Anda di halaman 1dari 6

Behavior Changes and Disorders

Resume Lecture 23-24


“Post Traumatic Stress Disorder”

DR I GUSTI AYU INDAH ARDANI, SP.KJ(K)


Ditulis oleh : Di edit oleh :
● Ivana Pandango / 2002511013 ● Hari Ugrasena / 2002511184
● Audrina Arsati/ 2002511097
Definisi
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
diklasifikasikan dalam DSM-5 sebagai Trauma and
Stressor-Related Disorder.
Diagnosis Banding
PTSD adalah trauma dan gangguan terkait stress,
yang didefinisikan oleh co-occurrence dari Diagnosis banding dari PTSD yaitu Mood Disorders
reexperiencing (mengingat atau mengalami kejadian (gangguan suasana hati), General Anxiety Disorder
berulang), avoidance (penghindaran), negative (gangguan kecemasan umum), Acute Stress
beliefs (keyakinan negative) dan gejala hyperarousal Disorder (gangguan stress akut), Obsessive
yaitu kewaspadaan saat mengingat suatu kejadian Compulsive Disorder (OCD) dan Major Depressive
setelah selamat dari suatu kejadian yang ekstrem, Disorder (Gangguan depresi mayor)
inilah yang disebut Trias dari PTSD atau tiga gejala
utama dari PTSD. Diagnosis dan Gejala
PTSD adalah hasil umum dari semua jenis peristiwa
trauma mulai dari yang mengerikan sampai yang Klinik
biasa, sehingga tidak seperti kebanyakan gangguan
mental lainnya, diagnosis PTSD bergantung pada
mengaitkan gejala saat ini dengan peristiwa Berdasarkan DSM-5 terdapat 4 gejala klinik :
kehidupan pemicu traumatis (misalnya, depresi ● Re-experiencing
dapat didiagnosis setelah kejadian terjadi).Sehingga
PTSD dapat terjadi setelah kejadian traumatis terjadi ● Avoidance
atau bisa juga tertunda beberapa tahun kemudian
● Negative Cognition
jadi pasien datang dengan keluhan seperti tegang,
insomnia, merasa ada yang mengatur hidupnya ● Hyperarousal
bahkan bisa kehilangan makna hidup, sehingga
orang yang mengalami PTSD berada pada keadaan Kriteria Diagnosis PTSD menurut DSM-5 :
stress yang berkepanjangan akibat munculnya A. Paparan kematian aktual atau terancam, cedera
gangguan otak, berkurangnya kemampuan serius, atau kekerasan seksual (1/4)
intelektual dan emosional dan gangguan B. Adanya satu (atau lebih) gejala gangguan berikut
kemampuan sosial, berdasarkan Direktorat yang terkait dengan peristiwa traumatis (1/5)
Pendidikan Pertama PTSD diartikan sebagai suatu C. Penghindaran terus-menerus terhadap
stress sebagai reaksi fisik dan emosional terhadap rangsangan yang terkait dengan peristiwa
suatu peristiwa psikologis ketika seseorang traumatis (1/2)
mengalami stress, secara biologi terjadi perubahan D. Perubahan negatif dalam kognisi dan suasana
hati yang terkait dengan peristiwa traumatis (2/7)
organ dan secara emosional sering memperlihatkan
E. Perubahan yang ditandai dalam gairah dan
rasa takut, marah sehingga Mood Effectnya tampak reaktivitas yang terkait dengan peristiwa
kacau atau labil selain itu juga dapat diartikan traumatis (2/6) seperti perilaku mudah marah,
sebagai suatu ketegangan atau tekanan baik secara perilaku sembrono, adanya respon yang
fisik maupun psikis dalam menghadapi suatu berlebihan, adanya gangguan konsentrasi dan
tuntutan tertentu di lingkungan. Hubungan ini dapat adanya gangguan tidur
menjadi kronologis ( ingatan yang mengganggu dari F. Durasi gangguan (Kriteria B, C, D, dan E) lebih
peristiwa traumatis atau menghindari pengingat dari dari 1 bulan.
peristiwa) G. Gangguan ini menyebabkan tekanan atau
gangguan yang signifikan secara klinis pada
Orang yang mengalami PTSD mengalami rasa bidang sosial, pekerjaan, atau bidang penting
tertekan atau takut meskipun sudah tidak dalam lainnya yang berfungsi.
tekanan. H. Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek
fisiologis suatu zat (misalnya, obat-obatan,
alkohol) atau kondisi medis lainnya.
Psikopatologi
1. Peristiwa Trauma
Trauma tidak selalu menyebabkan PTSD. Trauma dapat menyebabkan PTSD, tetapi kemudian orang itu pulih, itu
tidak bisa disebut PTSD ataupun orang yang mengalami banyak hal buruk dan mempengaruhi mereka secara
mendalam tetapi tidak selalu mengungkit "trauma" nya itu juga tidak bisa disebut PTSD. Peristiwa traumatis
dapat berupa pelecehan fisik atau seksual, pemerkosaan, perundungan, serangan kriminal, kekerasan masyarakat,
perang, bencana alam atau peristiwa berbahaya lainnya itu yang bisa menyebabkan PSTD.

