Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

GANGGUAN STRES AKUT DISERTAI


GANGGUAN PENYESUAIN
Oleh:
Noviana Rachmadayanti (217.041.01043)

Dibimbing Oleh:
dr. Agustina Sjenny, Sp.KJ

KEPANITRAAN KLINIK MADYA


FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S I S L A M M A L A N G
L A B O R ATO R IU M I L M U K E D O K T ER A N J I WA R S U D B L A M B A N G A N B A N Y U WA N G I
2018
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Tn. D
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status Marital : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : D3 (Tamat)
Pekerjaan Terakhir : Berlayar dan Berdagang
Alamat : Banyuwangi
Tanggal Pemeriksaan : 21-05-2018
Nomor RM : 160226
ANAMNESA

Keluhan Utama :
Pasien kesulitan dalam berbicara
dan menyampaikan kata-kata sejak 
2 minggu yang lalu
AUTOANAMNESA

Pasien datang ke poli psikiatri RSUD blambangan Banyuwangi


diantar oleh ibunya, pasien tampak rapi, tidak bau, mengenakan setelan
celana jeans. Pasien mengaku datang ke Poli Psikiatri untuk konsultasi
terkait dengan keluhannya. Pasien mengeluhkan sulit berbicara dan
menyampaikan kata-kata, leher dan lidah seperti kaku. Hal tersebut
dirasakan saat pulang berdagang  1 minggu yang lalu.
2 minggu yang lalu pasien terlibat perselisihan hebat bersama
rekan dagangnya yang juga keluarganya sendiri. Terkait persaingan dan
peraturan PKL.
AUTOANAMNESA
Semenjak kejadian hari itu, pasien menjadi lebih pendiam, nafsu makan
berkurang, jarang bergaul dengan teman-temannya.
Pasien sering sulit tidur, kepala terasa berat, dan sering memimpikan
Mr.W. Keluhan pasien semakin memberat ketika melihat atau mendengar
Mr.W dan keluarganya (orang yang membuat pasien sangat jengkel dan
terfitnah).
Pasien tidak pernah mendengar ada bisikan-bisikan. Dan pasien juga
tidak merasa sedang diintai oleh seseorang.
HETEROANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang (Sumber informasi : ibu pasien)
2minggu yang lalu
Saudara sepupu pasien, meminta kepada pasien selaku ketua tim
PKL untuk menambahkannya sebagai anggota karena ingin ikut serta dan
juga membuka usaha dagang makanan.
Pasien membantunya dengan memberikan tempat yang tak jauh dari
tempatnya berdagang, selain itu pasien juga memaparkan peraturan dan
kesepakatan PKL sebelum-sebelumnya. Namun Mr.W tiba-tiba mengubah
menu makanannya persis seperti apa yang ia jual. Sehingga terjadi
persaingan yang hebat. Ketika pasien menegur, Mr.W dan keluarganya
makin menyudutkan pasien dan berkata-kata kasar di depan PKL yang
lainnya. Hingga pasien menjadi perbincangan buruk di tempat PKL nya
bersama rekan-rekan yang lainnya.
HETEROANAMNESA
Selain pasien difitnah didepan para PKL yang lain, pasien juga difitnah didepan
ibunya. Memang ibunya bukanlah ibu kandungnya, melainkan ibu angkatnya. Karena
ibu kandungnya sudah tidak mampu merawatnya sejak pasien SMA. Hal tersebut
membuat pasien tertekan amat dalam. Sehingga 2 hari pertama pasien sangat
pendiam, tidak bisa tidur, tidak mau bergaul dengan teman-temannya, pasien juga
sering bercerita bahwa sering memimpikan Mr.W.
Namun setiap malam pasien selalu diberi motivasi oleh ibunya, bahwa apapun yang
keluarga Mr.W katakan, ibunya tidak mempercayainya. Ibunya lebih percaya dan
menyayangi pasien. Karena ibu sudah menganggap Pasien benar-benar layaknya anak
kandung ibu. Dan ibu juga lebih menyampaikan, mengenalmu lebih lama dan lebih
dekat daripada keluarga Mr.W. Sehingga pasien mulai bersemangat lagi, nafsu makan
kembali membaik dan mau bergaul dengan teman-temannya.
1 minggu yang lalu
Sepulang dari berdagang, suara pasien menjadi terbata-
bata kaku. Semakin hari semakin terbata-bata. Sehingga
membuat ibunya ketakutan dan membawa pasien ke RS
Blambangan pada tanggal 23 Mei 2018.
CONT’

