SELULITIS
Oleh:
Fauziah Nur Sabrina
G99181030
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Diagnosis selulitis yang tidak tepat akan menjadi masalah dan lebih
membutuhkan studi prospektif dibandingkan dengan studi retrospektif untuk
mengukur sejauh mana keparahan penyakit. Selulitis harus dibedakan dari
2
eczema tungkai bawah, edema dengan blister (melepuh), thrombophlebitis
dan liposclerosis, dan vasculitis.
II. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme
terjadinya selulitis sehingga diagnosis dapat ditegakan lebih dini serta
mendapat penanganan yang adekuat dan tepat agar dapat mengontrol gejala
dengan baik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis
dan subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal
(robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun
pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit
sistemik. Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat
predileksinya di tungkai bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan
malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor),
nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut.
Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan
antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh
tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan.
Gambar 1: Anatomy of Skin and Soft Tissues and Different Types of Skin and
Soft-Tissue Infection (B)
Selulitis dibagi menjadi 4 klasifikasi untuk mempermudah
penatalaksanaan. Klasifikasi dibagi berdasarkan Klasifikasi Eron, sebagai
berikut:
4
Tabel 1. Selulitis Klasifikasi Eron
Kelas Toksisitas Komorbid Oral v Rawat jalan v
sistemik intravena rawat inap
antibiotik
5
imunokompromis lebih sering melalui aliran darah (buku kuning). Onset
timbulnya penyakit ini pada semua usia.
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering
berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan
pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan limfatik
pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala sebagai lesi kultur
pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah Staphylococcus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran
bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan
gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi
mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan
infeksi derajat rendah.
6
Tabel 2: Etiologi Soft Tissue Infection (STIs)
7
Bakteri Patogen
Streptokokus piogenes, streptokokus grup A, Stapilokokus aureus
(Isselbacher,1999:634)
Bagan 1. Skema Patogenesis Bakteri Patogen Penyebab Selulitis
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya
semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri tekan dan
bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul secara cepat di
sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu. Pada keadaan akut,
kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai limfadenopati limfangitis. Tanpa
pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau
gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,
menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan
yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor
(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi
tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat dapat
8
ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis ascenden. Pada
pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.
Periode inkubasi sekitar beberapa hari. Gejala prodormal berupa:
malaise anoreksia; demam, menggigil dan berkembang dengan cepat,
sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya. Pasien imunokompromais
rentan mengalami infeksi walau dengan patogen yang patogenisitas rendah.
Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak
diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau
sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elefantiasis.
Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher, sedangkan
pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena berhubungan dengan
riwayat trauma di ekstremitas. Pada penggunaan salah obat, sering berlokasi
di lengan atas. Komplikasi jarang ditemukan, tetapi termasuk
glomerulonefritis akut (jika disebabkan oleh strain nefritogenik
Streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial subakut). Kerusakan
pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis rekurens.
9
Gambar 3. Selulitis pada Ekstremitas
D. Diagnosis
Diagnosis selulitis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis. Pada pemeriksaan klinis selulitis ditemukan makula eritematous, tepi
tidak meninggi, batas tidak jelas, edema, infiltrat dan teraba panas, dapat
disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat
menjadi septikemia.
10
Selulitis yang disebabkan oleh H. Influenza tampak sakit berat, toksik
dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratorius bagian atas bakteriemia
dan septikemia. Lesi kulit berwarna merah keabu-abuan, merah kebiru-biruan
atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan dapat juga ditemukan pada selulitis
yang disebabkan oleh Streptokokus pneumonia Pada pemeriksaan darah tepi
selulitis terdapat leukositosis (15.000-400.000) dengan hitung jenis bergeser
ke kiri.
Tabel 3. Gejala dan Tanda Selulitis
Gejala dan tanda Selulitis
Gejala prodormal : Demam, malaise, nyeri sendi dan menggigil
Daerah predileksi : Ekstremitas atas dan bawah, wajah, badan dan
genitalia
Makula eritematous : Eritema cerah
Tepi : Batas tidak tegas
Penonjolan : Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau bula : Biasanya disertai dengan vesikel atau bula
Edema : Edema
Hangat : Tidak terlalu hangat
Fluktuasi : Fluktuasi
E. KOMPLIKASI
Pada anak dan orang dewasa yang immunocompromised, penyulit
pada selulitis dapat berupa gangren, metastasis, abses dan sepsis yang berat.
