KPR +2/+2
TPR +2/+2 APR +2/+2
Refleks Patologis : Babinski -/- Chaddock -/- Hoffman -/- Tromner -/-
IV. Status Psikiatri
 Kesan Umum : Pasien laki-laki mengenakan pakaian hoodie hitam
bersarung hitam, tampak bersih, rapi, terawat, tak berbau, roman wajah
sesuai usia, pasien menjawab dengan artikulasi jelas dan suara besar. selama
wawancara pasien tampak tenang, murung, enggan atau malas menjawab
pertanyaan.
 Kontak : Mata (+), Verbal (+) irrelevan, lancar.
 Kesadaran : compos mentis, jernih
 Orientasi : W/T/O baik
 Daya Ingat : Segera/Pendek/Panjang baik
 Persepsi : Halusinasi Auditori (+), Ilusi (-), Derealisasi (-),
Depersonalisasi (-)
 Proses Berpikir : Bentuk: non realistik, Arus: slow thinking, Isi: Waham
sindiran, pikiran bunuh diri
 Afek/Mood : Menyempit / Hipotimia
 Kemauan
- ADL : normal
- Sosial : menurun
- Pekerjaan : menurun
 Psikomotor : Nornal
 Tilikan : derajat 1
V. Resume
Pasien laki-laki mengenakan pakaian hoodie hitam bersarung hitam,
tampak bersih, rapi, terawat, tak berbau, roman wajah sesuai usia, pasien menjawab
dengan artikulasi jelas dan suara besar, selama wawancara berlangsung pasien
tampak murung, enggan atau malas menjawab pertanyaan, terdapat jeda sebelum
menjawab dan memalingkan wajah dari penanya. Pasien datang berjalan sendiri,
saat dianamensis pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa. Pasien mengatakan
saat ini berada di RSJ Lawang, malam hari, kesini diantar oleh kakak ipar dan polisi.
Pasien mengatakan ke rumah sakit karena habis membacok ibunya alasan mengapa
melakukan hal tersebut pasien menjawab refleks ingin membacok dan tidak ada
yang menyuruh, namun saat ditanya ulang dikarenakan pasien sedang “mangkel”
atau kesal dengan omongan orang tua. Pasien mendengar bisikan, pasien pernah
menyakiti dirinya sendiri kurang lebih 1 tahun oleh karena disuruh bisikan, pasien
ada keinginan bunuh diri sejak lama sekitar masih SMK tahun 2021, saat ditanya
alasannya pasien menjawab seperti ada sesuatu di badannya, seperti ada sesuatu di
hatinya yang menyakitkan dan tidak tau apa itu, sebelumnya dan di rawat inap tapi
tidak tau penyebabnya apa, kemudian kontrol rutin tiap bulan, serta minum obat
teratur. Namun dalam 1 bulan terakhir pasien tidak minum obat teratur karena tidak
ada yang mengingatkan. Pasien merasa dirinya dibicarakan orang lain di
belakangnya. Dalam 4 hari ini pasien tidak bisa tidur nyenyak, jika tidak bisa tidur
pasien merokok, pasien tidak enak makan dan dalam 3 hari ini pasien merasa sulit
bernafas saat sedang merenung. Pasien dalam 1 bulan terakhir suka diam lalu tiba-
tiba marah sendiri, kadang bergumam tidak jelas, dan tertawa sendiri. pasien
tampak seperti curiga ke orang lain.
Pada pemeriksaan Intrinsik dan neurologis dalam batas normal. Dari status
psikitari didapatkan kesan umum Pasien laki-laki dewasa usia 22 tahun, tampak
bersih, rapi, terawat, tak berbau, roman wajah sesuai usia, pasien menjawab dengan
artikulasi jelas dan suara besar, selama wawancara berlangsung pasien tampak
murung, enggan atau malas menjawab pertanyaan, terdapat jeda sebelum menjawab
dan memalingkan wajah dari penanya. Pada pasien didapatkan kontak mata dan
verbal lancar irrelevan. Kesadaran pasien berubah, orientasi terhadap waktu, tempat
dan orang masih baik. Persepsi halusinasi auditorik, proses berpikir nonrealistik,
arus slow thinking, isi pikir waham curiga, pikiran bunuh diri. Afek/mood pasien
menyempit / hipotimia. Kemauan ADL pasien baik, kemudian untuk sosial dan
pekerjaan menurun karena pasien merasa dibicarakan orang lain dan.

