Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

PEMULIHAN GANGGUAN STRES


PASCA TRAUMA

OLEH :
KUNAYAH, S.Ked I4061162034

PEMBIMBING:
dr. Lollytha, Sp.KJ., MMRS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


PERIODE 7 JANUARI –1 FEBRUARI 2019 RS DUSTIRA CIMAHI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA


Pendahuluan

– Pristiwa traumatik yang mendalam, yang bersifat katastrofik dan menakutkan


reaksi yang berkepanjangan distres pada hampir semua orang.
– Termasuk disini adalah bencana alam misalnya gempa bumi, bencana akibat
ulah manusia seperti kebakaran, kecelakaan dan peperangan serta penyerangan
fisik atau perkosaan.1
– Tidak semua yang terlibat dalam pristiwa itu mengalami reaksi yang
berkepanjangan, sebagian besar pulih dalam waktu satu bulan.
– Reaksi jangka panjang yang paling sering adalah gangguan stres pasca trauma
(GSPT) atau post traumatic stress disorder (PTSD).
Tinjauan Pustaka
Gangguan stres pasca trauma
(PTSD)
– Definisi
 Stres adalah sebagai reaksi tubuh terhadap situasi yang menekan, atau
mengancam seseorang.2 Chaplin menyatakan stres adalah suatu keadaan
tertekan, baik secara fisik maupun psikologis.
 Trauma merupakan pengalaman hidup yang mengganggu kaseimbangan
biokimia dari sistem informasi pengolohan psikologi otak
 Kriteria stres akibat trauma adalah: (1) Biasanya tiba-tiba dan tidak disangka, (2)
Tidak biasa dialami manusia (abnormal circumstances), (3) Menyebabkan
seseorang merasa tidak berdaya, tidak dapat tertolong dan hilang kontrol, dan
(4) dapat mengancam nyawa.
– Definisi
Post Traumatic Stress Disorder adalah suatu sindrom yang timbul setelah
seseorang melihat, terlibat didalam atau mendengar stresor traumatik yang
ekstrem. Seseorang bereaksi terhadap pengalaman tersebut dengan rasa takut dan
tidak berdaya.
Atkinson menyatakan PTSD disebabkan oleh trauma fisik atau trauma psikologi
atau trauma karena keduanya, karena manusia mengalami peritiwa seperti
perkosaan, perang atau serangan, atau bencana alam.
Epidemiologi PTSD

– Prevalensi seumur hidup PTSD adalah 8% populasi umum


– Prevalensi seumur hidup pada perempuan berlangsung 10% - 12 %, dan 5-6 %
pada laki-laki.
– Paling menonjol pada dewasa muda, karena sifat situasi yang mencetuskannya.
Tetapi, anak-anak dapat mengalami gangguan stres pascatraumatik.
Etiologi

Stresor
Stresor yang menyebabkan PTSD adalah stresor akut dan cukup hebat untuk
mempengaruhi hampir setiap orang, stresor dapat berasal dari pengalaman
perang, penyiksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan dan kecelakaan serius
( contohnya didalam mobil dan kebakaran)
Faktor Psikososial
Faktor Biologis
Klasifikasi
No. Stres biasa / umum Stres pasca trauma
1. Ada perubahan yang terjadi secara Perubahan terjadi sangat mendadak, sering dalam bentuk
perlahan atau bertahap kehilangan dan kesakitan
2. Menyebabkan waktulah yang dapat Sangat mengejutkan, menyebabkan shock/ mengguncang sistem
di selesaikan selaras dengan waktu individu/kumpulan
3. Yang terkena mampu berencana dan Menimbulkan rasa tak berdaya yang sangat kuat/ tak tertahankan
mengambil keputusan
4. Satu orang dan orang lain terkena Menyebabkan keganasan, menakutkan bagi (hampir) semua orang
(dipengaruhi) secara berbeda
5. Tidak sampai menimbulkan trauma Display /ciri-ciri trauma:
• Perasaan seperti mengalami kembali peristiwa
• Mati rasa, perasaan tidak disambung dengan realiti
• Ingatan terus menerus tentang peristiwa
...

Vikram menyatakan ada beberapa jenis trauma yang dikenali, yaitu:


– Trauma personal (korban perkosaan, kematian orang tercinta, korban
kejahatan, dll) Perang dan keganasan,
– Trauma mayor (bencana alam, kebakaran, dll), trauma mayor umumnya
menyebabkan trauma pada sejumlah besar orang pada waktu yang sama.
...

– Acute PTSD bila gejala muncul di bawah tiga bulan setelah terjadi peristiwa
traumatik,
– Cronic PTSD bila gejala muncul setelah tiga bulan dari waktu terjadi peritiwa
traumatik, dan
– Delayed onset PTSD bila gejala muncul setelah enam bulan dari waktu terjadi
trauma
Menifestasi Klinis

– Pertama, Intrusive Symptoms (gejala yang mengganggu) antara lain: (a) dapat
mengalami kembali peristiwa dalam gambaran, pikiran, kenangan, lamunan dan
mimpi buruk, (b) bertindak dan merasa seolah –olah peristiwa tersebut datang
kembali, (c)secara simbolis mengingat kembali penderitaan yang di hadapi.
– Kedua, Avoidance Symptoms (gejala penghindaran) antara lain: (a)
menghindari tempat dan pikiran simbolis dari trauma, (b) berpanjangan dalam
mengingat suatu peristiwa, (c) kehilangan minat dalam aktivitas yang penting,
(d) membatasi emosi, (e) merasa tidak ada waktu depan.
– Ketiga, Arousal Symptoms antara lain: (a) hypervigilance, (b) respon kaget
berlebihan, (c) gangguan tidur, (d) kesulitan berkonsentrasi,
Faktor Resiko

– Kematian orang yang disayangi


– Luka fisik atau cacat
– Berfikir akan terjadi (terulang kembali) suatu bencana atau krisis
– Orang yang disayangi terluka atau cacat fisik
– Kehilangan mainan / benda kasusukaan,
– Perkelahian orang tua,
– Kemiskinan,
– Ujian,
– Hukuman fisik dari guru, dan
– Jauh dari rumah.
...

Sementara itu, Lise menyatakan orang-orang yang beresiko terkena PTSD adalah:
– Orang yang mempunyai pengalaman tempur tentera atau orang awam yang
telah dirusak karena perang;
– Orang yang telah diperkosa, didera secara seksual, atau didera secara fisik
– Orang yang telah terlibat dalam atau yang telah menyaksikan peristiwa yang
mengancam nyawa;
– Orang-orang yang telah terlibat dalam bencana alam, seperti puting beliung
atau gempa bumi.
Patofisiologi

Stresor
(trauma) / indra Menafsirkan Bahaya/
penglihatan, pendengaran tidak
penciuman , sentuhan

bahaya Adrenaline dan


noradrenaline
... Diagnosis menurut PPDGJ
F43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
– Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian
traumatis berat (masa laten berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan , jarang
melampaui 6 bulan),
– Kemungkinan diagnosa masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan
onset gangguan melebihi 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat
alternatif kategori gangguan lainnya
– Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didaoatkan bayang-bayang atau mimpi –mimpi dari
kejadian traumatik secara berulang-ulang kembali (flashback).
– Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis,
tetapi tidak khas.
– Suatu “sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa misalnya saja beberapa
puluh tahun setelah bencana, diklasifikasikan dalam katagori F 62.0 (perubahan kepribadian yang
berlangsung setelah kejadian katas trofi,
Tatalaksana

– Farmakoterapi
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti sertraline dan
paroxetine, Antidepresan Khasiat imipramine dan amitriptyline, dua
obat trisiklik, dalam pengobatan PTSD didukung oleh sejumlah uji
klinis yang terkendali dengan baik.
– Psikoterapi
meliputi terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnosis
Prognosis

– Kira-kira 30% pasien pulih secara lengkap, 40% terus menderita


gejala ringan, 20% terus menderita gejala sedang, dan 10% tetap
tidak berubah atau menjadi buruk.
Pemulihan Stres Pasca
Trauma
– Definisi
Recovery di artikan sebagai pengembalian sesuatu yang hilang,
pengembalian pada kesehatan, kesadaran, diperolehnya kembali
keseimbangan dan pengendalian
dapat mengembalikan keseimbangannya kesatuan (whole), sehingga
berfungsi secara optimal (functional) dan siap untuk bergerak melewati
masa penderitaan (suffering) dan pengalaman negatif yang traumatis
menuju suatu pertumbuhan yang baik.
...

– secara individual: mengobrol, mendengarkan keluhan, memotivasi


individu untuk melakukan aktivitas. Pada keluarga memberikan
dukungan yang dapat menghibur anggota keluarga yang merasa
kehilangan.
– Dan bagi komunitas masyarakat dapat dilakukan debriefing setelah
suatu kejadian bencana, mengembangkan kelompok dukungan,
atau mengembangkan kelompok mandiri (self-help group).
...
Kaplan menyatakan ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu
dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi.

– Psikoterapi
– relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan
merelaksasikan kelompok otot -otot utama;
– breathing retraining, yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan -lahan, santai dan
menghindari bernafas dengan tergesa - gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman,
bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala;
– positive thinking dan selftalk, yaitu belajar untuk menghilang-kan pikiran negatif dan
mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal –hal yang membuat stress (stresor);
– assertiveness training, yaitu belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi
tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain;
– thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang
memikirkan hal-hal yang membuat kita stress
...

– cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak


rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu aktifitas.
– Tujuan kognitif terapi adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak
rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk
melawan pikiran tersebut yang kemudian mengadopsi pikiran yang lebih
realistik untuk membantu mencapai emosi yang lebih seimbang
– dengan cara: exposure in the imagination
– atau exposure in reality
Kesimpulan

– PTSD adalah gangguan tekanan setelah trauma yang membangun


gejala dan ciri-ciri yang bertahan selama lebih dari 1 bulan, beserta
kasus ukaran berfungsi setelah kepada pengalaman yang
mengancam nyawa
– Recovery di artikan sebagai pengembalian sesuatu yang hilang,
pengembalian pada kesehatan, kesadaran, diperolehnya kembali
keseimbangan dan pengendalian
– Pemulihan dilakuakan dengan farmaka dan psikoterapi
Daftar Pustaka

– Maramis FW, Maramis, AA. Ilmu kedokteran jiwa, Gangguan stres pasca trauma. 2 ed. Airlangga University Press;
2009.
– Hatta K. Trauma dan pemulihannya suatu kajian berdasarkan kasus pasca konflik tsunami: pengertian stres. 1 ed.
Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry Press; 2016.
– Jordan, M. JD. Specialized Training Manual on Psychosocial Counseling for traffiched Youth. 1 ed. Kathmandu
Nepal: ILO-IPEC; 1997.
– Chaplin, J. Kamus Lengkap Psikologi (terj.Dr Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada; 2001.
– LiseM.Stevens,MA. Post Traumatic Stress Disorder,. JAMA. 1 Agustus 2007;298:5.
– Yahuda, R. Post-Traumatic Stress Disorder, The New England, Journal Of Medicine, Vol 346, No 2, Januari 10-2002.
www.nejm. org. N Engl J Med Wwwnejmorg. 10 Januari 2002;346:2.
– Everly, G.S., Jr., Flannery, R.B., Jr., & Mitchell J.T. Critical Incident Stress Management (CISM): A methodological
review. Aggression and Violent Behavior: A Review Journal, in press; 1999.
– Silverthon. Human Physiology. Texas: Pearson; 2013.
– Sherwood L. Human physiology from cells to system: The central nervous system. 9 ed. Boston, USA: Cengage
Learning; 2016.

Anda mungkin juga menyukai