FAKULTAS KEDOKTERAAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
Oleh :
Nanda Nofrima
10119210057
Pembimbing Utama :
Pembimbing Pendamping :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Disusun Oleh :
Nanda Nofrima
(10119210057)
Menyetujui
Dokter Pembimbing
i
NIP.19830915201101100
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI..................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3
A. Definisi...............................................................................................3
B. Epidemiologi......................................................................................3
C. Etiologi...............................................................................................4
D. Faktor Resiko.....................................................................................8
E. Gambaran Klinis................................................................................10
F. Diagnosis............................................................................................11
G. Diagnosis Banding.............................................................................13
H. Tatalaksana........................................................................................14
BAB III KESIMPULAN................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
11
Endiyono. 2019. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder Korban Bencana
Tanah Longsor Di Dusun Jemblung Kabupaten Banjarnegara.127-131p.
2
Kamah,A. 2020. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder Pada Korban Konflik
Di Patani Thailand Selatan.[Skripsi] Fakultas Usuluddin Dan Studi Agama
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.19-20p.
1
peristiwa traumatik. Gangguan Post Traumatik Stress Disorder (PTSD)
memiliki karakteristik yang penting, seperti gejala kejiwaaan apabila
bahaya tejadi seperti banjir, kerusuhan, tabrakan kereta api, atau peristiwa
teroris dan sebagainya. Gejala traumatis yang sering muncul adalah selalu
mengingat kembali peristiwa itu berkalikali, menarik diri dari lingkungan
sekitar atau lingkungan sosial, ada perasaan terasing dengan orang yang
mereka kenal seperti anggota keluarga dan kerabat terdekat, serta merasa
mudah terkejut, menurunnya tingkat konsentrasi dan sulit untuk tidur.2
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
33
Uyun Z. 2015. Kekerasan Seksual Pada Anak:Stres Pasca Trauma.Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.233p
4
Sadock and Kaplan.2014. Buku ajar psikiatri klinis Edisi 2 Jakarta:EGC;h.253
3
tingkat sosioekonomis rendah. Meskipun demikian, faktor resiko paling
penting dari gangguan ini adalah keparahan, durasi, dan kedekatan
pajanan seseorang dengan trauma sebenarnya.4
C. Etiologi
Elvira, Sylvia D dkk. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta ; Badan Penerbit FK UI.
45
278-281p
4
Sistem saraf parasimpatis.
Aksi hipotalamushipofisiskelenjar adrenal (aksis HPA).
Penyangkalan, splitting, projeksi, disosiasi, dan rasa bersalah.
5
tinggi dan kondisi ini dikaitkan dengan terjadinya “konsolidasi
berlebihan” dari ingatan ingatan peristiwa traumatik yang dialami.5
6
dengan gangguan stress pasca trauma adalah penyangkalan,
splitting, projeksi, disosiasi, dan rasa bersalah.
Model relasi objek yang digunakan adalah projeksi dan
introjeksi dari berbagai peran seperti penyelamat yang omni
poten atau korban yang omnipoten.
Terjadinya gangguan stres pasca trauma didahului oleh suatu stresor
berat yang melampaui kapasitas hidup seseorang, serta
menimbulkan penderitaan bagi setiap orang. Kondisi psikologis
seseorang sebelum mengalami peristiwa traumatik tersebut akan
berdampak pada respons yang ditimbulkan sebagai akibat peristiwa
tersebut.5
D. Faktor Resiko
1. Faktor Psikodinamik
Salah satu hipotesisnya adalah bahwa peristiwa traumatis
dapat membangkitkan ingatan akan pengalaman sebelumnya yang
menimbulkan konflik psikologis. Kebangkitan traumatis ketika
anak-anak mengalami kemunduran dan menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti penolakan dan reaksi formasi.6
2. Faktor Perilaku
Model kognitif pada gangguan Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) menunjukkan bahwa orang yang tidak dapat
merasionalisasi trauma dengan cepat akan mengembangkan
gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Mereka terus-
menerus merasa tertekan dan mencoba menghindari apa yang
mereka alami dengan teknik penghindaran. Orang-orang ini
menekan ingatan akan trauma yang mereka alami di alam bawah
sadar, yang terakumulasi seiring waktu. Jika trauma berulang,
66
Saniti,N.A. 2013.Diagnosis dan Manajemen Stress Paska Trauma pada
Penderita Pelecehan Seksual.
8
dapat membuat memori trauma sebelumnya. Model perilaku
gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) menekankan
pada dua fase dalam perkembangan gangguan, yaitu trauma
(stimulus) yang menimbulkan respons ketakutan melalui keadaan
klasik yang dikaitkan dengan stimulus terkondisi (fisik atau mental
yang dialami), yang kedua melalui instrumen, stimulus terkondisi
yang memunculkan respons cemas terlepas dari stimulus asli yang
tidak terkondisi. Orang tersebut menunjukkan gambar yang
menghindari rangsangan terkondisi atau tidak terkondisi.6
Faktor Resiko PTSD tertentu terlihat dari segi trauma yang dialami
selama trauma dan karakteristik masing-masing individu dan faktor
pasca trauma, seperti:
Aspek traumatis yang dimaksud adalah lamanya dan beratnya
peristiwa yang dialami, peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba
tanpa peringatan, banyak korban meninggal dunia dan menjadi
korban tindak pidana, termasuk kekerasan seksual.