VI. Diagnosis Multiaxial


 Axis I : F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
 Axis II : ciri kepribadian pendiam dan tertutup
 Axis III : Tidak ditemukan
 Axis IV : Masalah dengan ‘primary support Group’ (orang tua kurang
memberikan kasih sayang)
 Axis V : GAF scale saat ini 20-11
GAF scale 1 tahun terakhir 70-61
VII. Diagnosis Banding
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
VIII. Penatalaksanaan
 Pro MRS
 Pemeriksaan penunjang
o Darah lengkap, SGOT, SGPT, Ureum kreatinin, GDA
a. Terapi Farmako
- Tab Risperidone 2x2mg 1-0-1 peroral
- Tab Sertraline 1x50mg tab 0-0-1 peroral
- Inj haloperidol 5mg IM p.r.n gelisah
- Inj diazepan 5m IM p.r.n gelisah
b. Terapi non farmako
- Psikoterapi
o Berbicara kepada pasien dan memberikan ketenangan kepada
pasien.
o Memberikan penjelasan tentang keadaan pasien, gejala, dan
faktor pencetus kekambuhan pasien, kepada pasien setelah
pasien tidak dalam keadaan marah-marah lagi
o Memberikan pelatihan keterampilan pada pasien, sebagai bekal
agar pasien dapat mengalihkan emosinya yang berlebih ke
kegiatan yang lebih positif setelah keluar rumah sakit
- Psikoedukasi
o Mengedukasi keluarga terkait gangguan skizoafektif tipe
depresif agar keluarga dapat berusaha mengurangi stimulus yang
berlebihan, kembali berulang atau bahkan gejalanya memburuk.
o Mengedukasikan juga keluarga terkait kepatuhan mengikuti
pengobatan dan pemberian obat secara teratur, serta terus
mengawasi pasien saat berada di rumah, sehingga pada saat
kontrol rutin dapat memberikan detil kegiatan yang dapat
membantu jalannya proses pengobatan.
o Mengedukasikan keluarga pasien untuk selalu menjaga
keterjagaan komunikasi yang baik, memberikan dukungan, atau
harapan, serta menyediakan lingkungan yang nyaman dan
toleran. Membantu pasien untuk mengurangi jumlah rokok dan
konsumsi daripada biasanya.
- Follow-up
o Memeriksa secara berkala keadaan dan perkembangan pasien
o Selalu memantau efektivitas pengobatan dan efek sampingnya
IX. Prognosis
Faktor Baik Buruk
Usia 22 tahun
Status Pernikahan Belum menikah
Pendidikan Terakhir SMK
Pekerjaan Tidak bekerja
Kepribadian premorbid Ciri kepribadian
pendiam dan tertutup
Faktor Baik Buruk
Faktor pencetus Tidak rutin minum obat
Faktor keturunan Tidak ada
Gejala Negatif
Onset/awitan Kronik progresif
Jenis Gangguan Skizoafektif
Tipe Depresif
Insight / tilikan buruk
Pengobatan Pernah
Kesimpulan: dubia ad malam

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functional : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
X. Kesimpulan
Berdasarkan autoanamnesis dan heteroanamnesis pasien didiagnosa Axis I: F25.1
Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif dengan diagnosis banding F32.3 Episode
Depresif Berat dengan Gejala Psikotik. Axis II: Ciri Kepribadian pendiam dan
tertutup. Axis III: tidak ada. Axis IV: Masalah dengan ‘Primary Support Group’
(orang tua kurang memberikan kasih sayang. Axis V: GAF scale saat ini 20-11 dan
GAF scale 1 tahun terakhir 70-61. Karena pasien merupakan pasien psikotik
dengan gejala negatif maka terapi farmakologis yang diperlukan adalah
antipsikotik golongan tipikal. Yakni Risperidone 2x2mg 1-0-1 peroral, sertraline
1x50mg tab 0-0-1 per oral.
Bila pasien gelisah ditandai dengan psikomotor yang meningkat, dapat
diberikan obat injeksi haloperidol 5mg/ml secara intramuskular dapat diulang tiap
30 menit dengan dosis maksimal 30mg dan injeksi diazepam 5mg/ml secara
intramuskular dengan dosis maksimal 20mg. Untuk mengatasi kondisi pasien yang
sulit tidur, maka diberikan obat antiinsomnia golongan benzodiazepine lorazepam
2mg 0-0-1 peroral. Pasien dan keluarga juga diberikan psikoedukasi untuk
meningkatkan pemahaman mengenai penyakit yang dialami oleh pasien, cara
pengobatan dan motivasi untuk membantu pasien kembali seperti semula dan
menjalani kehidupan sebagaimana sebelum terjadi gangguan jiwa. Prognosis pada
pasien ini dubia ad malam.
LAMPIRAN WAWANCARA (Ny. S)
(Pasien datang dengan diantar oleh kakak ipar dan polisi, berpakaian rapi, bersih,
tak berbau)

Pemeriksa : Selamat malam mas, saya dokter muda Olif izin periksa dan
bertanya-bertanya mengenai kondisi mas nggih, apakah mas
berkenan?

