Anda di halaman 1dari 15

Diskusi Kasus

KELOMPOK 3
Muftia Jauristika 7070012008
Melati Putri Dita 70700120012
Muhammad Zulfikar 70700120016
Maurizka Khaerunnisa 70700120020

DEPARTEMEN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU
KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
SKENARIO 3
KEYWORD
• Seorang perempuan 28 tahun
• Keluhan susah tidur pada malam hari
• Sulit berkonsentrasi 6 bulan yang lalu
• Pasien sering merasa jantung berdebar-debar sangat kencang seperti mau
keluar dari dada
• Pasien mengaku gampang kaget
• Sering mual dan keringat dingin
• Riwayat kecelakaan lalu lintas yang menewaskan ibunya 6 bulan yang lalu
• Sejak saat itu pasien selalu merasa dihantui dan mengalami mimpi-mimpi
tentang kejadian tersebut
Post Traumatic
Stress Disorder
(PTSD)
Definisi
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sindrom yang muncul setelah
seseorang melihat, mendengar atau terlibat dalam stresor traumatis yang
ekstrem. PTSD terjadi karena paparan peristiwa traumatis dan didefinisikan
berdasarkan cluster gejala yang berbeda antara lain kembali merasakan
sedang dalam peristiwa trauma atau flashback, menghindar, emosi
tumpul/numbing dan gejala tersebut tetap bertahan selama lebih dari 1 bulan.
Stresor ekstrem yang memiliki risiko menimbulkan PTSD antara lain
serangan teroris, peperangan, kecelakaan lalu lintas berat, dan bencana alam
seperti tsunami dan gempa bumi

Santiago, P.N. et al., 2013. A Systematic Review of PTSD Prevalence and Trajectories in DSM-5 Defined Trauma Exposed Populations :
Intentional and Non-Intentional Traumatic Events. , 8(4), pp.1–6.
Epidemiologi

Prevalensi PTSD pada wanita lebih tinggi dari pria. Prevalensi pada wanita berkisar 10-12%
dan 5-6% pada pria. Walaupun PTSD dapat muncul pada usia berapapun, tetapi kebanyakan
sering terjadi pada dewasa muda karena cenderung lebih mudah terpapar. Gangguan ini
cenderung terjadi pada orang yang belum memiliki pasangan, bercerai, janda, dikucilkan dari
lingkungan atau sosial ekonomi yang rendah. Faktor risiko gangguan ini yaitu pada tingkat
keparahan trauma, durasi, serta trauma yang dialami individu. Trauma yang sering muncul
pada pria antara lain kekerasan, sedangkan pada wanita yaitu pemerkosaan. Namun
kecelakaan lalu lintas dapat menimbulkan gangguan ini baik pada pria maupun wanita.
Berdasarkan hasil studi di RSUP Sanglah selama bulan Desember 2013 sampai dengan
Januari 2014 pada 10 orang pasien kecelakaan lalu lintas yang menjalani pengobatan di RSUP
Sanglah didapatkan kasus PTSD sebanyak 4 orang, yang terdiri dari 3 orang wanita dan 1
orang pria

Prabandari, N.P. et al., 2015. Pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) Terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
Pada Pasien Post Kecelakaan Lalu Lintas di RSUP Sanglah Denpasar., 3(2), pp.22–26.
Etiologi

Stresor merupakan faktor utama yang menyebabkan stres akut dan PTSD.
Tidak semua peristiwa traumatis yang dialami oleh individu dapat
menyebabkan PTSD. Peristiwa traumatis dapat menimbulkan PTSD jika
peristiwa tersebut menjadi stesor yang kuat dalam kehidupan individu.
Sresor tersebut dapat timbul dari pengalaman perang, kekerasan, bencana
alam, pemerkosan, dan kecelakaan lalu lintas yang serius.

Nurtanty, N.D., 2009. Post- Traumatic Stress Disorder (PTSD)., 3(2),pp.4-10.


Faktor Risiko

Faktor risiko merupakan faktor pendukung bagi individu untuk mengalami


PTSD. Faktor risiko untuk PTSD meliputi tetap hidup setelah mengalami
kejadian berbahaya dan traumatis, memiliki riwayat penyakit mental,
mengalami kecelakaan, perasaan tertekan, tidak berdaya dan ketakutan yang
amat sangat, melihat orang lain terluka atau meninggal, menghadapi banyak
stresor setelah kejadian traumatis yang dialami, seperti kehilangan anggota
keluarga, kehilangan pekerjaan atau tempat tinggal

Markowitz, J.C. et al., 2015. Is Exposure Necessary ? A Randomized Clinical Trial of Interpersonal
Psychotherapy for PTSD.
Diagnosis
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ III :

● Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatis berat (masa laten berkisar antara beberapa monggu sampai
beberapa bulan , jarang melampaui 6 bulan), Kemungkinan diagnosa masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi
6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori
gangguan lainnya
● Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didaoatkan bayang-bayang atau mimpi –
mimpi dari kejadian traumatik secara berulang-ulang kembali (flashback).
● Gangguan otonomil, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis, tetapi tidak khas.
● Suatu “sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa misalnya saja
beberapa puluh tahun setelah bencana, diklasifikasikan dalam katagori F 62.0
(perubahan kepribadian yang berlangsung setelah kejadian katastrofa)
Kriteria diagnostik untuk Posttraumatic Stress Disorder Menurut DSM-IV-TR.

