Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipospadia merupakan salah satu kelainan kongenital saluran kemih,


dimana meatus uretra pria terletak tidak pada lokasi yang seharusnya. Pada
hipospadia terdapat gangguan perkembangan uretra yang mana meatus uretra
eksternus terletak di permukaan ventral penis dan lebih ke proksimal dari
tempatnya yang normal pada ujung penis.

Prevalensi hipospadia sekitar 0,3-0,8%, menempati frekuensi paling


banyak diantara kelainan kongenital malformasi genitalia eksternal pria. Angka
kejadian hipospadia menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, dimana
masing-masing negara memiliki insidensi hipospadia yang bervariasi. Namun
secara umum dapa dikatakan bahwa insidensi hipospadia berkisar antara 1:125
hingga 1:300 dalam setiap kelahiran hidup bayi pria. Beberapa kasus hipospadia
baru diketahui ketika bayi sudah mulai menjadi anak-anak sehingga keterampilan
dokter dalam mendiagnosa kasus hipospadia sangat dibutuhkan untuk menentukan
terapi dan tindakan selanjutnya karena terkait dengan perkembangan psikologis
anak.

Menurut Hosam et al, (2008), angka kejadian komplikasi post uretroplasti


adalah 40% untuk komplikasi awal dan 48% untuk komplikasi lanjut. Komplikasi
pada operasi hipospadia adalah tinggi jika dibanding dengan operasi rekonstruksi
yang lain. Fistula uretrokutan setelah urtroplasti merupakan komplikasi yang
sering dan menyebabkan frustasi dari operator. Secara umum fistula didefinisikan
sebagai saluran yang menghubungkan antara dua permukaan epitelial.
Permasalahan yang dihadapi pada fistula uretrokutan seringkali berulang dan
kadang berpotensi mengganggu secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan pemaparan diatas, hipospadia merupakan salah satu dari
kasus yang menjadi perhatian tenaga medis umum terutama adalah tenaga medis

1
2

yang bekerja di puskesmas dimana tempat rujukan faskes pertama, sehingga


kemampuan memahami dan mendiagnosa kasus tersebut harus dikuasai.
Pada review ini akan dibahas laporan kasus, definisi, epidemiologi,
etiopatofisiologi, gejala klinis, penegakan diagnosa serta penatalaksanaan pada
kasus hipospadia. Berdasarkan hal tersebut penulisan laporan kasus ini
menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber kepustakaan jurnal, textbook, serta sumber informasi lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu mendiagnosa dan melakukan penatalaksanaan kasus hipospadia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi, etiopatofisiologi, klasifikasi hipospadia.
2. Penegakan Diagnosa hipospadia.
3. Penatalaksanaan, follow up, dan komplikasi pada kasus hipospadia.

1.3 Manfaat
Laporan kasus ini dapat bermanfaat sebagai sarana ilmu pengetahuan
medis dan dapat dijadikan sebagai bahan literatur tentang gambaran kasus
hipospadia.

Anda mungkin juga menyukai