Pasien : (Pasien kontak mata dengan pemeriksa) iya mbak

(Setelah mendapat hasil TTV, Nadi, RR, SpO2, dan Suhu pasien.)

Pemeriksa : Mas namanya siapa?

Pasien : Putra

Pemeriksa : Kalau nama lengkapnya siapa mas?

Pasien : Putra Ardiansyah

Pemeriksa : Mas Putra umurnya berapa?

Pasien : 22 tahun

Pemeriksa : tempat tanggal lahir dimana mas?

Pasien : tanggal 8 bulan 8 tahun 2002

Pemeriksa : mas putra sholat?

Pasien : iya

Pemeriksa : mas putra sudah menikah/belum?

Pasien : belum

Pemeriksa : mas tau sekarang ada dimana ini?

Pasien : rumah sakit jiwa lawang

Pemeriksa : Kira-kira mas ini pagi, atau siang atau malam mas?
Pasien : malam

Pemeriksa : mas, ini sekarang tahun berapa?

Pasien : 2024

Pemeriksa : jam berapa mas sekarang?

Pasien : tidak tau

Pemeriksa : mas kesini tadi sama siapa?

Pasien : kakak dan polisi

Pemeriksa : mas dibawa kesini kenapa?

Pasien : habis mbacok

Pemeriksa : habis mbacok siapa mas?

Pasien : ibu

Pemeriksa : kenapa mas putra mbacok ibu?

Pasien : tidak tau

Pemeriksa : masa mas putra mbacok orang tidak ada alasannya?

Pasien : refleks aja

Pemeriksa : ibu ada salah kah sama mas putra?

Pasien : tidak ada

Pemeriksa : tadi ibu habis marahin atau mukul gitu tah ke mas?

Pasien : mangkel mbak sama ibu bapak

Pemeriksa : kenapa bisa mangkel mas?

Pasien : habis diomongi

Pemeriksa : omongannya seperti apa mas yang bisa bikin mangkel?


Pasien : nggak tau mbak

Pemeriksa : emang gimana ceritanya mas sampai mbacok ibu?

Pasien : pas itu saya di kamar jam 5 sore, rebahan, trus pingin aja mbacok,
saya ke dapur ambil golok, trus ada ibu lagi bikin lontong di dapur, saya bacok

Pemeriksa : bagian mana saja yang mas putra bacok dari ibu?

Pasien : punggung, kepala, lengan kanan

Pemeriksa : perasaan mas habis mbacok ibu gimana?

Pasien : sekarang merasa bersalah mbak

Pemeriksa : mas merasa senang, menyesal, marah atau sedih ke diri sendiri?

Pasien : nggak, biasa aja (menggelengkan kepala)

Pemeriksa : memangnya hubungan mas putra dengan orang tua tidak baik?

Pasien : baik

Pemeriksa : mas putra merasa kesal atau ada dendam dengan orang tua?

Pasien : tidak ada

Pemeriksa : mas putra ada dendam dengan keluarga atau orang lain?

Pasien : tidak ada

Pemeriksa : mas putra mbacok ibu itu ada yang menyuruh?

Pasien : tidak ada

Pemeriksa : mendengar bisikan gitu nggak mas?

Pasien : tidak ada

Pemeriksa : bener nggak ada yang ngomongin sesuatu ke telinganya mas?

Pasien : (pasien terdiam seperti memikirkan sesuatu) ada mbak


Pemeriksa : bisikannya kaya gimana mas?

Pasien : nggak tau mbak, nggak enak gitu aja

Pemeriksa : yang bisikin cewek apa cowok mas?

Pasien : cewek

Pemeriksa : ada berapa banyak yang mbisikin mas?

Pasien : satu aja

Pemeriksa : yang bisikin ada kayak nyuruh-nyuruh gitu nggak mas?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas udah dengerin bisikan seperti itu sejak kapan?

Pasien : udah lama

Pemeriksa : ada berapa tahun mas?

Pasien : tahun kemarin mbak

Pemeriksa : mas juga ngelihat bayangan gitu nggak?

Pasien : nggak

Pemeriksa : atau lihat kaya hantu setan gitu pernah?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas putra pernah kecelakaan?