2. Faktor Risiko
Faktor risiko dari PTSD paling sering terjadi pada perempuan, biasanya usia, kurangnya pendidikan, kasus
pelecehan pada anak, kurangnya dukungan sosial dan orang dengan tekanan hidup

3. Faktor Biologi
Beberapa sirkuit otak telah tersirat dalam mediasi manifestasi klinis PTSD. Itu termasuk pembelajaran ketakutan,
regulasi emosi, kontrol eksekutif, dan pembelajaran kontekstual.

Organ yang berperan penting dalam terjadinya PTSD adalah Amigdala. Amigdala akan mengaktivasi beberapa
neurotransmitter dan neurokimia yang ada di otak jika seseorang mengalami suatu peristiwa traumatic yang
mengancam nyawa untuk menghadapi peristiwa tersebut. Dalam beberapa waktu milidetik setelah mengalami
peristiwa akan bereaksi dengan memberikan stimulus kepada sistem saraf simpatis dan parasimpatis, dan HPA
axis (Hypothalamic-Pituitary-Adrenal) akibat dari aktivitas ini akan mengalami reaksi cardiovascular dan
respiratory sehingga secara pemeriksaan fisik pasien akan mengalami peningkatan tekanan darah, kondisi disebut
sebagai fight or flight reaction. Pada kasus PTSD akan terjadi pengeluaran ACTH yang menstimulasi
pengeluaran hormon kortisol dari kelenjar adrenal

Selama paparan ancaman ekstrem, rangsangan yang sebelumnya netral tumpang tindih pada waktunya dengan
rangsangan ancaman melewati thalamus ke inti basolateral amygdala, yang mengaktifkan inti pusat amigdala
untuk memungkinkan merespons defensif. Aktivitas dalam amigdala berada di bawah kontrol penghambatan
korteks prefrontal (PFC). Secara khusus, neuron glutamatergic dari PFC mengaktifkan interneuron
penghambatan dalam BLA, yang pada gilirannya menekan output BLA ke CE. Efek monoaminergik selanjutnya
dimodulasi oleh steroid neuroaktif dan neuropeptida yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal selama stres yang
semakin memperbesar, mengurangi, atau membentuk kepunahan dan recall akuisisi ketakutan.

Rangsangan traumatis mengaktifkan AMIGDALA, yang pada gilirannya menghasilkan output untuk
HIPPOCAMPUS, korteks prefrontal medial, locus coeruleus, thalamus, hipotalamus, insula dan dorsal / ventral
striatum Disinhibition dari amigdala menciptakan keadaan psikologis abnormal HYPERVIGILANCE

Berdasarkan durasi gangguan


terdapat beberapa kriteria: 2. Penghindaran atau upaya untuk
menghindari pengingat eksternal (orang,
tempat, percakapan, aktivitas, objek,
Kriteria A situasi) yang membangkitkan kenangan,
pikiran, atau perasaan yang menyedihkan
1. Langsung mengalami kejadian traumatis
tentang atau terkait erat dengan peristiwa
tersebut.
traumatis.
2. Menyaksikan, secara pribadi, peristiwa
seperti yang terjadi pada orang lain.
3. Mengetahui bahwa peristiwa traumatis itu
terjadi pada anggota keluarga dekat atau Kriteria D 
teman dekat. Dalam kasus kematian 1.Ketidakmampuan untuk mengingat aspek
anggota keluarga atau teman yang penting dari peristiwa traumatis (biasanya karena
sebenarnya atau terancam, peristiwa itu amnesia disosiatif dan bukan untuk faktor lain
pasti mengalami kekerasan atau tidak seperti cedera kepala, alkohol, atau obat-obatan).
disengaja. 2. Keyakinan atau harapan negatif yang gigih dan
4. Mengalami paparan berulang atau ekstrem berlebihan tentang diri sendiri, orang lain, atau
terhadap rincian aversif dari peristiwa dunia (misalnya, "Saya buruk," "Tidak ada yang
traumatis. dapat dipercaya," "Dunia benar-benar berbahaya,"
"Seluruh sistem saraf saya hancur secara
permanen").
Kriteria B 3. Kognisi yang terus-menerus dan menyimpang
tentang penyebab atau konsekuensi dari peristiwa
1. Kenangan berulang, tidak disengaja, dan
traumatis yang menyebabkan individu
mengganggu menyedihkan dari peristiwa
menyalahkan dirinya sendiri atau orang lain.
traumatis.
4. Keadaan emosional negatif yang terus-menerus
2. Mimpi menyedihkan berulang di mana
(misalnya, ketakutan, horor, kemarahan, rasa
konten dan / atau pengaruh mimpi terkait
bersalah, atau rasa malu).
dengan peristiwa traumatis.
5. partisipasi yang sangat berkurang dalam
3. Reaksi disosiatif (misalnya, kilas balik) di
kegiatan yang signifikan.
mana individu merasa atau bertindak
6. Perasaan detasemen atau kejelekan dari orang
seolah-olah peristiwa traumatis itu
lain.
berulang. (Reaksi seperti itu dapat terjadi
7. Ketidakmampuan terus-menerus untuk
pada kontinum, dengan ekspresi paling
mengalami emosi positif (misalnya,
ekstrem adalah hilangnya kesadaran total
ketidakmampuan untuk mengalami kebahagiaan,
akan lingkungan saat ini.)
kepuasan, atau perasaan penuh kasih).
4. Tekanan psikologis yang intens atau
berkepanjangan pada paparan isyarat
internal atau eksternal yang Kriteria E
melambangkan atau menyerupai aspek 1. Perilaku yang mudah tersinggung dan ledakan
peristiwa traumatis. marah (dengan sedikit atau tanpa provokasi)
5. Reaksi fisiologis yang ditandai terhadap biasanya dinyatakan sebagai agresi verbal atau
isyarat internal atau eksternal yang fisik terhadap orang atau objek.
melambangkan atau menyerupai aspek 2. Perilaku sembrono atau merusak diri sendiri.
dari kejadian traumatis 3. Hypervigilance, kewaspadaan meningkat
4. Respon mengejutkan yang berlebihan.
5. Masalah dengan konsentrasi.
6. Gangguan tidur (misalnya, kesulitan jatuh atau
tertidur atau tidur gelisah).
Kriteria C
1. Penghindaran atau upaya untuk
menghindari kenangan, pikiran, atau
perasaan yang menyedihkan tentang atau
terkait erat dengan peristiwa traumatis.
Pengobatan yang dapat diberikan kepada penderita
Aspek Epidemiologi PTSD dibagi atas dua yaitu:

