LAPORAN KASUS
Disusun oleh
H1A320042
Pembimbing:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini
secara tepat waktu. Tulisan kali ini melaporkan sebuah kasus dari pasien yang
terdiagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh. Tulisan ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma
Nusa Tenggara Barat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Emmy
Amalia Sp.KJ selaku pembimbing laporan kasus ini atas bimbingan dan masukan
dalam pengerjaan tulisan.
Tentunya penulis menyadari bahwa tulisan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat dibutuhkan penulis. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan
tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis dan pembaca.
Penulis
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Tn. H
Tanggal lahir : 25 Juli 1987
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Membuang sampah
Status : Duda
Alamat : Parampuan
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= meninggal
⬛ = pasien
Kotak besar: tinggal serumah
II.3 Diagnosis
Evaluasi Diagnosis Multiaksial
o Aksis I : Gangguan cemas menyeluruh
o Aksis II :–
o Aksis III :–
o Aksis IV : –
o Aksis V : GAF 60-51
III. TATALAKSANA
III.1 Farmakologi
o Fluoxetin 1 x 20 mg
o Risperidone 2 x 0,5 mg
o Alprazolam 2 x 0,5 mg
III.2 Non-farmakologi
o Terapi perilaku-kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi
tilikan. Teknik perilaku-kognitif memiliki efektivitas jangka
pendek maupun panjang. Pendekatan kognitif secara langsung
ditujukan pada distorsi kognitif pasien yang didalilkan dan
pendekatan perilaku ditujukan pada gejala somatik secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan
perilaku adalah relaksasi dan biofeedback. Terapi suportif
menawarkan pasien keamanan dan kenyamanan, walaupun
efektivitas jangka panjangnya diragukan. Sebagian besar pasien
mengalami berkurangnya kecemasan secara nyata ketika
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan mereka
dengan dokter yang simpatik dan peduli. Jika klinisi
menemukan situasi eksternal yang mencetuskan kecemasan,
mereka mungkin mampu mengubah lingkungan sehingga
mengurangi tekanan yang menimbulkan stres. Perbaikan gejala
sering memungkinkan pasien berfungsi efektif di dalam
pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan
hadiah dan kepuasan baru yang juga bersifat terapeutik.
IV. PROGNOSIS
IV.1 Ad vitam : Dubia ad bonam
IV.2 Ad functionam : Dubia ad bonam
IV.3 Ad sanationam : Dubia ad bonam
V. IDENTIFIKASI KELUARGA PASIEN
Pasien tinggal serumah dengan saudara ipar. Pasien tidur di luar
rumah karena merasa sungkan dengan saudaranya. Pasien memiliki satu
orang anak yang tinggal dengan kakeknya.
Maslim, R., 2014. Panduan Praktis, Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Maslim, R., 2019. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III,
DSM-5, ICD-11. Jakarta: Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya.
Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia A., 2018. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.