Riwayat Penyakit dahulu


 Riwayat Psikiatrik: disangkal

 Riwayat Penggunaan Napza Psikoaktif : pasien mengonsumsi


rokok sejak SMA hingga saat ini, namun sangat jarang. 3-4 hari
hanya sekali.

 Riwayat Penyakit Dahulu (Medis): Tidak didapatkan riwayat


diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, kejang atau penyakit
infeksi lainnya, dan riwayat trauma kepala.
CONT’

 Riwayat kepribadian sebelumnya : Sejak kecil pasien memang


sering memendam masalah dengan tidak suka bercerita kepada
siapapun karena khawatir membebani orang lain. Pasien mulai
tertutup terutama semenjak ayahnya meninggal (pasien SD).
CONT’
Riwayat Kehidupan Pribadi
 Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan anak
Pasien merupakan anak yang dikehendaki, dilahirkan oleh ibu kandungnya
(di Mojokerto). Lahir spontan, cukup bulan, persalinan normal.

 Riwayat sosial dan riwayat pekerjaan


Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara (saudara kandung),
ditambah dengan 2 saudara angkat (anak kandung dari ibu angkatnya).
Pasien sehari-hari bekerja berlayar dan berdagang.
CONT’

Faktor Keturunan
Tidak ada

Faktor Organik
Riwayat trauma atau kecelakaan dan cidera kepala
disangkal, riwayat kejang disangkal, pemakaian zat atau
obat.
PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Generalis:
 Vital Sign
o Tensi : 120/80 mmHg
o Nadi : 82 x/menit
o Respirasi : 16 x/menit
o Suhu : tidak dilakukan
o Keadaan Umum : Tampak baik, compos mentis
 Kepala/Leher : normal
 Thorax : normal
 Abdomen: normal
 Ekstremitas: akral hangat
CONT’

Pemeriksaan Saraf
 GCS : E4 V5 M6
 Meningeal Sign : kaku kuduk (-)
CONT’
Pemeriksaan Psikiatri
1. Deskripsi Umum
Penampilan : Pasien berpakaian rapi mengenakan setelan celana
jeans dan jaket.
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pasien tampak sedikit gelisah, disaat
pasien diajak berkomunikasi pasien tidak dapat tenang, menggoyang-goyangkan kaki
dan tangan.
Sikap terhadap pemeriksa : awalnya tertutup, namun kooperatif dan akhirnya
mampu bersahabat dengan pemeriksa.
2. Mood dan Afek
Mood : depresif
Afek : menyempit
Keserasian : appropiate
CONT’
3. Pembicaraan
Pasien cenderung diam jika tidak ditanya dan pasien akan menjawab pertanyaan
dengan seadanya. Terutama jika pertanyaan sepur Mr.W pasien tampak bingung,
kecewa, sedih dan letih dengan cara menghela nafas dalam-dalam dan menunduk.
4. Persepsi
Tidak ada halusinasi
5. Pikiran
a. Bentuk pikir : realistik
b. Arus pikir
• Produktivitas : pasien dapat menjawab, namun pasien berfikir keras dan terbata-bata
tiap kata.
• Kontinuitas : koheren, mampu memberikan jawaban sesuai pertanyaan.
• Hendaya berbahasa : terdapat hendaya berbahasa, karena pasien tampak menjadi
lebih pendiam dan menarik diri.
c. Isi pikiran : waham (-), fobia (-)
CONT’

6. Sensorium dan kognisi


 Kesadaran : compos mentis
 Orientasi dan daya ingat : W/T/O+/+/+ baik dan tidak terganggu
daya ingatnya
 Konsentrasi : terganggu, pasien hanya dapat melakukan
pengurangan angka 7 yang dimulai 100-7 hanya sampai 2 kali
pengurangan dengan tepat dan membutuhkan waktu cukup lama.
 Perhatian : cukup, pasien dapat mengeja kata “dunia”
dari belakang dengan 1x kesempatan ulang.
 Kemampuan membaca dan menulis : baik, pasien dapat menulis kalimat
dengan benar dan mengikuti perintah apa yang dituliskan “pejamkan
mataku”
CONT’

7. Pengendalian impuls
Selama wawancara, tidak ditemukan gangguan pengendalian impuls.
8. Daya nilai dan tilikan
 Daya nilai sosial : baik
 Uji Daya nilai : baik
 Penilaian Realita : baik
 Tilikan : Tilikan 6 (Pasien menyadari sepenuhnya tentang situasi
dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan)
9. Taraf dapat dipercaya
Pasien dapat dipercaya
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Axis I : F43.0 (Reaksi Stres Akut) disertai


F43.2 (Gangguan Penyesuaian)
Axis II : F60.1 Gangguan Kepribadian Skizoid, Ciri kepribadian
tertutup
Axis III : Tidak ditemukan
Axis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Axis V : GAF 70-61
PENATALAKSANAAN

Pasien Rawat Jalan

Farmakoterapi:
R/Elizac 1 x 20mg
R/Risperidone 0,2 mg
Clobazam 5 mg
Vit B1 20 mg
Mfla. pulv da in caps dtd No. XIV
Signa 2dd1
NON FARMAKOTERAPI
Psikoterapi
• Memotivasi pasien agar dapat menjalani pengobatan sesuai yang dianjurkan
• Memotivasi pasien agar dapat berkomunikasi dan terbuka dengan
permasalahan yang dihadapi
Sosioterapi
• Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien, factor
pencetus, perjalanan penyakit, pengobatan, komplikasi, dan kemungkinan-
kemungkinan atau prognosis kondisi pasien
• Menjelaskan dan memberi pengarahan tentang sikap dan peran keluarga
terhadap kondisi pasien.
NON FARMAKOTERAPI
Spiritual
• Memotivasi untuk terus berdoa dan mendekatkan diri kepada tuhan,
meminta ridho atas kesembuhan pasien
• Menstimulasi dan mengajak pasien untuk turut beribadah sebisa mungkin
dan selalu berdoa
Monitoring
• Selalu mengawasi pasien
• Menjauhkan dari barang-barang yang berisiko sebagai alat untuk bunuh diri
• Menjauhkan dari penggunaan alcohol dan obat yang menyebabkan
ketergantungan
• Mengawasi perkembangan keluhan pasien
PROGNOSIS
Hal-hal yang meringankan
Tidak ada faktor organik
Hal-hal yang memberatkan
Belum Menikah
Faktor pencetus masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
Tinjauan Pustaka
Gangguan Stres Akut dan
Gangguan Penyesuaian
DEFINISI
Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder/ASD) adalah sebuah
kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa
yang mengerikan, hasil dari sebuah peristiwa traumatis di mana
seseorang mengalami atau saksi suatu peristiwa yang menyebabkan
korban/saksi untuk mengalami ekstrim, mengganggu atau tidak
terduga takut, stres, (dan kadang-kadang rasa sakit) dan yang
melibatkan atau mengancam serius, dirasakan cedera serius
(biasanya kepada orang lain), atau kematian.
Faktor kerentanan yang merupakan predisposisi tampaknya memainkan peranan
penting dalam menentukan apakah gangguan akan berkembang, yaitu :
1. Adanya trauma masa anak-anak
2. Sifat gangguan kepribadian ambang, paranoid, dependen, atau anti sosial
3. Sistem pendukung yang tidak adekuat
4. Kerentanan konstitusional genetika pada penyakit psikiatrik
5. Perubahan hidup penuh stress yang baru terjadi
6. Persepsi lokus kontrol eksternal
7. Penggunaan alkohol, walaupun belum sampai taraf ketergantungan
MANIFESTASI KLINIS