● Paparan trauma seumur hidup di Amerika 1. Psikoterapi-Terapi Bicara, yang terdiri dari
Serikat mulai dari 50-89% beberapa terapi seperti terapi perilaku
● Jenis peristiwa traumatis yang paling umum kognitif, terapi paparan, kognitif
adalah serangan fisik atau seksual (52 restrukturisasi, terapi stress inokulasi dan
persen)& terlibat dalam kecelakaan atau hypnosis
kebakaran (50%) 2. Medication- Obat, obat yang diberikan
● 17-33% orang dengan PTSD akut kepada penderita PTSD dari golongan SSRI
melanjutkan untuk mengembangkan PTSD ● Sertraline (Zoloft),
kronis, dengan penyintas atau kekerasan ● Paroxetine (Paxil),
interpersonal membutuhkan waktu lebih ● Escitalopram (Cipralex)
lama untuk mengirimkan ● Fluvoxamine (Luvox),
● sebagian kecil individu yang terpapar of ● Fluoxetine (Prozac)
trauma mengalami keterlambatan timbulnya
PTSD
● Sebagian besar individu dengan PTSD Prognosis
(>50%) jangan mencari perawatan. Hanya
58% individu dengan PTSD dalam Perkembangan PTSD terdiri dari:
perawatan yang dilihat oleh psikiater, 1. Good Prognosis
psikolog klinis, atau profesional kesehatan ● Onsetnya cepat
mental lainnya ● Short duration, kurang dari 6 bulan
● > 1/3 individu dengan PTSD telah ditemukan ● Fungsinya baik
memiliki PTSD persisten (bahkan selama ● Adanya Social support
bertahun-tahun), terlepas dari perawatan ● Tidak ada komorbiditas
yang diterima ● Empiric and validated treatment

Pedoman Penilaian 2. Bad Prognosis


● Adanya Complex childhood trauma,
Untuk menilai seseorang terkena PTSD dapat kita harus wawancara yang sangat
dilakukan wawancara terstruktur dari : dalam
● Bad interpersonal support
● Clinician Administered PTSD Scale (CAPS)
● Diagnosis axis 2, misalnya ada
● Treatment Outcome PTSD Scale (TOP-8)
gangguan kepribadian
● Structured Clinical interview for DSM
● Substance abuse
(SCID) (paling sering digunakan)
● Decreased cognitive
● Anxiety Disorder Interview Schedule revised
(ADIS)
● Structured Interview for PTSD (SI-PTSD)
Disinilah peran dari dokter-dokter agar
● PTSD Symptom Scale Interview (PSS-I)
melakukan edukasi dan juga jika kita
● PTSD Checklist (PCL), dibagi atas warga
melakukan wawancara pada pasien gangguan
sipil dan militer
mental harus berhati-hati, kita tidak bisa
● Impact of Event Scale-Revised (IES-R)
langsung bertanya secara langsung kepada
● Kean PTSD Scale of the MMPI-2
pasien jadi harus berhati-hati, itu akan
● Mississippi Scale, dibagi untuk combat memperberat rasa trauma nya.
related PTSD dan warga sipil
● The Post traumatic Diagnostic Scale (PDS)

Treatment

Anda mungkin juga menyukai