Perasaan yang timbul selama trauma antara lain perasaan hidup
dalam bahaya, perasaan kurang bisa mengontrol kejadian,
ketakutan dan keputusasaan, serta gejala disosiatif saat kejadian.6
Karakteristik orang yang berisiko mengalami gangguan Post
Traumatik Stress Disorder (PTSD) yaitu mereka pernah
mengalami gangguan kejiwaan dan neurologis, trauma terutama
pada masa kanak-kanak, penolakan terhadap trauma yang
dialaminya, dan reaksi stres akut.
Faktor pasca trauma berupa pengingkaran trauma oleh penghuni
daerah atau penolakan pengalaman dan kurangnya dukungan dari
lingkungan.6
E. Gambaran Klinis
9
Secara umum gejala PTSD dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
77
Kartikadewi A. Buku Ajar Sistem Neurobehaviour. 2015. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang. 48-50p
10
Sulit untuk mengingat kembali bagian penting dari peristiwa
traumatik tersebut.
Kehilangan ketertarikan atas aktivitas positif yang penting.
Merasa "jauh" atau seperti ada jarak dengan orang lain.
Mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan-perasaan
positif, seperti kesenangan / kebahagiaan atau cinta / kasih
sayang
Ketakberdayaan / ke’tumpul’an emosional dan ‘menarik diri’
Merasakan seakan-akan hidup anda seperti terputus ditengah-
tengah - anda tidak berharap untuk dapat kembali menjalani
hidup dengan normal, menikah dan memiliki karir.
Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk
berfungsi secara efektif dalam kehidupan sosial (pekerjaan,
rumah tangga, pendidikan, dll).
3. Hyperarousal Symptoms
Sulit untuk tidur atau tidur tapi dengan gelisah.
Mudah / lekas marah atau meledak-ledak.
Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi
Selalu merasa seperti sedang diawasi atau merasa seakan-
akan bahaya mengincar di setiap sudut.
Menjadi gelisah, tidak tenang, atau mudah "terpicu" / sangat
"waspada".7
A. Diagnosis
12
meyerupai aspek peristiwa traumatik.
B. Diagnosis Banding
Psikosis Akut.
Reaksi Stres Akut.
Gangguan Penyesuain.
Gangguan Depresi Mayor.8
H. Tatalaksana
1. Farmakoterapi
88
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Pedoman Nasional Kedokteran Jiwa
NOMOR HK.02.02/MENKES/73/2015. Jakarta: Departemen Kesehatan.67-
69p
14
Tergantung dari gejala yang menonjol saat itu, apakah sindrom cemas,
depresif, atau disertai gejala psikotik.
Derivat Trisiklik
Amitriptilin: 2x (10-25) mg
Imipramin: 1-2 x (10-25) mg
c. Bila ada gejala psikotik, berikan antipsikotik,
contohnya:
Haloperidol, dosis 2 x 1-5 mg atau
Risperidon, dosis 2 x 1-2 mg atau
Olanzapin, 1-2 x 2,5-10 mg
15
Quetiapin, 50-100 mg8
2. Psikoterapi
17
akan membantu menyadari situasi lampau yang
9
menakutkan tidak lagi berbahaya dan dapat diatasi.
99
Wardhani, Y.F.& Lestari W. 2007.Gangguan stres pasca trauma pada korban
pelecehan seksual dan perkosaan.Pusat Penelitian dan Pengembangan sistem
dan kebijakan Surabaya.6-7p
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta ;
Badan Penerbit FK UI. 278-281p
Endiyono, 2019. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder Korban Bencana Tanah
Longsor Di Dusun Jemblung Kabupaten Banjarnegara.127-131p.
Kamah,A.2020. Gambaran Post Traumatic Stress Disorder Pada Korban Konflik
Di Patani Thailand Selatan.[Skripsi] Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.19-20p.
Keputusan Menteri Kesehatan RI. Pedoman Nasional Kedokteran Jiwa. NOMOR
HK.02.02/MENKES/73/2015. Jakarta: Departemen Kesehatan.67-69p
Kartikadewi A. Buku Ajar Sistem Neurobehaviour. 2015. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang. 78-80p
20
SUMBER REFERENSI
21
22
3. Uyun Z. 2015. Kekerasan Seksual Pada Anak:Stres Pasca Trauma.Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.233p
23
4. Sadock and Kaplan.2014. Buku ajar psikiatri klinis Edisi 2 Jakarta:EGC;253p
24
5. Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta ;
Badan Penerbit FK UI. 278-281p
25
26
27
28
29
6. Saniti,N.A.2013.Diagnosis dan Manajemen Stress Paska Trauma pada Penderita
Pelecehan Seksual.
30
31
32
33
4. Sadock and Kaplan.2014. Buku ajar psikiatri klinis Edisi 2 Jakarta:EGC;253p
34
7. Kartikadewi A. Buku Ajar Sistem Neurobehaviour. 2015. Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang. 48-50p
35
36
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI. Pedoman Nasional Kedokteran Jiwa.
NOMOR HK.02.02/MENKES/73/2015. Jakarta: Departemen Kesehatan.67-
69p
37
38
8. Wardhani, Y.F.& Lestari W. 2007.Gangguan stres pasca trauma pada korban
pelecehan seksual dan perkosaan.Pusat Penelitian dan Pengembangan sistem
dan kebijakan Surabaya.6-7p
39
40
41
42