Selulitis pada wajah merupakan indikator dini terjadinya bakteriemia
Staphylococcus beta hemollitikus grup A, dapat berakibat fatal karena
11
mengakibatkan trombosis sinus cavernosum yang septik. Selulitis pada wajah
dapat menyebabkan penyulit intrakranial berupa meningitis.
F. DIAGNOSIS BANDING
Deep thrombophlebitis, dermatitits statis, dermatitis kontak, giant
urticaria, insect bite (respons hipersensitifitas), erupsi obat, eritema nodosum,
eritema migran (Lyme borreliosis), perivascular herpes zooster, acute Gout,
Wells syndrome (selulitis eosinofilik), Familial Mediterranean fever-
associated cellulitis like erythema, cutaneous anthrax, pyoderma
gangrenosum, sweet syndrome (acute febrile neutrophilic dermatosis),
Kawasaki disease, carcinoma erysipeloides.
G. PENATALAKSANAAN
Selulitis karena Streptococcus diberi penisilin prokain G 600.000-
2.000.000 IU IM selama 6 hari atau dengan pengobatan secara oral dengan
penisilin V 500 mg setiap 6 jam, selama 10-14 hari. Pada selulitis karena H.
Influenza diberikan Ampicilin untuk anak (3 bulan sampai 12 tahun) 100-200
mg/kg/d (150-300 mg), >12 tahun seperti dosis dewasa.
Pada selulitis yang ternyata penyebabnya bukan staphylococcus
aureus penghasil penisilinase (non SAPP) dapat diberi penisilin. Pada yang
alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan eritromisin (dewasa:
250-500 gram peroral; anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari) tiap 6 jam selama 10
hari. Dapat juga digunakan klindamisin (dewasa 300-450 mg/hari PO; anak-
anak 16-20 mg/kgbb/hari). Pada yang penyebabnya SAPP selain eritromisin
dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 500 mg/hari secara oral
selama 7-10 hari.
12
Tabel 4. Penatalaksanaan Selulitis (CREST, 2005)
Clarithromycin 500mg bd po
or Clarithromycin 500mg bd IV
Class II or
* Ceftriaxone 1g od IV Clindamycin 600mg tds IV
(OPAT only)
13
Bagan 2. Manajemen Selulitis (IDSA Guideline, 2014)
H. PROGNOSIS
Banyak selulitis dan infeksi jaringan lunak dapat diobati secara
rawat jalan dengan antibiotik oral dan tidak mengakibatkan gejala sisa.
Sebagian besar pasien merespon dengan baik terhadap antibiotik oral.
14
BAB III
STATUS PASIEN
A. Anamnesa
1. Identitas penderita
Nama : Tn. D
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin :L
Agama : Islam
Pekerjaan : Montir
Alamat : Karanganyar
No. RM : 014051XX
Tanggal Masuk RS : 5 September 2018
Tanggal Pemeriksaan : 5 September 2018
2. Keluhan utama
Kaki kiri bengkak dan merah
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan kaki kiri bengkak, merah dan nyeri
kurang lebih 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan terus-terusan dan seperti
ditusuk-tusuk. Sebelumnya kaki pasien tertimpa buah sawit dan sudah
berobat tetapi tidak ada perubahan. Selain itu pasien juga mengeluhkan
demam sejak 2 hari yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa: (-)
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Alergi (-)
Riwayat Asma (-)
5. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok (+) 10 tahun
Riwayat minum jamu (-)
15
Riwayat minum obat bebas (-)
Riwayat minum alcohol (-)
6. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat sakit kuning (-)
Riwayat sakit ginjal (-)
Riwayat operasi (-)
Riwayat mondok (-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Februari 2017
1. Keadaan Umum : CM, gizi kesan cukup, tampak sakit sedang
2. Tanda Vital
Tensi : 138 / 95 mmHg
Nadi : 80x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup
Napas : 20x/menit, abdominothorakal
Suhu : 37,20C
3. Status gizi :
BB : 60 kg
TB : 165 cm
BMI : 22 kg/m2
Kesan : Status gizi cukup
4. Kulit : warna coklat, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-),
kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-)
5. Kepala : bentuk mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok (-),
luka (-), atrofi m. Temporalis (-).