A. Orang yang telah terpapar peristiwa traumatis di mana ada kedua berikut :
1. orang berpengalaman, menyaksikan, atau dihadapkan dengan suatu peristiwa atau kejadian yang
melibatkan kematian aktual atau terancam atau cedera serius, atau ancaman terhadap integritas
fisik diri sendiri atau orang lain
2. respon seseorang yang terlibat takut intens, tidak berdaya, atau horor. Catatan: Pada anak-anak,
ini dapat dinyatakan bukan oleh perilaku disorganisai atau gelisah.
B. Peristiwa traumatik yang terus-menerus dialaminya secara berulang dalam satu (atau lebih) dari
cara berikut:
3. berulang dan kenangan menyedihkan mengganggu acara, termasuk gambar, pikiran, atau
persepsi. Catatan: Pada anak-anak muda, bermain berulang-ulang dapat terjadi di mana tema atau
aspek trauma disajikan.
4. mimpi menyedihkan berulang acara. Catatan: Pada anak-anak, mungkin ada mimpi menakutkan
tanpa isi dikenali.
5. akting atau merasa seolah-olah peristiwa traumatik yang berulang (termasuk rasa mengenang
pengalaman, ilusi, halusinasi, dan episode kilas balik disosiatif, termasuk yang terjadi pada
kebangkitan atau saat mabuk). Catatan: Pada anak-anak muda, pemeragaan trauma-spesifik
mungkin terjadi.
4. tekanan psikologis yang intens di paparan isyarat internal atau eksternal yang melambangkan atau
menyerupai aspek dari peristiwa traumatik
5. reaktivitas fisiologis pada paparan isyarat internal atau eksternal yang melambangkan atau
menyerupai aspek dari peristiwa traumatik
C. Terus-menerus menghindar dari rangsangan yang terkait dengan trauma dan mati rasa respon
umum (tidak hadir sebelum trauma), seperti yang ditunjukkan oleh tiga (atau lebih) dari yang berikut:
1. upaya untuk menghindari pikiran, perasaan, atau percakapan yang berhubungan dengan trauma
2. upaya untuk menghindari kegiatan, tempat, atau orang-orang yang membangkitkan ingatan
trauma
3. ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma
4. Nyata berkurang bunga atau partisipasi dalam kegiatan yang signifikan
5. perasaan detasemen atau keterasingan dari orang lain
6. Kisaran terbatas mempengaruhi (misalnya, dapat memiliki perasaan yang penuh kasih)
7. rasa masa depan yang menyempit (misalnya, tidak berharap untuk memiliki karir, perkawinan,
anak-anak, atau jangka hidup yang normal)
D. Gejala persisten peningkatan gairah (tidak hadir sebelum trauma), seperti yang
ditunjukkan oleh dua (atau lebih) dari yang berikut:
1. kesulitan jatuh atau tidur
2. lekas marah atau amarah
3. kesulitan berkonsentrasi
4. hypervigilance
5. respon kaget yang berlebihan
E. Durasi gangguan (gejala pada Kriteria B, C, dan D) lebih dari 1 bulan.
F. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis yang bermakna atau penurunan
kemampuan dalam bidang sosial, pekerjaan, atau penting dari fungsi.
Tentukan jika:
Akut: jika durasi gejala kurang dari 3 bulan
Kronis: jika durasi gejala adalah 3 bulan atau lebih
Tentukan jika:
Dengan onset tertunda: jika timbulnya gejala setidaknya 6 bulan setelah stressor.
Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pemberian SSRI atau Selective Serotonin Re- uptake Inhibitor merupakan
obat lini pertama. Obat golongan ini akan bekerja sebagai penghambat
pengambilan kembali serotonin di celah sinaps sehingga jumlah serotonin
dicelah sinaps semakin bertambah. Sehingga golongan ini efektif untuk semua
gejala penderita PTSD dan memiliki efek samping paling minimal. Ada lima
golongan SSRI yang dapat digunakan untuk penderita PTSD, yaitu Zoloft
(setraline), Paxil (paroxetine), Prozac (fluoxetine), Luvox (Fluvoxamine),
Celaxa (citalopram).
Selain itu terdapat golongan psikotropika lain yang juga diajurkan untuk
mengobati gejala PTSD yang timbul seperti golongan anti-depresi trisiklik
(Amitriptyline dan Imipramine), mood stabilizers, golongan SNRI (Venlafaxine)
dan antiansietas (Benzodiazepine)
Penatalaksanaan (Cont..)
b. Psikoterapi
Ketika mengalami gangguan PTSD dapat dilakukan dua pendekatan yaitu
membayangkan peristiwa traumatis untuk meningkatkan mekanisme koping.
Pendekatan kedua yaitu penatalaksanaan stres yang dialami dengan teknik relaksasi
dan pendekatan kognitif. Terapi individual, terapi kelompok dan terapi keluarga juga
efektif dalam penatalaksanaan PTSD.
Penatalaksanaan dengan psikoterapi lainnya yang dapat digunakan untuk
penderita PTSD antara lain, Cognitive Behavioral Therapy (CBT), Prolonged
Exposure, Stress inoculation Training, Imagery Rehearsal Theraphy (IRT), CPT,
EMDR, Psychodinamic therapy, Hypnosis dan Debriefing. Penatalaksanaan
psikoterapi tersebut menggunakan pendekatan fungsi kognitif pasien untuk
mengurangi gejala yang terjadi pasca trauma
Markowitz, J.C. et al., 2015. Is Exposure Necessary ? A Randomized Clinical Trial of Interpersonal
Psychotherapy for PTSD.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai