Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Trauma pada dasarnya adalah respon emosional terhadap peristiwa atau pengalaman yang
mengejutkan dan luar biasa, biasanya melibatkan ancaman besar terhadap fisik, keamanan, dan
kesejahteraan emosional, atau psikologis dari korban individu, orang yang dicintai, teman, serta
orang lain.(1)

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, DSM-5, paparan


peristiwa traumatis dapat terjadi dalam satu atau lebih dari satu cara seperti pengalaman secara
langsung, menyaksikan secara langsung, mengetahui bahwa peristiwa traumatis tersebut terjadi
pada anggota keluarga atau orang lain yang memiliki hubungan yang dekat, mengalami
keterpaparan yang berulang terhadap peristiwa ekstrim. Dengan demikian terdapat beberapa
jenis ganggaun mental, salah satunya merupakan gangguan stres pasca trauma/Post Traumatic
Stress Disorder(PTSD).(2)

PTSD timbul akibat trauma, tetapi tidak semua kejadian yang membuat stres melibatkan
trauma. Menurut DSM-5 definisi trauma membutuhkan kejadian berupa kematian aktual atau
terancam, cedera serius, atau kekerasan seksul. Peristiwa stres yang tidak melibatkan ancaman
langsung terhadap kehidupan atau cedera fisik seperti stressor psikososial seperti perceraian atau
kehilangan pekerjaan tidak dianggap sebagai trauma dalam definisi ini.(3)

Menurut National Center for PTSD, sebuah program dari U.S. Departement of Veterans
Affairs, sekitar tujuh atau delapan dari setiap 100 orang akan mengalami PTSD seumur hidup
mereka. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk mengembangkan PTSD dalam dirinya.
Aspek tertentu dari peristiwa traumatis dan beberapa faktor biologis seperti gen dapat membuat
orang lebih mungkin mengembangkan PTSD dalam dirinya.(1)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gangguan stres pasca trauma/Post Traumatic Stress Disorder(PTSD) merupakan suatu
sindrom yang timbul setelah seseorang melihat, terlibat di dalam, atau mendengar stressor
traumatic yang ekstrem. Seseorang beraksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan
tidak berdaya, secara menetap menghidupkan Kembali peristiwa tersebut, dan mencoba
menghindari mengingat hal itu.
Edisi keempat revisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-
TR) mendefinisikan gangguan yang serupa dengan PTSD sebagai gangguan area akut, yang
terjadi lebih dini dari PTSD (dalam 4 minggu setelah peristiwa) dan membaik dalam 2 hari
hingga 4 minggu. Jika gejala bertahan setelah waktu tersebut, diagnosis PTSD diperlukan.(4)
B. Epidemiologi
Penelitian di Amerika serikat menunjukkan bahwa prevalensi sepanjang waktu untuk
kasus ini (life time prevalence) berkisar antara 2,5-8,3% dengan usia awitan rata-rata adalah 23
tahun. Di Indonesia sendiri belum terdapat angka kejadian yang pasti dari gangguan stres pasca
trauma.

Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Ciamis pasca tsunami 8 bulan pada populasi
dewasa menunjukkan angka terjadinya gangguan stres pasca trauma sebesar 48,8. Sedangkan
penelitian terhadap 2135 anak dan remaja di Aceh Utara pada periode 2005-2007 menunjukkan
8,94% dari total anak dan remaja mengalami gangguan jiwa dan gangguan stres pasca trauma
menduduki peringkat pertama dari gangguan jiwa yang dijumpai (24,6% pada populasi anak usia
4-10 dan 35,6% pada populasi anak usia 11-17 tahun).(5)

Anda mungkin juga menyukai