Pasien : nggak

Pemeriksa : pernah terbentur kepalanya?

Pasien : pernah

Pemeriksa : kapan itu mas?

Pasien : waktu TK
Pemeriksa : mas putra pernah berurusan sama polisi sebelum kejadian
sekarang?

Pasien : nggak

Pemeriksa : pernah nggak mas kaya merasa dirasuki atau kesurupan?

Pasien : nggak

Pemeriksa : merasa ada yang mengendalikan diri mas?

Pasien : nggak

Pemeriksa : merasa punya kekuatan super?

Pasien : nggak

Pemeriksa : merasa ada yang ngikutin, mengawasi ada yang mau nyakitin?

Pasien : nggak

Pemeriksa : merasa diomongin dibelakang gitu?

Pasien : iya

Pemeriksa : kayak gimana mas ngomonginnya?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : tau siapa yang ngomongin?

Pasien : nggak

Pemeriksa : kalau nggak ada orang yang omongin kok mas merasa ada yang
ngomongin?

Pasien : nggak tau mbak, saya merasa ada orang yang ngomongin saya,
gatau dimana dia pokoknya ada yang ngomongin saya (lalu pasien memalingkan
wajah dan seperti bergumam sendiri dengan suara tidak jelas)

Pemeriksa : emang diomongin gimana mas, seperti ada yang jelek-jelekin gitu?
Pasien : nggak tau

Pemeriksa : mas putra pernah kesini nggak sebelumnya?

Pasien : pernah kesini dulu di ruang camar

Pemeriksa : waktu itu kenapa mas dibawa kesini?

Pasien : nggak tau lupa

Pemeriksa : waktu itu mas berontak, atau marah gitu?

Pasien : nggak tau lupa

Pemeriksa : mas putra habisnya pulang rajin kontrol?

Pasien : iya tiap bulan

Pemeriksa : obatnya diminum rutin nggak?

Pasien : iya

Pemeriksa : pernah ngerasa bosan minum obat, trus obatnya nggak diminum?

Pasien : iya

Pemeriksa : kapan itu mas ada satu bulan?

Pasien : iya

Pemeriksa : jadi bulan ini mas nggak minum obat?

Pasien : iya (pasien mengangguk)

Pemeriksa : bapak ibu biasanya ngingetin nggak kalau minum obat?

Pasien : biasanya bapak ngingetin

Pemeriksa : kalau bapak nggak ngingetin masnya minum nggak?

Pasien : nggak

Pemeriksa : akhir-akhir ini bapak ngingetin minum obat?


Pasien : nggak, bapak nggak peduli lagi

Pemeriksa : ibu ngingetin minum obat nggak?

Pasien : ngga, kerja terus

Pemeriksa : ibu kerja apa mas?

Pasien : di pasar sama bapak

Pemeriksa : mas putra sering sendirian di rumah kalau bapak ibu di pasar?

Pasien : iya

Pemeriksa : mas putra tinggal dimana?

Pasien : di Malang

Pemeriksa : serumah tinggal sama siapa aja mas?

Pasien : sama orang tua

Pemeriksa : punya saudara seperti kakak atau adik?

Pasien : punya kakak dua

Pemeriksa : hubungan sama kakak-kakaknya baik tidak mas?

Pasien : baik

Pemeriksa : pernah berantem sama kakaknya?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas suka marah-marah gitu nggak di rumah?

Pasien : nggak

Pemeriksa : kalau kayak ketawa, sedih, nangis, ngomong sendiri?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas putra suka merasa nggak berguna?


Pasien : iya

Pemeriksa : kenapa merasa begitu mas?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : merasa males buat ngelakuin apa-apa?

Pasien : iya

Pemeriksa : tapi mas kegiatannya apa aja di rumah?

Pasien : bersih-bersih

Pemeriksa : selain bersih-bersih?

Pasien : main hp

Pemeriksa : selain main hp? Kayak bantu orang tua, olahraga?

Pasien : saya biasa merenung mbak

Pemeriksa : kalau boleh tau apa yang mas putra renungkan?

Pasien : nggak tau (pasien menguap)

Pemeriksa : mas putra kayak memikirkan kesalahan atau kejadian?

Pasien : saya itu merasa kalau badan saya itu sakit, hati saya itu sakit

Pemeriksa : emang merenungkan apa itu mas kok bisa bikin sakit?

Pasien : nggak tau mbak, saya sampai merasa sesak

Pemeriksa : mas merasa sesak nafas? Nyeri dada atau punya asma?