Gejala menunjukkan variasi yang besar, tetapi biasanya


mereka menyertakan sebuah keadaan awal dari "linglung",
dengan beberapa penyempitan bidang kesadaran dan
penyempitan perhatian, ketidakmampuan untuk memahami
rangsangan, dan disorientasi.
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan stress akut menurut DSM IV adalah
sebagai berikut:
Orang telah terpapar dengan suatu kejadian traumatik dimana kedua dari
berikut ini ditemukan:
 Orang mengalami, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu kejadian
atau kejadian-kejadian yang berupa ancaman kematian atau kematian yang
sesungguhnya atau cedera yang serius, atau ancaman kepada integritas diri
atau orang lain.
 Respon orang tersebut berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya atau
horor.
Salah satu selama mengalami atau setelah mengalami kejadian yang
menakutkan, individu tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut :
 perasaan subyektif kaku, terlepas, atau tidak ada responsivitas emosi.
 penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya (misalnya, berada dalam
keadaan tidak sadar)
 derealisasi
 depersonalisasi
 amnesia disosiatif (yaitu, ketidakmampuan untuk mengingat aspek
penting dari trauma)
Kejadian traumatik secara menetap dialami kembali sekurangnya satu cara
berikut: bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren,
atau suatu perasaan hidupnya kembali pengalaman atau penderitaan
saat terpapar dengna pengingat kejadian traumatik.
Penghindaran jelas terhadap stimuli yang menyadarkan rekoleksi trauma
(misalnya, pikiran, perasaan, percakapan, aktivitas, tempat, orang).
Gejala kecemasan yang nyata atau pengingat kesadaran (misalnya, sulit
tidur, iritabilias, konsentrasi buruk, kewaspadaan berlebihan, respon
kejut yang berlebihan, dan kegelisahan motorik).
Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain, menganggu kemampuan
individu untuk mengerjakan tugas yang diperlukan, seperti meminta bantuan
yang diperlukan atau menggerakan kemampuan pribadi dengan menceritakan
kepada anggota keluarga tentang pengalaman traumatik.
Gangguan berlangsung selama minimal 2 hari dan maksimal 4 minggu dan terjadi
dalam 4 minggu setelah traumatik
Gangguan tidak disebabkan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum, tidak
lebih baik diterangkan oleh gangguan psikotik singkat dan tidak semata-mata
suatu eksaserbasi gangguan Aksis I atau Aksis II dan telah ada sebelumnya.
TATALAKSANA
Terapi perilaku kognitif yang mencakup eksposur dan
restrukturisasi kognitif ternyata efektif dalam mencegah
PTSD pada pasien yang didiagnosis dengan klinis ASD
dengan hasil yang signifikan pada 6 bulan follow-up.
Kombinasi relaksasi, restrukturisasi kognitif, imaginal
eksposur dan vivo eksposur lebih unggul untuk
mendukung konseling
PROGNOSIS
Prognosis untuk gangguan ini sangat baik. Jika
berkembang ke gangguan lain (biasanya PTSD), tingkat
keberhasilan dapat bervariasi sesuai dengan spesifikasi
yang terjadi pada gangguan
Gangguan Penyesuaian
DEFINISI

Gangguan penyesuaian adalah reaksi maladaptif jangka


pendek terhadap apa yang disebut orang awam sebagai
nasib malang pribadi atau apa yang disebut dokter psikiatrik
sebagai stresor psikososial
Gangguan penyesuaian dengan mood depresi terjadi pada
individu yang sebelumnya berfungsi baik, segera setelah
mengalami stres yang dapat diidentifikasi, mengakibatkan
gangguan fungsi, dan sembuh setelah stres hilang
ETIOLOGI