6. Mata : mata cekung (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-
/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3
mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)
16
7. Telinga : sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-)
8. Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
9. Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-), gusi
berdarah (-), luka pada sudut bibir (-), oral thrush (-)
10. Leher : JVP R + 2 cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris,
pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher
kaku (-), distensi vena-vena leher (-)
11. Axilla : rambut axilla rontok (-)
12. Thorax : bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan =
kiri, venektasi (-), retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan
torakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-),
atrofi m. Pectoralis (-).
a. Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : ictus kordis tidak kuat angka, teraba di 1 cm sebelah
medial SIC V linea medioclavicularis sinistra
Perkusi :
- Batas jantung kanan atas: SIC II linea sternalis dextra
- Batas jantung kanan bawah: SIC IV linea parasternalis
dekstra
- Batas jantung kiri atas: SIC II linea sternalis sinistra
- Batas jantung kiri bawah: SIC V 1 cm medial linea
medioklavicularis sinistra
- Pinggang jantung : SIC III lateral parasternalis sinistra
→ konfigurasi jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler,
bising (-), gallop (-).
b. Pulmo
Inspeksi
17
- Statis : normochest, simetris, sela iga tidak melebar, iga
tidak mendatar
- Dinamis: pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga
tidak melebar, retraksi intercostal (-)
Palpasi
- Statis : simetris
- Dinamis: pergerakan kanan=kiri, fremitus raba kanan=kiri
Perkusi
- Kanan : sonor, redup pada batas relatif paru-hepar pada SIC
VI linea medioclavicularis dextra, pekak pada batas absolut
paru hepar
- Kiri : sonor, sesuai batas paru jantung pada SIC VI linea
medioclavicularis sinistra
Auskultasi
- Kanan : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-),
krepitasi (-)
- Kiri : suara dasar vesikuler normal, suara tambahan
wheezing (-), ronkhi basah kasar (-), ronkhi basah halus (-),
krepitasi (-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding thorak, ascites (-),
venektasi (-), sikatrik (-), striae (-), caput medusae (-), ikterik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal, bruit hepar (-), bising
epigastrium (-)
Perkusi : timpani, Pekak alih (-), Pekak sisi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
14. Ekstremitas
Akral dingin Oedem
18
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium Darah (8 September 2017)
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hb 13,2 g/dl 13,5-17,5
Hct 39 % 33-45
D. DIAGNOSIS BANDING
Erisipelas
E. DIAGNOSIS
Selulitis
F. PENATALAKSANAAN
1. Non – Medikamentosa
a. Elevasi tungkai bawah 30o untuk mengurangi oedema
19
b. Pengawasan hygiene dan tanda vital
2. Medikamentosa
a. Kompres dengan NaCl 0,9% 2 x 30 menit
b. Topikal: Asam Fusidat cream 2%
c. Penicilin-V 500mg/8 jam peroral
G. PROGNOSIS
Ad Vitam : dubia
Ad Sanam : dubia
Ad Functionam : dubia
Ad cosmeticam : dubia
20
Penulisan Resep :
Penicillin V
21
BAB IV
PEMBAHASAN OBAT
3. Penicillin V
Penicillin V adalah obat golongan penisilan yang diproduksi melalui
fermentasi Penicillium chrysogenum efektif melawan Streptococcus,
Gonococcus, dan Staphylococcus.
22
Mekanisme Kerja:
Penisilin menghambat pembentukan sintesa dinding sel bakteri sehingga
bila sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka
bertambahnya plasma atau air yang terserap dengan jalan osmosis akan
menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah.
Resistensi:
Pemakaian yang tidak tepat dapat menyebabkan bakteri terutama
golongan Staphylococcus dan E.coli menjadi resisten terhadap penisilin.
Resistensi bakteri ini terbentuk dengan cara bakteri membentuk enzym β
lactamase atau bakteri mengubah bentuknya menjadi bakteri huruf L yaitu
bentuk bakteri tanpa dinding sel. Bakteri bentuk L dapat menimbulkan infeksi
kronis (misalnya infeksi paru-paru dan saluran kemih) karena lama
berkembangnya. Bakteri semacam ini dengan mudah dapat dimatikan dengan
kotrimoksazol atau tetrasiklin.
Farmakokinetik:
Penisilin V tahan dengan asam lambung, sehingga dapat dilakukan
pemberian secara oral.
Sediaan:
Phenoxymethyl Penicillin tablet 250mg, 500mg.
Efek Samping:
- Reaksi hipersensitif, mulai ruam dan gatal sampai serum sickness dan
reaksi alergi sistemik yang serius.
- Nyeri tenggorokan atau lidah, lidah terasa berbulu lembut, muntah, diare.
- Mudah marah, halusinasi, kejang
23
BAB V
PENUTUP
24
DAFTAR PUSTAKA
25