Pasien : nggak

Pemeriksa : memang mas merasa sakit, pernah menyakiti diri sendiri?

Pasien : iya mbak

Pemeriksa : menyakiti diri sendiri seperti apa mas?


Pasien : saya ambil pisau, lalu saya seset (menyayat) perut saya disini mbak
(pasien memperlihatkan bekas sayatan di perutnya)

Pemeriksa : kenapa mas melakukan hal itu?

Pasien : nggak tau mbak

Pemeriksa : ada yang bisikin gitu tah mas?

Pasien : iya mbak

Pemeriksa : kapan mas kejadiannya?

Pasien : nggak tau mbak lupa

Pemeriksa : pas mas putra masih sekolah?

Pasien : iya mbak sekitar SMK tahun 2021

Pemeriksa : mas ada kepikiran maaf seperti bunuh diri?

Pasien : iya

Pemeriksa : kenapa mas mau seperti itu?

Pasien : nggak tau mbak (pasien menguap)

Pemeriksa : apa dulu mas mengalami kesulitan, dijahatin, merasa tidak


berguna?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : hubungan mas putra sama temen-temennya baik?

Pasien : baik

Pemeriksa : pernah ada masalah dengan teman?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas dulu pernah seperti dibully?


Pasien : nggak

Pemeriksa : mas dulu pernah tawuran nggak?

Pasien : nggak

Pemeriksa : pernah mencuri?

Pasien : nggak

Pemeriksa : dulu mas waktu sekolah punya pacar nggak?

Pasien : punya (pasien merasa tertarik dengan pertanyaan dan melihat ke


arah penanya)

Pemeriksa : punya berapa mantan?

Pasien : (pasien tersenyum) 5 mbak

Pemeriksa : mas putra juga punya teman dekat?

Pasien : iya

Pemeriksa : punya berapa banyak teman mas?

Pasien : riki

Pemeriksa : namanya riki ya, selain riki siapa lagi?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : kalau mas ada masalah suka cerita kalau ada masalah ke temennya?

Pasien : kadang aja mbak, itu juga dulu waktu SMP

Pemeriksa : biasanya kalau sama temennya suka ngapain?

Pasien : ngopi, mabar

Pemeriksa : mabar apa mas?

Pasien : mobile legend


Pemeriksa : kalau main mobile legend mas putra suka menangin atau jadi
beban?

Pasien : (pasien tersenyum) ya kadang menang kadang kalah, namanya juga


game

Pemeriksa : kalau marah main game, masnya ngapain?

Pasien : paling ngomong kasar aja mbak

Pemeriksa : sampai merusak hpnya tidak?

Pasien : nggak lah mbak, main game aja kok

Pemeriksa : pernah diajak minum alkohol atau ngepil gitu nggak sama
temennya?

Pasien : nggak

Pemeriksa : jadi mas putra nggak minum alkohol?

Pasien : nggak

Pemeriksa : pernah pakai narkoba?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas bisa tidur nggak?

Pasien : sudah 4 hari ini saya susah tidur

Pemeriksa : kenapa kok susah tidur mas?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : kalo susah tidur masnya ngapain?

Pasien : merokok

Pemeriksa : sehari merokok berapa banyak mas?


Pasien : 1 pack

Pemeriksa : mas putra dapat rokoknya dari mana, ambilnya bilang dulu tidak?

Pasien : ambil di warung ibu, kadang bilang kadang nggak bilang

Pemeriksa : selain susah tidur keluhan yang lain apa lagi mas?

Pasien : sudah 3 hari ini saya susah nafas waktu merenung

Pemeriksa : kok bisa sesak nafas mas, terasa nyeri gitu?

Pasien : nggak tau

Pemeriksa : makannya enak nggak mas?

Pasien : nggak

Pemeriksa : mas putra kalau ada masalah suka cerita ke siapa?

Pasien : nggak ada

Pemeriksa : mas putra cerita nggak ke ibu atau bapak?

Pasien : nggak

Pemeriksa : kenapa nggak cerita mas, kan kalau cerita bisa plong rasanya?

Pasien : nggak tau mbak

Pemeriksa : jadi kalau ada masalah suka dipendam sendiri nggak cerita-cerita?

Pasien : nggak mbak (pasien menguap tampak mengantuk dan menutup


mata)

Pemeriksa : ya sudah itu dulu ya mas, mas putra mengantuk ya, tidur dulu saja,
nanti kalau diberi obat sama dokter atau perawat diminum ya, kalau disini kan
ada yang merhatiin, jadi jangan sampai nggak diminum, terima kasih mas

Pasien : iya

Anda mungkin juga menyukai