Gangguan penyesuaian dicetuskan oleh satu atau lebih


stresor. Beratnya stresor tidak selalu meramalkan keparahan
gangguan. Stresor pada masalah penyesuaian atau keadaan
stres ini dapat bersumber pada frustasi, konflik, tekanan, atau
krisis
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya gangguan penyesuaian pada seseorang.
- Peran stres
- Variabiliras individu
MANIFESTASI KLINIS
Sampai tiga bulan mungkin ditemukan stresor dan perkembangan
gejala. Gejala tidak selalu menghilang segera setelah stresor menghilang dan
jika stresor berlanjut, gangguan mungkin akan menjadi kronik. Gejalanya
sangat bervariasi, dengan depresi, kecemasan dan gangguan campuran
adalah yang paling sering pada orang dewasa. Manifestasi juga termasuk
perilaku menyerang dan kebut-kebutan, minum berlebihan, melarikan diri dari
tanggung jawab hukum, dan menarik diri. Presentasi klinis dapat sangat
bervariasi berupa kecemasan, depresi, gangguan tingkah laku, campuran
gangguan emosi dan konduksi, serta campuran kecemasan dan depresi
PENATALAKSANAAN
- Psikoterapi
Intervensi psikoterapi pada gangguan penyesuaian bertujuan untuk
mengurangi efek dari stressor, meningkatkan kemampuan mengatasi
(coping) stressor yang tidak bisa dikurangi, dan menstabilkan status
mental dan system dukungan untuk memaksimalkan adaptasi
- Farmakoterapi
Biasanya, penggunaan terapi farmakologi oleh individu dengan gangguan
penyesuaian adalah untuk mengurangi gejala seperti insomnia,
kecemasan dan serangan panik.
PROGNOSIS

Gangguan penyesuaian termasuk kelompok gangguan yang


paling ringan sehingga prognosisnya baik dengan pengobatan
yang sesuai. Sebagian besar pasien kembali ke tingkat fungsi
sebelumnya dalam tiga bulan. Akan tetapi, remaja biasanya
memerlukan waktu pulih lebih lama dibandingkan orang
dewasa
KESIMPULAN
Pada gangguan stres dan penyesuaian, dapat diberikan
psikoterapi atau farmakoterapi atau kombinasi kedua terapi.
Psikoterapi adalah pilihan utama, dengan tujuan untuk
menganalisa stressor yang mengganggu pasien kemudian
dihilangkan atau diminimalkan.
Psikoterapi, konseling krisis medis, intervensi krisis, terapi
keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku-kognitif, dan terapi
interpersonal semua mendorong individu untuk mengekspresikan
pengaruh, ketakutan, kecemasan, kemarahan, rasa tidak berdaya,
dan putus asa terhadap stressor.
Farmakoterapi diberikan dalam waktu singkat, dan tergantung dari
tipe gangguan penyesuaian, dapat diberikan penggolongan obat yang
efektif. Pemberian antiansietas berguna untuk pasien dengan
kecemasan. Antidepresi dapat diberikan bila dijumpai adanya depresi.
Farmakoterapi adalah sebuah augment psikoterapi dan bukan
sebagai terapi primer.
JADI.....

Setiap manusia memiliki kebutuhan, sehingga membutuhkan


usaha untuk memenuhinya.
Dan proses pemenuhannya pun tidak gampang, kadang kala
perjuangan yang keras sangat kita perlukan.
Hingga akhirnya bermunculan berbagai macam stressor yang
mewarnai perjuangan itu.

Dunia tanpa stressor tidak mungkin, layaknya


dunia tanpa adanya kuman maupun semut
BELAJARLAH......
Bukan menghilangkan dan menghindari stresor, tetapi
bersahabatlah bagaimana menghadapinya.
Yaitu...
Membuat diri lebih tahan stres dengan
mengembangkan cara-cara penyesuaian diri yang efektif.
Jadi, Kenalilah Dirimu Kenalilah Jati Dirimu

Anda mungkin juga menyukai